Pertemuan Pertama

25 3 0
                                    

Rasya sangat menyayangi kedua putra kembarnya. Baginya-selain sang bunda- si kembar adalah segalanya. Mereka adalah hidupnya. Apa pun yang kedua jagoan kecilnya pinta, pria itu berikan tanpa terkecuali. Sebagai tanda permintaan maafnya kepada sang buah hati karena mereka harus hidup tanpa seorang ibu.

Tapi kali ini, Rasya di buat bingung dengan permintaan anaknya. Bingung bagaimana harus menjawab dan menanggapinya.

Beberapa hari ini, Rafa dan Rafi bercerita tentang mama yang baik hati. Wanita yang beberapa hari ini selalu anak-anaknya temui di taman yang tidak jauh dari kediaman mereka.

Tapi yang membuatnya bingung kali ini adalah permintaan anaknya untuk membawa wanita itu pulang kerumah. Bagaimana mungkin Rasya bisa membawanya pulang. Wanita itu bukan es krim yang biasa anaknya pesan sebelum dirinya pulang bekerja. Wanita itu tak bisa dia bawa pulang dengan cara di beli.

Terlebih lagi, Rasya tidak tahu seperti apa wanita itu. Siapa namanya saja dia tidak tahu. Bagaimana orangnya, tuluskah dia menyayangi anak-anaknya?

"Mama siapa sih bun? pusing setiap hari dengernya." protes Rasya di meja makan saat mereka sarapan.

Rasya adalah pria mapan berusia 28 tahun. Menikah di usia muda karena alasan cinta. Wanita yang menjadi kekasihnya selama lima tahun langsung ia lamar begitu lulus S2. Berharap pernikahan mereka akan bahagia hingga maut memisahkan.

Wanita anggun dan dewasa yang memanjakannya, justru pergi meninggalkannya dua bulan setelah kelahiran anak mereka. Dengan alasan lelah menghadapi sifat manja Rasya yang tidak berubah dari awal mereka menjalin kasih.

Rasya memang sangat manja. Bukan hanya kepada mantan istrinya, tapi juga kepada bunda Karina. Sebagai anak laki-laki satu-satunya yang lahir setelah ayah meninggal dunia. Membuat dia begitu di manjakan oleh keluarga besarnya. Membuatnya sulit untuk bersikap dewasa meski di usianya yang akan mencapai angka tiga puluh itu.

Tapi Rasya akan berubah menjadi pria yang berwibawa jika di hadapan karyawannya di kantor. Meski kadang jika lelah, pria itu lebih memilih pulang dan tidur di pangkuan ibunya.

"Kata suster namanya Lintang. Tapi bunda juga belum pernah bertemu." jawab bunda Karina yang sedang menyuapi kedua cucunya bergantian.

"Lintang?" gumam Rasya lirih. Nama yang mengingatkannya dengan masa lalu. Gadis di masa lalu yang pernah ia kecewakan.

"Kalau kamu penasaran. Ikut saja bermain di taman dengan anak-anakmu nanti sore." ucap bunda menambahkan. "Mereka setiap sore bermain bersama."

Rasya hanya mengangguk-angguk tanpa ada niat untuk mengikuti saran bundanya. Memang dia sekurang kerjaan itu apa? Lagian untuk mama baru untuk si kembar. Dia bisa mencarinya sendiri. Dimana harga dirinya sebagai seorang lelaki jika istri saja anaknya yang mencarikan. Big No.

***
Rasya sedang sibuk dengan berkas-berkas di hadapannya ketika ponselnya berdering. Nama Ibu Negara muncul di sana. Nama untuk kontak sang bunda sedari jaman dirinya SMP.

"Ada apa bun? bocil rewel?" tanya Rasya langsung.

Karena setiap ibunya itu menelpon pasti urusannya tidak jauh dari kedua jagoan kecilnya. Entah itu mereka sakit, rewel, atau minta di belikan sesuatu.

"Nanti sore kakak-kakakmu akan datang ke rumah. Bisa tolongin bunda, nanti saat kau pulang, mampir ke toko kue langganan bunda yang ada di depan perumahan. Kalau tidak salah namanya Lintang Rembulan." Rasya mencebik. Ternyata ini untuk si kembar yang lain. Kembar yang tak kalah merepotkannya di banding kembar kecil miliknya.

"Kenapa tidak mereka saja yang bunda mintai tolong unuk beli, bun?" protes Rasya. Merengek supaya ibu negara membatalkan titahnya.

"Kau itu! di mintai tolong seperti itu saja tidak mau. Ya sudah lah, biar nanti bunda yang beli sendiri." jika ibu negara sudah berkata demikian, Rasya hanya bisa mengalah dan..

"Ya sudah nanti aku belikan. Bunda ingin beli apa?" tanyanya mendesah.

"Kalau tidak ikhlas tidak usah. Tapi kalau kau bersikeras, tolong belikan Cheesecakes dan juga Redvelvet." Apa-apaan coba kalimat nyonya Shandika itu. Drama sekali ibunya ini.

"Kenapa yang dibeli hanya kesukaan kakak. Sedangkan aku, bunda lupakan!" protes anak bungsu yang manjanya sejagat raya.

"Kau kan yang beli. Kau ingin apa saja tinggal ambil lalu bayar." sekarang siapa yang lebih drama coba?

"Ya tapi bunda tidak ingat kue kesukaan aku, kan?" ucap Rasya sembari memanyunkan bibirnya.

Bunda di seberang sana sudah tergelak. Tahu pasti akan ekspresi menggemaskan putra bungsunya ini. "Ya ampun Sya.. Sya.. Malu dengan anak-anakmu yang lebih mandiri. Ya sudah, sekalian beli Tiramisu untuk anak bunda yang paling ganteng."

"Gitu dong. Aku kan jadi tambah sayang sama bunda."

"Sekarang sudah saatnya untukmu mencari wanita yang kau cintai. Tidak cukup hanya sayang dengan bunda. Anakmu butuh ibu."

Lagi-lagi nasehat pernikahan. Dirinya bukan belum bisa move on atau masih trauma dengan rasa sakit yang mantan istrinya tinggalkan. Hanya saja, Rasya sudah cukup merasa bahagia dengan kehidupannya saat ini. Bahagia di cintai ibu dan anaknya. Hidupnya sudah terasa lengkap tanpa kekurangan apa pun.

"Oke. Oke. Biar nanti penjual kue-nya Rasya nikahi. Biar bunda tidak perlu lagi membeli kue di luar. Karena menantu bunda yang akan membuatkan sendiri di rumah." siapa yang sangka ucapannya yang hanya omong kosong belaka akan menjadi kenyataan. Jodoh memang tidak ada yang tahu bukan?

"Hati-hati. Ucapan adalah doa." ucap bunda mengingatkan.

"Tidak masalah. Asal penjual kue-nya masih muda, cantik, sayang dengan Rafa dan Rafi, dan paling penting bukan istri orang. Rasya siap menerima dia sebagai istri lahir dan batin."

Diseberang bunda menghela napas dan memutuskan kontak. Tidak ingin menanggapi anaknya yang memang tidak pernah serius.

"Kebiasaan nih ibu negara." gerutunya dengan senyum tipis saat panggilan itu terputus sepihak.

Setelah menandatangani berkas-berkas yang ada di mejanya dan mengecek bahan untuk meeting besok pagi. Rasya memakai jas dan membawa tas kerjanya untuk pulang.

Dalam perjalanan tidak lupa pria itu mempir ke toko yang di maksud sang bunda.

Saat membuka pintu. Aroma manis dari beraneka kue menggoda indra penciumannya untuk membeli semua yang mereka jual.

Dari kecil Rasya memang sangat menyukai makanan manis itu. Melihat kue-kue yang di tata rapi di etalase dengan berbagai hiasan lucu. Membuat air liurnya mengalir deras di dalam mulut.

"Silahkan tuan. Ingin mencari kue apa?" sapa salah satu karyawan dengan ramah.

Rasya menyebutkan pesanan yang di minta bundanya sebelum melihat-lihat semua kue yang di pajang. Siapa tahu menemukan yang lucu untuk anak dan keponakannya.

Rasya menambahkan beberapa kue-kue dengan potongan kecil untuk anak-anak.

Saat akan membayar, pria itu di kejutkan dengan wanita yang berdiri di belakang kasir.

"Lintang?"

"Rasya?"

Mereka berucap bersamaan. Sama-sama terkejut dengan pertemuan yang tidak di sangka itu.

Mereka tidak tahu jika takdir mereka sudah terjalin beberapa hari yang lalu. Dengan dua bocah kecil yang sama-sama mereka sayangi.

*

*

*



Untukmu LintangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang