Prolog

1.8K 228 5
                                    


drrrt ... drrt ... drrrrt ...

Gadis yang saat ini berbaring di ranjang dengan selimut yang menggelung tubuhnya adalah Haruno Sakura. Usia dua puluh lima tahun, single dan hanya pernah berkencan secara online selama tiga hari. Berasal dari desa kecil di ujung barat yang nekat mengadu nasib di kota sibuk Konoha demi kehidupan yang lebih baik dan membawa pulang sebuah pesawat.

drrrt ... drrt ... drrrrt ...

Orang bilang mendapat pekerjaan bagus merupakan suatu hal yang membanggakan. Sakura setuju dengan hal itu, sebab pekerjaan bagus berarti juga gaji yang cukup. Belum lagi ada suatu kebanggaan ketika orang lain bertanya tentang apa pekerjaannya. Apalagi Sakura yang berasal dari desa dengan mayoritas penduduk sebagai petani atau pedagang, dengan pekerjaannya saat ini cukup membuat kedua orangtuanya merasa bangga. Di silsilah keluarganya hanya ia yang berhasil menyelesaikan pendidikan sampai ke perguruan tinggi dan bekerja di kantor.

drrrt ... drrt ... drrrrt ...

Tapi, jika mendapat pekerjaan bagus berarti sama dengan kehilangan waktu tidur, rasanya Sakura ingin mengumpat saja. Dipikir tanpa otak pun ia tahu siapa yang menghubunginya malam-malam begini.

drrrt ... drrt ... drrrrt ...

"AKH!"

Jam dinding di kamarnya masih menunjukan pukul sebelas kurang lima belas menit. Itu berarti ia baru tidur sekitar empat puluh lima menit selepas lembur. Ponselnya masih menyala dengan satu nama yang sesuai tebakannya tertulis di sana. Ia akan memaki orang itu dengan kalimat kotor yang sedang tren di desa tempatnya berasal. Menyumpahinya tidak laku sampai tua.

"Selamat malam, Tuan. Ada yang bisa saya bantu?"

Tentu saja itu semua tidak akan ia lakukan. Semua umpatannya mengendap di lambung yang sering kali membuat asam lambungnya naik. Sakura masih mencintai pekerjaannya ditambah bonus akhir tahun yang menggiurkan. Ia masih harus menabung untuk membeli pesawat. Biarkan saja asam lambungnya yang naik. Anggap seperti melatih kesabaran, karena mencari pekerjaan di kota besar seperti Konoha tidaklah mudah jadi nikmati saja pekerjaannya saat ini.

'Tisu di kamar mandiku habis. Cepat belikan dan antar ke apartemnku sebelum jam dua belas malam!'

Sambungan terputus, menyisakan Sakura yang menatap ponselnya tidak percaya. Orang sialan kaya ini menghubunginya malam hari hanya untuk membeli tisu yang seharusnya bisa dia lakukankan sendiri.

Apa segulung tisu bahkan jauh lebih berarti dari jam istirahatnya?

Going CrazyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang