Cengkraman pada kerah jas semakin erat saja. Mungkin jika Megumi mengenakan kemeja atau kaus biasa, Zenin Naoya sudah sekalian mencekik lehernya. Ia balas memegangi pergelangan tangan si pria, berusaha mendorong agar cengkram pada kerah jas segera lepas.
"Jawab aku! Kau sudah menolak untuk membocorkan lokasi dokumen itu dan sekarang kau malah ingin membuat perusahaan rugi besar?" seru Naoya sembari mendorong Megumi hingga bersandar pada kusen pintu.
"Apa kau tidak ingin tahu bagaimana ayahmu bisa mati?" Barusan itu pertanyaan yang sama dengan interogasi di area konstruksi. Meskipun Megumi hanya mendengar samar-samar dan tak dapat menyahut apapun kala itu, ia masih ingat.
"Kecelakan pesawat," jeda sejenak untuk mengambil napas, "bukan?"
Kali ini Megumi bisa balas memastikan. Tapi Naoya hanya tertawa, semakin lama semakin keras dan mengisi keheningan apartemen.
"Kau masih naif seperti dulu," gumamnya pelan, "sangat naif." Tangannya berpindah pada leher, benar-benar mencekik Megumi. Ia seolah menikmati ekspresi bingung dan tersiksa yang lelaki itu tunjukkan seiring cekikan bertambah kuat.
Kalau anggota Zenin ini masih ingin mengetahui letak dokumen rahasia, Megumi tidak mungkin dibunuh. Ia tidak mungkin mati dicekik sekarang. Tapi jalur udara di tenggorokannya seolah hampir tertutup. Lelaki itu terbatuk-batuk, sedikit demi sedikit kehilangan napas.
Samar-samar Megumi mendengar suara lari dari belakang. Mungkin seseorang datang. Mungkin saja orang suruhan Zenin. Astaga, apakah pria yang menyebut diri sebagai paman Megumi ini benar-benar mau membunuhnya? Kalau benar, maka lelaki itu tidak punya pilihan lain.
Sebuah tendang keras terarah pada perut Naoya. Itu dari Megumi. Lalu dengan cepat ia juga mengunci pergerakan dengan membuat pria pirang tersungkur di lantai dan menindihnya--sambil masih sedikit terbatuk.
Ketika mendongak, Megumi bertemu dengan pemilik langkah tadi--yang ternyata bukan orang Zenin. Tentu saja. Siapa orang Zenin yang menghancurkan proyek mereka sendiri?
"Kenapa kau menguntitku?" tanya Megumi sambil melempar tatapan tajam.
Yang ditanya mundur selangkah, tampak bernyali ciut. Kontras sekali dengan penampilan garangnya. "Tidak menguntit. Hanya memastikan kau baik-baik saja," sebut Ryomen Sukuna, sambil berpose di koridor apartemen.
"Lihat siapa yang datang," celetuk sosok di bawah Megumi. Ekspresi Naoya tampak kesakitan karena lelaki itu memegangi tangannya erat-erat.
Sukuna hanya menatap saja, selama beberapa menit. Hingga pria pirang itu geram sendiri. Ia mencoba memberontak lagi, namun Megumi tetap menahan pergerakannya.
"Aku jadi ingin bertukar tempat denganmu," ucap Ryomen Sukuna tiba-tiba.
Kedua orang yang sedang bertarung di lantai mendongak bingung. Tapi Naoya yang pertama sadar. Ia mendorong Megumi hingga membentur dinding kamar lain. Tanpa membuang-buang waktu, Sukuna langsung menghampiri lelaki itu, membawanya ke dalam dekap--dalam rangka melindungi Megumi dari ancaman si pirang.
Tapi pemuda Fushiguro--ketua sebuah geng ahli bertarung yang sering dipesan untuk menjaga acara penting--tidak butuh dilindungi.
"Minggir," sebutnya seraya menyingkirkan Sukuna, kemudian bangkit dan menarik lengan pakaian pria pirang.
Seakan tidak lagi ada perih selepas insiden cekik barusan, Megumi ganti mencari masalah. Lelaki itu menahan Naoya, mencengkram kerah kemejanya erat-erat. "Katakan padaku," bentak Megumi, "katakan yang sebenarnya!"
Sukuna hanya diam di tempat. Ia akan maju bila Fushiguro Megumi tampak tersudutkan. Tapi pria itu tidak ingin ikut campur urusan keluarga. Sementara itu Naoya hanya melayangkan tatap, memperhatikan bagaimana raut Megumi berubah frustrasi karena tak kunjung ada jawaban untuk pertanyaan janggal tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
dearly | sukufushi
FanfictionDari semua opsi yang berada di depan mata, Fushiguro Megumi berharap ada pilihan lain. Ia berharap seseorang yang dapat membantunya mengatasi perseteruan pelik keluarga ini bukanlah orang seberbahaya Ryomen Sukuna. [ sukufushi, bxb, romance, crime...