FADLY POV
Sore ini di kampus, gue masih ada di ruangan himpunan dan dengan bahasan yang sama yaitu acara penyerahan jabatan gue kepada mahasiswa lain. Yah mengingat sekarang gue udah di tingkat akhir dan harus fokus dengan skripsi yang gue jalani saat ini. sejujurnya gue ingin sekali acara rapat ini selesai karena gue harus jemput drama queen di rumah Anna.
“gimana kalau kita adain acaranya minggu depan? Kebetulan masih minggu libur karena sehabis UAS?” saran Malik selaku anggota himpunan tahun ketiga jurusan Teknik.
“gue sih setuju aja. Tergantung pendapat Presma seperti apa?” ucap Irfan.
“presma?!” seru Irfan dan membuyarkan lamunanku.
“kenapa?”
“gimana pendapat Malik?” Tanya Irfan.
“oke. Lo atur aja bareng Marsha tentang acara ini.” jawab gue sambil mengambil tas yang berada di samping gue. Gue tahu jawaban gue ini membuat mereka berdua menjadi akward tetapi gue hanya percaya kepada mereka berdua karena gue yakin mereka berdua pasti bisa melakukan yang terbaik dan lagipula sedari tadi otak gue udah gak fokus sama rapat ini.
“lo mau kemana?” sebuah tangan menghentikan pergerakan gue. Begitu gue menoleh, ternyata itu adalah Marsha.
“gue mau pulang Sha.” Jawab gue. Tapi saat gue mau melangkah, lagi-lagi ia menahan tangan gue. Ini cewek sebenarnya mau apa sih?
“gue ikut pulang bareng lo ya?” tanyanya.
Mau ditolak, gue kasihan sama dia. Karena dia sedang dalam masa penyembuhan. Entahlah penyakit apa yang dia derita. Hanya saja saat gue pergi nonton konser bersama Anka waktu lalu, ia mengirimi pesan bahwa ia sedang sakit dan meminta gue untuk menemaninya disana.
Kalau diterima, gue mesti jemput drama queen karena gue udah janji sama calon mertua gue. Ciyee calon mertua.
“oke tapi gue gak bisa anter lo sampai rumah karena gue mau ada urusan.” Jawab gue dan langsung diangguki olehnya.
Akhirnya gue dan Marsha pergi meninggalkan ruang himpunan. Saat keluar dari ruangan, gue lihat kalau Irfan menatap gue dengan ekspresi yang gue tidak ketahui.
“lo bawa mobil? Tumben banget.” Ucap Marsha sambil memasang safety beltnya.
“ingin aja.” Jawab gue sekenanya.
Sebenarnya gue sengaja bawa mobil karena mengingat saat ini musim hujan dan gue gak mau saat gue pergi dengan Anka, kita harus berhujan-hujanan. Lagipula gue juga gak mau kalau Anka sakit. Oke, mungkin ini sedikit berlebihan tapi apa salahnya jika pencegahan di awal menjadikan hasil yang lebih baik mengingat kita berdua sebentar lagi akan bertunangan atau mungkin…….. menikah?
Di sepanjang perjalanan, kami berdua hanya diam. Gue juga malas untuk membuka pembicaraan. Marsha pun hanya menatap jalan dari balik kaca mobil.
“Fadly.” Ujarnya membuka suara.
“kenapa?”
“apa kita benar-benar gak bisa kembali seperti dulu?” tanyanya dan masih menatap jalan raya.
“hmm.”
Berkali-kali dia menanyakan hal ini. gue itu udah kasih jawaban yang tegas kepadanya bahwa kita tidak bisa kembali dan gue punya tunangan yaitu Anka. Yah walaupun belum tapi akan dipastikan itu terjadi.
“memangnya dia ada feeling sama lo?”
“gue yakin dia punya feel yang sama ke gue.” Jawab gue. Ini cewek benar-benar pantang menyerah untuk balikkan lagi sama gue.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Lovely, My Swear, My Neighbour
Teen FictionApa??dijodohkan??tsk, rasanya hidupku ini bagaikan drama korea yang selalu aku tonton setiap harinya. Aku kira hal seperti ini hanya ada di film, cerita, novel atau yang lainnya. Ternyata terjadi pada diriku sendiri! Aku saja tidak pernah membayangi...