BAB XII

7.3K 290 0
                                    

Sesampainya di rumah, Fadly melangkah menuju kamarnya. Secara waktu bersamaan Anka pun keluar dari kamarnya. Mereka berdua terdiam saling berhadapan untuk beberapa detik.

“lo udah balik?” Tanya Fadly membuka suara.

Anka hanya memandang dalam diam. Dilihat dari pandangan Anka, Fadly merasa tatapan Anka mengisyaratkan suatu kekesalan. Anka yang tidak mempedulikan Fadly pun melanjutkan langkahnya yang tertunda tadi. Tapi baru dua langkah Anka berjalan, tangan Fadly menarik tangan Anka dan secara otomatis tubuh Anka memutar dan menghadap kearah Fadly.

“lo itu kenapa?” Tanya Fadly dingin. Anka hanya bisa menatap Fadly. Ingatan Anka masih terngiang di otaknya saat kejadian siang tadi di kampus yang entah kenapa membuat hati Anka menjadi sakit.

Sedetik kemudian, Anka menoleh kearah lain.

“lepasin gue.” Ujar Anka datar.

Fadly menghela napasnya sejenak. Anka terlihat sedang kesal sekali saat ini. apa gara-gara tadi ia lihat kejadian di ruang Himpunan?

“Anka, ada apa? Coba cerita.” Ucap Fadly sedikit melembut.

“udahlah Fadly, gak ada apa-apa. Mood gue aja yang lagi buruk.” Ujar Anka dan mencoba menepis tangannya dari tangan Fadly. Usaha Anka sia-sia karena secara tiba-tiba Fadly memeluk Anka. Anka terkejut atas perlakuan Fadly ini hingga berselang beberapa detik mereka berdua hanya terdiam dengan posisi itu.

“sedikit lebih baik?” Tanya Fadly dengan nada sedikit mengejek. Anka mendongakkan kepala dan memberi sedikit jarak dengan Fadly.

“Sialan lo!!”

“lo itu, cewek tapi omongannya kasar banget!”

“suka – suka gue! Udahlah gue mau ke dapur!” seru Anka dan melepaskan dirinya dari Fadly. Tapi sebelum Anka berbalik, lagi-lagi Fadly menarik lengan Anka kembali.

“apalagi?!” Tanya Anka jutek.

“percayalah. Apa yang semua lo lihat dan lo denger tentang gue, gue Cuma ingin lo percaya sama gue.” Sahut Fadly. Anka terdiam dan menatap Fadly. Dilihat dari tatapannya, Anka merasa Fadly berkata serius.

“oooh…oke.” Jawab Anka mengangguk. “berarti ini permintaan kedua lo ke gue?”

“kedua? Memang yang pertama apa?”

“yang pertama itu lo nyuruh gue buat beresin peralatan makan di dapur pas lo buatin nasi goreng.”

“kan udah gue omongin itu bukan termasuk ke dalam permintaan! Tapi perintah!”

“aduuuh whatever! Pokoknya ini permintaan kedua lo!” ujar Anka dan pergi ke dapur. Fadly hanya tersenyum kecil dan kembali ke kamarnya.

***

Akhir-akhir ini Fadly sering sekali pulang telat. Katanya sih ia sibuk dengan kegiatan Himpunan dan menyiapkan acara penyerahan jabatan Presma ke mahasiswa lain yang akan dijadikan kandidat Presma. Selain itu Fadly juga sibuk mengurusi skripsinya. Sudah tak terasa juga bagi Anka bahwa ia telah melewati masa pekan ujian. Dan saat mengetahui hasil IPnya, lagi-lagi Anka kalah dengan hasil nilai Bagas.

“kok gitu sih??pokoknya kita seimbang Bagas!” ucap Anka.

“seimbang? Ooh…tidak bisa. Jelas-jelas lo kalah dari gue. Udah terima saja Anka.”

“Cuma beda 0,5, Bagas! Iih nyebelin banget sih kalau taruhan sama lo pasti aja gue kalah!”

“enggak bisa Anka. Taruhan tetaplah taruhan! Maka dari itu, gue seneng taruhan sama lo sejak SMA. Hahaha….”

My Lovely, My Swear, My NeighbourTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang