Fadly menghela napas panjang ketika dirinya melangkahkan kaki keluar dari sebuah ruangan yang bertuliskan Bagian Akademik. Fadly pun berjalan menuju taman yang terletak tidak jauh dari lapangan basket. Ia pun melewati beberapa orang yang menyapanya saat ia melewati lapangan tersebut.
Ketika tiba di sebuah bangku ia pun duduk sambil memainkan handphonenya.
Saat menyalakan layar handphonenya, foto Anka saat MOS pun muncul. Fadly memang sengaja memotret Anka diam-diam ketika dia memakai ikat rambut yang banyak dengan pita yang berwarna-warni. Kalau dia sadar akan di foto pastinya akan menolak. Fadly pun tersenyum.
Setelah asyik memainkan handphonenya, Fadly memasukkan kembali benda persegi panjang itu ke saku celananya dan bersandar di kursi itu. Pikirannya menerawang ketika ia berumur 8 tahun dan bermain bersama Anka hingga saat ini mereka telah bertunangan.
"dipikir-pikir selama gue bertunangan dengan Anka, gue belum pernah ngajak dia ngedate." Gumam Fadly.
Ia mengeluarkan handphonenya kembali dan melihat kearah kalender handphonenya. Fadly tersenyum. Ia pun berencana untuk mengajak Anka jalan-jalan hari sabtu nanti setelah dia sidang dan tentunya sebelum dia pergi.
"cieeee senyum-senyum aja!" seru Ren kemudian duduk di samping Fadly dan disusul Irfan yang duduk dihadapan mereka berdua.
"siapa yang senyum-senyum coba?"
"udah deh gak usah bohong gitu! Gue tahu kok pada akhirnya Anka memilih lo daripada sepupu gue Bagas. Apalagi setelah kejadian di aula beberapa hari yang lalu. Iya gak Irfan?"
Irfan mengangguk sambil melipat tangannya di depan dada.
"kejadian di aula?"
Ren dan Irfan mengangguk bersama. "emang lo gak tahu?" Tanya Irfan datar.
"tau apa?"
"emang Anka gak cerita ke lo?" Tanya Irfan lagi.
"enggak. Cuma emang beberapa hari lalu Bagas ke rumah dan Anka menolak gitu. Apa ada hubungannya dengan kejadian di aula?"
Ren dan Irfan mengangguk kembali.
"oke, cerita sekarang." Perintah Fadly.
Irfan dan Ren saling menatap sekilas dan mengadahkan telapak tangannya kearah Fadly. Fadly mengangkat alis sebelahnya karena bingung dengan sikap kedua sahabatnya ini. Dan sedetik kemudian Fadly mengerti maksud mereka.
"iya, gue bakal traktir kalian!" ucap Fadly memutar bola matanya sedangkan Irfan dan Ren mengangguk dengan senyum penuh kemenangan.
***
Anka keluar dari kamarnya sambil senyum - senyum menatap layar handphonenya. Ibunya yang kebetulan sedang duduk bersantai di sebuah ruangan keluarga yang juga berada di lantai dua pun sedikit bingung dengan sikap anaknya ini.
"senyum - senyum aja." Ujar ibunya dan seketika itu Anka terkejut melihat wujud ibunya. Hampir saja handphone yang ia pegang jatuh.
"kok bisa ibu disini? Bukannya ibu lagi pergi sama bapak dan akan pulang besok?"
"dipercepat. Lama-lama ikut sama bapak kamu pekerjaan ibu di rumah terbengkalai. Padahal ibu punya anak gadis dua orang." Sindir ibunya.
Anka melangkah dan duduk disamping ibunya. "iiihh ibu... Anka juga suka bantu ibu kok." Jawab Anka dan ibunya hanya diam sambil sibuk membuka buku majalah.
"terus, kenapa kamu gak ke kampus?"
"libur bu. Lebih tepatnya memang gak ada jadwal kuliah." Jawab Anka dan diangguki oleh ibunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Lovely, My Swear, My Neighbour
Teen FictionApa??dijodohkan??tsk, rasanya hidupku ini bagaikan drama korea yang selalu aku tonton setiap harinya. Aku kira hal seperti ini hanya ada di film, cerita, novel atau yang lainnya. Ternyata terjadi pada diriku sendiri! Aku saja tidak pernah membayangi...