Bertemu Kembali

2 2 0
                                    

Manusia mana yang ingin hidupnya dirundung masalah? Manusia mana yang ingin tiapmalamnya di hantui mimpi buruk? 


Tidak ada manusia yang ingin seperti itu. Semua orang berharap hidupnya tenang, damai, dan berkecukupan. Andai itu dapat dirasakan semua orang.

Anjani adalah salah satu dari banyaknya orang yang tak dapat merasakan ketenangan dankedamaian tapi masalah harta jangan ditanya, dia sangat – sangat berkecukupan. Apa hanyadengan berkecukupan dapat membuat bahagia? Kini bahagia hanyalah mimpi semu bagi Anjani.


Setiap hari dia lalui dengan tangis, memori-memori buruk itu selalu muncul, dan dia yakin masadepan yang kelam tengah menunggunya.


"Nona Anjani Harison" seorang wanita keluar dari ruang pemeriksaan dan memanggilAnjani karena kini adalah gilirannnya.


"Ayo sayang" ucap seorang wanita paruh baya yang sedari tadi setia menemaniAnjani.Kini kedua wanita itu masuk keruang pemeriksaan. Di dalam sudah duduk seorang priayang kira - kira dua tahun lebih tua dari pada Anjani.


"Selamat siang" ucap Ibu Anjani sopan sambil duduk dibangku yang berhadapan denganpria itu.


"Dengan Nona Anjani kah?" tanya pria itu yang masih sibuk dengan catatannya danmasih belum melihat pasiennya.


"Iya ini anak saya" ucap Ibu Anjani dan pria itu mendongak. Seketika pria itumenjatuhkan pulpen yang sedari tadi dia pegang. Dia melebarkan matanya tak percaya, wanitayang ada di depannya ini kini menjadi pasiennya.


Bagaimana dengan Anjani? Wanita itu sudah mengetahui sejak dari dia menginjakkankakinya tadi di ruangan itu, bahwa pria jahat itu adalah pskiaternya. 

Rasanya ingin sekali dia memukuli pria itu dengan vas bunga yang ada di depannya.Semua penderitaan yang dia alami selama setahun ini disebabkan pria menjijikkan yang ada dihadapannya kini.

Pria itu menelan ludahnya sebelum akhirnya berbicara lagi "Ada masalah apa?" tanyapria itu sambil mengeratkan tautan tangannya.


" Setahun yang lalu anak saya ini mengalami pelecehan yang menyebabkan trauma yangmendalam baginya.Setiap malam dia selalu bermimpi buruk dan tak jarang dia melemparkanbarang - barang yang ada di hadapannya bila memori itu dia ingat" wanita paruh baya itumenghela nafasnya sebentar, mencoba menetralkan emosinya.


"Saya sedih melihat kondisi anak saya yang seperti ini. Dia dulu adalah sosok Yangperiang dan ceria. Kini sebuah senyum pun tak pernah terlihat dari wajahnya. Saya harap andabisa membantu anak saya dan menyembuhkan traumanya." Setetes air mata telah jatuh, rasanya ingin sekali ibu Anajani menangis sejadi – jadinya menumpahkan semua kesedihan yang dialami jika melihat putrinya. Tapi dia tak boleh terlihat lemah di depan Anjani.


"Sebaiknya ibu tinggalkan kami berdua.Saya akan coba untuk berbicara dengan Anjani"saran pria itu. Seperti biasa dia akan mencoba berbicara empat mata dengan pasiennya untukmengetahui seterpuruk apa pasiennya itu.


"baik saya akan tunggu di luar. Sayang Ibu tinggal ya" ibu Anjani mengecup puncakkepala putrinya itu terlebih dahulu sebelum akhirnya keluar dari ruangan itu.


Kini hanya ada mereka berdua suasana di ruangan itu menjadi canggung. Sekarangtercipta atmosfer kebencian dan rasa bersalah.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 01 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

All Story (CERPEN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang