Awal Mula Filsafat

166 18 0
                                    

Semua ilmu di dunia ini berawal dari ketakjuban. Ketakjubanlah yang membuat manusia ingin terus mencari tahu soal apa yang ditakjubkannya ini. Dan inilah awal mula semua ilmu pengetahuan lahir.

Jika ditanya "kapan filsafat itu lahir?" maka jawabannya adalah ketika mitos digantikan dengan logos ( logika ). Filsafat sendiri lahir di zaman Yunani Kuno, dimana saat itu mereka sangat kental dan sangat mempercayai mitos untuk menjawab kejadian yang ada. Misal, ketika ada petir dan masyarakat Yunani Kuno tidak tahu mengapa ada petir, mereka menjawab itu dengan adanya kuasa dewa. Maka mereka meyakini adanya Dewa Zeus sebagai pengatur petir. Ketika ada pelangi, orang-orang Yunani Kuno mempercayai itu sebagai tempat para Dewa Dewi untuk turun ke dunia. Nah, ketika orang-orang Yunani Kuno mempercayai mitos seperti itu, ada orang-orang yang bertanya "apakah benar mitos itu?". Dan disinilah filsafat lahir, ketika mereka berusaha mencari jawaban di luar mitos dengan logos. Dan ternyata mereka benar, ternyata pelangi bukan tempat Dewa Dewi untuk turun, namun adalah peristiwa pembiasan cahaya oleh air.

Jika dijelaskan secara urut, filsafat lahir pertama karena Ketakjuban ( Thaumasia ). Objek ketakjuban adalah segala sesuatu yang bisa diamati. Misal, tiba-tiba ada perempuan yang lewat di depan saya. Saat itu saya langsung Takjub dengan perempuan itu. Rasa takjub inilah yang akan membawa saya lebih lanjut untuk mempertanyakan hal-hal tentang dia. Sama seperti para filsuf di Yunani Kuno, mereka takjub akan adanya petir, adanya pelangi, adanya cinta, dan lain-lain. Penelitian terhadap apa yang diamati demi memahami hakikatnya itulah yang melahirkan filsafat.

Setelah adanya rasa takjub maka mereka akan heran lalu mencari jawaban. Kembali ke contoh awal ketika saya takjub terhadap perempuan, maka saya tidak puas jika hanya melihat dia, saya ingin tahu namanya, rumahnya, dan nomor telepon milik dia. Sama seperti para filsuf Yunani Kuno, ketika mereka takjub terhadap petir dan mereka bertanya pada masyarakat pada saat itu maka para filsuf memperoleh jawaban yaitu "petir muncul karena kuasa Dewa Zeus". Namun para filsuf tidak puas dengan jawaban umum yang diberikan itu. Ketidakpuasan inilah yang membuat manusia terus menerus mencari penjelasan yang logis dan benar, lebih meyakinkan dan pasti. Manusia yang tidak puas akan terus menerus mencari penjelasan dan keterangan yang lebih pasti.

Setelah adanya rasa tidak puas akan munul hasrat bertanya. Ketakjuban dan ketidakpuasan manusia melahirkan pertanyaan-pertanyaan dan ketidakpuasan membuat pertanyaan-pertanyaan ini tak kunjung selesai. Dan inilah inti dari filsafat, mencari pertanyaan, lalu menjawabnya, lalu tidak puas dengan jawaban itu dan kembali bertanya. Kembali ke contoh awal, ketika tadi saya tidak puas hanya bisa takjub terhadap perempuan tadi, maka saya akan bertanya seperti, "siapa nama kamu?", "Rumah kamu dimana?", "apakah masih single?". Dan sama seperti para filsuf, ketika mereka mendapat jawban bahwa Dewa Zeus lah yang menyebabkan adanya petir, maka mereka bertanya "apakah benar demikian?", "apakah tidak ada penjelasan ilmiahnya?", "apakah ini bukan suatu reaksi alam?".  Dan para filsuf selalu mempertanyakan segala sesuatu dengan cara berpikir radikal ( sampai ke akar-akarnya )

Setelah adanya hasrat bertanya dan mereka menemukan jawabannya akan muncul keraguan atas jawaban yang mereka dapatkan. Hal ini mengindikasikan bahwa apa yang ditanyakan itu belum jelas baginya. Kembali ke contoh awal lagi, saya sudah mendapatkan jawaban dari dia bahwa dia single, namun ada keraguan dalam pikiran saya, "apakah dia benar-benar single dan jujur?". Sama seperti para filsuf, ketika mereka mendapat jawban bahwa "petir terjadi karena ada hujan". Mereka ragu akan jawban itu dan kembali bertanya "apakah hanya hujan yang menyebabkan petir". Dan keraguan akan jawaban ini yang membawa para filsuf mendapat jawaban atas kejadian petir yaitu petir terjadi bukan karena adanya Dewa Zeus, namun karena adanya muatan positif dan negatif, akibatnya terdapat perbedaan potensial yang besar dan mengakibatkan pembuangan muatan negatif (elektron) dari awan ke bumi.

Jadi bisa disimpulkan filsafat lahir karena adanya ketakjuban, Ketidakpuasan, Hasrat Bertanya, dan keraguan. Maka aslinya tanpa filsafat pun manusia sudah sering kali berfilsafat untuk menemukan jawaban atas pertanyaannya. 



Apa Itu Filsafat, Cara Berpikir dan Awal Dari Ilmu PengetahuanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang