Mobil berwarna putih itu menembus hujan di pagi hari, hari di mana sebuah setlist klasik "Seishun Girls" akan kembali dibawakan untuk pertama kalinya setelah lebih dari 3 tahun.
Mata kecil Marsha menatap ke luar jendela, melihat jalanan yang merefleksikan cahaya karena hujan pagi hari ini.
"Siapa ya dia" pikir Marsha dalam hari, sambil membuka semua kemungkinan yang saat ini berputar-putar di dalam pikirannya.
"Staff, fans, atau siapa ya, dia bisa tau unit song aku hari ini, email aku, nama asli aku, apakah memang orang yang dekat denganku?" Marsha terus mengulang pertanyaan itu di kepalanya.
"Nak, silahkan turun, kita sudah sampai" ucap driver kepada Marsha.
Marsha kemudian mengangguk, lalu keluar dari mobil, membawa tas kecil berwarna pink dan melangkah masuk ke mal FX Sudirman.
Jejak langkahnya diiringi tanya, bingung karena ia sadar rahasianya semakin lama bisa semakin berbahaya untuknya.
Marsha kemudian menekan tombol lift lalu berdiri menunggu pintu lift terbuka.
"Hayooo!" seseorang mengagetkan Marsha dari belakang
"Eh, ce fio, kaget tauuu" ucap Marsha sambil mengelus dadanya.
"Haha abisnya kamu pagi-pagi udah bengong aja" ucap Fiony sambil memeluk tumpukan kertas yang ia bawa.
Fiony Alveria adalah seorang member generasi 8, member yang kariernya sangat bersinar, ia sering disebut sebagai masa depan JKT48, bahkan ia dipercaya menjadi center tim di saat ia baru bergabung di grup ini selama 2 tahun saja.
Pintu lift kemudian terbuka, seorang pria keluar dari lift tersebut seperti sedang tergesa-gesa.
"Sorry" ucap Pria tersebut saat ia tidak sengaja menabrak tubuh Marsha sampai ia hampir terjatuh. Pria itu mengenakan jaket berwarna hitam, tubuhnya cukup tinggi, kelihatannya masih cukup muda.
"ehh.. Iya" ucap Marsha dengan polosnya.
Fiony terdiam melihat kejadian barusan, lalu mereka berdua kemudian masuk kedalam lift, dab menekan tombol F4 untuk membawa mereka ke teater JKT48.
Marsha kemudian membuka tasnya untuk mengambil handphone, tetapi ada yang aneh di dalam tas tersebut, ia menemukan handphone lain di dalam tasnya, sebuah handphone berwarna hitam.
Marsha mengeluarkan handphone tersebut, menyalakannya dan melihat lockscreen bergambar karakter kucing hitam yang asing baginya.
Fiony mengintip ke arah layar handphone tersebut. "Loh, aku kira kamu suka anime jepang aja, ternyata kartun amerika juga ya".
"Hah? Maksudnya ce?" Marsha kebingungan, ia bahkan tak tau gambar apa yang ada di handphone yang baru saja ia temukan.
"Iya itu, wallpaper kamu Felix The Cat kan?" ucap Fiony.
"Felix The Cat? Oh... Iya..." ucap Marsha gugup. Ia seperti mendapatkan jawaban dari apa yang semalaman ia cari.
Tak lama kemudian pintu lift terbuka di lantai F4.
"Ce Fio duluan aja ya, aku mau ambil barang ketinggalan" ucap Marsha lalu langsung menekan tombol turun ke lantai di mana ia bertabrakan dengan pria yang ia curigai sebagai Felix The Cat.
Marsha bergegas mencari Pria tersebut di lantai dasar, ia mencari ke setiap sudut mal yang saat itu belum ramai di hari Sabtu pagi.
Ia sama sekali tidak menemukan pria dengan hoodie hitam yang beberapa menit yang lalu menabraknya.
"Bagaimana caranya handphone ini ada di dalam tas ku, jika bukan pria itu yang dengan sengaja menaruhnya saat kita bertabrakan" ucap Marsha dalam hatinya sambil menggenggam handphone itu.
Layar handphone itu kemudian menyala, memunculkan sebuah notifikasi chat. Marsha berhusaha membuka chat itu, tetapi ada kode akses yang harus ia masukkan, ia mencoba beberapa kali tetapi tetap gagal, 0000, 1111, 1234 dan variasi angka lainnya.
Marsha kembali naik ke teater dengan rasa penasaran yang semakin besar, ia yakin ada sesuatu yang penting tersembunyi di dalam handphone itu.
Kaki kecilnya melangkah masuk melalui pintu merah menuju ke backstage teater, bertemu dengan teman-temannya yang sedang senang merasakan hype show pertama setlist baru.
Rasa penasaran kian menyelimutinya, "chat apa ya itu" ucapnya dalam hati, tetapi ia ragu untuk membukanya, karena ia hanya bisa membukanya 3 kali lagi, sebelum handphone itu benar-benar terkunci.
Ia duduk di meja backstage sambil mengayunkan kedua kakinya yang menggantung sambil menatap station pakaiannya.
Terlihat kostum gajah berwarna abu-abu tergantung di bagian paling depan. Ia menatapnya, lalu sesekali menghela nafas.
"Marsha" ucap seseorang yang duduk tepat di sebelahnya
"Kak Jessi" jawab Marsha.
"Hmmm, kamu hari ini semangat kan?" Tanya Jessi seakan hanya memulai percakapan.
Marsha mengangguk dengan cepat, menunjukkan jika ia begitu bersemangat menghadapi shonichinya.
Jessi melanjutkan obrolan hingga beberapa menit berlalu, membuat Marsha sedikit melupakan rasa penasaran yang beberapa jam ini menghantui pikirannya. Pria yang bahkan sama sekali tidak ia kenal berhasil mengambil alih pikirannya dengan alasan yang tak jelas.
Marsha kembali melanjutkan kegiatannya, gladi resik sebelum show dimulai, ia melakukannya dengan sepenuh hati, karena saat inilah saat ia berada sejajar dengan senior-seniornya. Gemuruh yang ia rasakan didalam dadanya menunjukkan jika ia akan menjadi seseorang yang bersinar di tempat ini, tempat yang seharusnya.
----
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Marshmallow
FanfictionSelain menjadi seorang idol, gadis kecil bernama Marsha adalah seorang streamer di aplikasi bernama RedConnect, sebuah aplikasi live berbayar. Cerita ini adalah sebuah perjalanan tubuh kecil Marsha menuju sebuah titik di mana emosi dapat mengalahkan...