Haii, semoga suka, ya! Selamat membaca!💛🌻
────┄┄ ❀ ⋆ ❁ ⋆
Karakter Dinda pakai wajah Ryujin
dan Haris pakai Jeno.Rasa kita bukan yang salah, tapi, rasa itu sekarang menemukan waktu yang tidak tepat. Mungkin seperti saat ini, kamu yang perlu lebih fokus dengan karyamu dan aku juga mungkin sama halnya denganmu.
Malam ini, ditempat aku menemukanmu; taman dekat gereja. Kami saling bersua kembali, sudah lama tak saling berbincang dan malah hari ini pembicangannya sedikit lebih serius; tentang hubungan kita.
Ditulis berdasarkan sudut pandang Orang Ketiga.
"Hari ini atau mungkin akhir-akhir ini kamu sibuk sekali, ya?" ujar si perempuan, memulai topiknya langsung tanpa berbasa-basi."Seperti yang kamu tahu, hari ini debut pertama laguku, aku akan sangat sibuk dengan beberapa konser," ujar si lelaki, mulai paham arah topik pembicaraannya akan dibawa kemana.
"Aku denganmu, kita sama-sama sibuk. Tapi, aku selalu meluangkan waktu untuk menyapamu, memberi kabar. Aku hanya butuh itu untuk kejelasan saja."
"Tapi, Din. Kamu tahu aku sibuk, bukan? Aku hanya ingin kamu mengerti, aku tahu kamu juga sama sibuknya denganku."
"Setidaknya luangkan waktu untuk sekedar mengobrol denganku, aku rindu saat-saat itu."
"Jadi, mari kita langsung saja tanpa berbasa-basi, kamu mau hubungan ini seperti apa? Atau, aku seperti apa?" ujar lelaki itu, Haris namanya. Indah, bukan?
"Aku hanya ingin kamu mengerti aku sebentar saja, aku sudah paham kesibukanmu, tapi masa kamu tidak bisa meluangkan waktumu?"
"Aku banyak latihan, daripada ini membuatmu lama menungguku dan menjadi beban pikiranmu, mari kita sudahi kisah kita sampai di sini, aku sibuk kamu pun sama. Lebih baik kita akhiri saja," ujar Haris, pemuda itu berkata, seperti sudah matang pada perkataannya.
"Kenapa? Kenapa cara menyelesaikan masalah kita dengan mengakhiri hubungan? Kamu mau lari dari masalah?" ujar Dinda. Iya, pemudi itu berasma Dinda.
"Bukan lari dari masalah, aku rasa memang sudah harus selesai, aku gamau hubungan ini menjadi beban untuk kita, apalagi kamu yang selalu menunggu," ucap Haris, matanya hampir berkaca-kaca, tapi, pura-pura tegar.
"Kamu jenuh? Tapi, cara menyelesaikan masalah kita bukan begini."
"Bisa dibilang, mungkin aku sedang difase jenuh, dan kamu betul."
"Ya, sudah. Mari kita akhiri seperti ini. Mari jalan beriringan kembali, tapi sebagai status teman. Aku tidak bisa memaksa keinginanmu, kamu juga tidak bisa memaksaku," ujar Dinda, berusaha untuk tidak meneteskan buliran air dari netra coklatnya.
"Baik, terima kasih sudah mau mengerti, mari akhiri pembicaraan ini. Maaf, kalau ini terlalu mendadak dan membuatmu menangis, semoga kamu menemukan penggantiku, yang tentunya lebih bisa mengerti kamu, lebih baik dari aku. Jangan cari yang sama seperti aku, nanti kejadian seperti ini akan terulang lagi," ujar Haris, dengan senyum manis yang terpatri dari sudut kurvanya. Padahal, kalau sudah tidak kuat, bisa kapan saja air menetes dari matanya.
"Betul, terima kasih untuk hari-hari kita, aku lupa sudah berapa hari, kamu yang bilang sendiri, tidak perlu menghitung hari. Kamu juga, ya. Semoga bisa menemukan orang yang bisa mengerti kamu, tidak banyak meminta seperti aku, gadis manja. Aku pulang, ya? Tujuanku bukan kamu lagi," ujar Dinda, ia sengaja berlari. Agar air dari netranya tak terlihat oleh Haris. Padahal, mau nangis atau tidak, Haris akan tahu kalau dia akan menangis. Dinda itu cengeng, tapi, dia tidak membenarkan kalau Dinda itu gadis manja, dia gadis yang bertumbuh menjadi gadis dewasa pola pikir dan tingkah lakunya.
Dinda menangis, meluapkan semua kekecewaannya pada semesta. Air semesta dengan air matanya mungkin sekerang sedang berkompromi, mereka bercucuran bersamaan. Mungkin semesta tidak ingin air mata itu didengar, dilihat oleh orang.
Dibilik sana, lelaki itu juga sama halnya dengan Dinda, ia kacau. Merutuki perilakunya, pikirannya yang seperti anak kecil dengan menghindari masalah itu. Tapi, mau tidak mau, hubungan ini harus berakhir, agar sama-sama tak sakit hati.
"Rasa kita tepat, tapi waktunya yang sudah tidak tepat. Selamat tinggal, aku tidak akan mengucapkan selamat tinggal untuk kenangan kita, biar itu jadi kenangan dan diabadikan oleh semesta. Agar ia tahu, kalau kita pernah ada menjadi dua sepasang kekasih, hanya pernah dan tidak berjalan lama. Semoga kamu selalu baik-baik saja dan menemukan pengganti yang lebih baik. Jangan cari yang sama sepertiku, karena ini akan terulang lagi." ㅡDinda
Dua hari setelahnya, mereka sudah lama tak saling menghubungi. Keduanya memang sengaja, agar memudahkan usaha membiasakan diri.
"Bagaimana keadaanmu? Kamu baik-baik saja?" ujar Dinda, perempuan itu memberanikan diri untuk mengirim satu pesan. Ia tidak mau kalah dengan egonya, karena sekarang ia sedang merindu.
"Seperti yang kamu tahu, tidak sama sekali. Dua hari ini, aku belum membaik. Bagaimana denganmu?"
"Sama denganmu, tidak beda jauh. Bagaimana kalau kita berhubungan kembali?"
"Kamu yakin kita akan baik-baik saja setelah berhubungan kembali? Aku tidak yakin, pasti akhirnya akan sama dengan kita seperti dua hari yang lalu."
"Memangnya siapa yang tidak mau menjalin hubungan kembali? Aku juga mau, tapi aku tidak mau akhir yang sama. Aku mau kamu bahagia tanpa menungguku. Semoga selalu baik-baik saja setelah dua hari ini & jaga diri baik-baik, ya, Din! Maaf, aku tidak bisa menjaga kamu lagi, mungkin bisa, dari jauh. ILYA." ㅡHaris
Tamat
⋆ ❁ ⋆
Basa-basi siapa tahu bersedia; Kalau suka dengan cerita ini, tolong pikirkan kembali untuk memberi saya vote, ya! Kalau tidak suka, tidak masalah. Yang penting kalian sudah tahu karyaku. Boleh komen, kira-kira nanti aku buat oneshoot atau songfict tentang apa atau diambil dari lagu apa? Hehehe, kalau ada salah dalam pengetikan, ejaan kata yang tidak sesuai dengan KBBI, atau salah pemberian tanda baca, tolong tandai, ya! 😉 Terima kasih semuanya & tunggu karyaku selanjutnya, ya! <3
![](https://img.wattpad.com/cover/268088882-288-k800707.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Lingkup Kisah Singkat
FanficLingkup Kisah Singkat: Kisah singkat yang saya buat dari hati dan berharap akan tersampaikan lewat hati jua. Kisah singkat yang hanya ada satu atau dua bagian saja, setelah itu usai atau saya memperbolehkan para pembaca untuk melanjutkan kisahnya da...