SAAT hendak ke toilet sebelum kembali ke kelasnya, Yoko dihadang oleh tiga murid kelas XII. Salah seorang dari mereka adalah yang tadi menendang bola ke arah dirinya saat di lapangan. Yoko mengenal dia sebagai Bandi, murid kelas XII IPS 3 yang dikenal sebagai biang kerok di sekolah.
"Ada apa..."
Tiba-tiba tanpa diduga Yoko, Bandi maju dan mencengkeram kerah pemuda itu sambil mendorong Yoko ke belakang hingga membentur tembok.
"Maneh ada masalah dengan Dhea?" bentak Bandi.
Yoko tentu saja terkejut "diserang" secara tiba-tiba. Sementara itu, dua teman Bandi segera menuju ujung koridor menuju toilet, berjaga-jaga terhadap kemungkinan ada orang lain yang akan ke toilet.
"Ada apa nih, Bang?" tanya Yoko.
"Nggak usah pura-pura maneh. Apa maneh tadi liatin cewek aing?" bentak Bandi.
"Liatin cewek Abang?"
"Dhea itu cewek aing, tahu! Maneh ada masalah dengan dia?"
Dhea cewek Bandi? Sejak kapan? Yoko tidak pernah mendengar soal itu sebelumnya. Bahkan gosipnya juga tidak ada. Padahal boleh dibilang gosip merupakan makanan rutin anak-anak SMA Widya Cakra. Bahkan ibaratnya, andaikan Pak Suko, guru olahraga yang terkenal killer di kalangan anak-anak dan jarang tersenyum itu sekali saja mengeluarkan senyumnya, tidak sampai sehari, beritanya akan langsung tersebar ke seluruh sekolah. Apalagi Dhea dan Bandi cukup dikenal di kalangan SMA Widya Cakra. Dhea yang cantik dan gaul selalu menjadi perhatian lawan jenisnya di mana saja, kontras dengan Bandi yang lebih terkenal dengan tingkahnya di sekolah yang lebih sering menyusahkan orang lain ketimbang prestasinya.
Jadi Yoko sama sekali tidak percaya dengan omongan Bandi. Walau begitu dia juga masih bisa berpikir logis. Membantah omongan Bandi saat ini berarti cari penyakit.
"Saya... saya nggak ada masalah, Bang,"
"Maneh nggak ada masalah dengan Dhea?" Bandi mengulangi ucapannya.
"Iya, Bang. Bener."
"Terus kenapa maneh terus liatin dia?"
Nah, lho! Yoko serasa baru saja kena jebakan Batman. Apa pun yang dia ucapkan, akan berbalik menghantam dirinya.
Ekor mata Yoko sempat melihat seorang murid kelas X yang bermaksud akan ke toilet dihadang oleh kedua teman Bandi dan disuruh pergi. Toilet yang berada di bawah memang bukan satu-satunya toilet di SMA Widya Cakra.
"Sekali lagi, aing tanya! Kenapa maneh liatin Dhea tadi kalau maneh nggak ada masalah dengan dia? Maneh naksir cewek aing!?" bentak Bandi lagi.
"Saya... saya nggak liatin Dhea..."
"Bohong! Maneh kira aing buta!?"
"Bener, Bang..."
"Maneh..."
"Ada Pak Suko!" seru salah seorang teman Bandi.
"Sekarang maneh beruntung. Tapi maneh jangan coba-coba deketin Dhea, atau maneh akan menyesal!" ancam Bandi pada Yoko.
"Ban!"
Bandi melepaskan cekalannya pada kerah Yoko, lalu berjalan keluar dari koridor toilet. Di ujung koridor, dia berpapasan dengan Pak Suko.
"Apa yang kalian lakukan di sini?" tanya Pak Suko saat melihat ketiga murid yang dikenalnya sebagai biang kerok sekolah keluar dari toilet secara bersamaan.
"Lah... kalau ke toilet, memang mau apa, Pak?" jawab Bandi berusaha tenang.
"Bertiga?"
Pak Suko coba mengendus ke arah Bandi dan teman-temannya, mencari bau yang sangat dikenalnya. Bau asap rokok dan alkohol. Namun, dia tidak menemukan itu pada diri Bandi dan teman-temannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Traveline Past (Preview)
خيال علميBagian pertama dari Trilogi Traveline Series terbitan Gramedia Pustaka Utama Untuk membaca versi full, bisa dibaca e-booknya melalui aplikasi gramedia digital. Versi cetaknya bisa dibeli di Toko buku atau pesan langsung ke Novelku Bookstore melalui...