Sakura sudah dibuat menggila keesokan harinya ketika menerima pesan singkat dari Sasuke yang menyuruhnya membeli celana dalam pria di minimarket sebelum datang menjemputnya. Ia akan berpikir pria itu selain merepotkan juga ternyata mesum jika saja Sasuke tidak menjelaskan bahwa celana dalam ukuran L tersebut untuk sepupunya yang baru saja diusir dari rumah.
Awas saja, ia akan meminta Sasuke memberinya bonus karena membuatnya malu saat kasir di minimarket mengerling menggodanya yang membeli sekotak celana dalam pria. Demi Tuhan, bahkan ia tidak pernah membelikan benda ini untuk ayahnya.
"Kau sudah membelikan pesananku?" tanya Sasuke sedetik pintu terbuka. Sakura bahkan tidak perlu menekan bel seolah Sasuke sudah menyadari kemunculannya.
"Yes, Sir."
Sasuke merebutnya dari tangan Sakura yang membawanya seperti sedang membawa seplastik kotoran hamster. Gadis itu mengekor Sasuke masuk dan terkejut menemukan pria lain sedang terbaring di karpet depan TV dengan selimut yang menutupi dari pinggang sampai lutut. Sakura tidak ingin memikirkan apa yang ada di balik selimut abu-abu itu.
"Ambil ini dan cepat pergi dari rumahku!" Sasuke menjatuhkan celana dalam tersebut pada perut pria yang tidak Sakura kenali. Melihat kemiripan mereka Sakura yakin inilah sepupu si Uchiha yang semalam diusir dari rumah.
"Thank's, Bro."
Sakura mendongak pada lampu. Menjauhkan matanya dari pemandangan seorang pria yang berjalan ke kamar mandi hanya terbalut selimut.
"Kau tunggu di sini. Aku akan ganti baju."
Ia bahkan baru sadar Sasuke masih memakai baju tidur. Setelah melihat Sasuke masuk ke kamar, Sakura duduk pada sofa dan menyibukan diri dengan memeriksa beberapa email di ponselnya yang belum sempat terbaca. Ketika ia sampai pada email kelima, sepupu Sasuke sudah kembali dan duduk di hadapannya.
"Kau sekretaris Sasuke yang baru? Sudah berapa lama?" tanyanya to the point. "Oh maaf. Aku seharusnya memperkenalkan diri lebih dulu sebelum bertanya padamu," lanjutnya dengan senyuman playboy yang sama sekali tidak berpengaruh untuk Sakura. Dia jelas jenis pria yang suka tebar pesona dan terlalu banyak bicara.
"Namaku Sai. Usia dua puluh empat tahun. Terakhir berkencan seminggu yang lalu. Hobi melukis. Penyayang dan jelas lebih tampan dari Sasuke."
Dan terlalu percaya diri, tambah Sakura dalam hati.
"Dan pengangguran," imbuh Sasuke yang baru muncul.
Sai mendengus, "Aku baru lulus kuliah tahun lalu jadi wajar kalau masih menganggur," ia membela diri.
"Waktu setahun cukup untukmu mencari pekerjaan daripada menggoda anak SMA," sahut Sasuke tidak mau kalah.
"Aku tidak mendengarkan ucapan sirik pria yang belum bisa lepas dari sang mantan," balas Sai tepat sasaran.
Sakura melihat Sasuke memicingkan mata siap menyeruduk sepupunya dan Sakura siap menjadi saksi dokumenter.
"Oh! Aku ada kencan dengan Mia-chan. Terima kasih karena sudah membantuku membeli celana dalam," ucap Sai pada Sakura sebelum dia melarikan diri dari apartemen Sasuke.
Sakura tidak habis pikir, sepertinya keluarga si bos memang terdiri dari orang-orang tidak biasa – bahasa sopan dari aneh – ia beberapa kali bertemu dengan Tuan Fugaku yang pada awalnya memberi kesan sebagai sosok pria berwibawa setinggi gedung-gedung di Dubai mendadak membuat Sakura ilfeel sebab pria itulah yang ternyata mewariskan sifat aneh pada Sasuke.
"Kenapa kau diam?"
Ia tersentak mendengar suara berat Sasuke. Pria itu hampir rapi dengan setelan kantornya. Hanya kurang dasi yang belum melingkar di tempatnya. Sakura berdeham sebagai bentuk pengalihan atas keterpesonaannya pada wujud pria itu. Tangannya gatal ingin mengusap tetesan air dari rambut setengah basah Sasuke turun melewati pelipis dan menghilang di leher.
"Kau melamun?" Suara Sasuke menyentakan Sakura dari lamunannya lagi. Pria itu sudah selesai mengikat dasinya siap menuju kantor.
"Ayo berangkat."
Sakura mengekor di belakang seperti itik lalu tanpa sengaja membentur punggung Sasuke yang mendadak berhenti. Kalau saja orang di depannya ini bukan si bos sudah ia cubit pantatnya karena berhenti mendadak.
"Hari sabtu nanti kau ikut denganku."
"Hah?"
Apa tadi orang ini bilang? Sabtu nanti? Maksudnya besok lusa? Kenapa mendadak sekali? Si Sasuke ini hobi sekali membuat rencana dadakan, sabtukan hari yang ia tunggu-tunggu karena terbebas dari bos aneh ini. Apa sekarang Sakura juga harus mendapat pengurangan hari libur? Memangnya ada apa dengan hari sabtu?
Oh! Pesta pernikahan mantan pacar si bos!
Apa pria ini begitu frutrasi sampai membawa sekretarisnya menghadiri pesta pernikahan mantan pacar? Harusnya dengan tampang setampan itu dan uang sebanyak itu Sasuke bisa mengajak wanita manapun, tapi tidak heran juga siapa wanita yang tahan dengan sikap menyebalkan pria ini.
"Sabtu nanti saya – "
"Aku akan memberimu bonus," Sasuke membujuk. Orang kaya jenis Sasuke selalu begini. Menggunakan uang untuk mendapatkan keinginannya, sedang bagi Sakura sabtu adalah hari kemerdekaan di mana ia tidak harus bertemu Sasuke. Menghadapi segala keanehannya.
"Maaf, Sasuke-sama. Saya – "
"Sepasang kura-kura baru dan satu set kandang beserta makanannya. Aku juga akan memberikan asuransi untuk kura-kuramu."
"Saya akan menjemput anda!" tegas Sakura. Emeraldnya menatap Sasuke penuh tekat dan keyakinan. Teringat dengan dua momongannya di rumah yang akan mendapat rekan baru bahkan sampai asuransi.
"Tidak perlu. Kita bertemu di butik Izumi."
"Siap!
Demi kura-kura!
KAMU SEDANG MEMBACA
Going Crazy
FanfictionHaruno Sakura. Pekerjaan sekretaris. Bos sudah pasti Uchiha Sasuke. Kewarasan? Ia sadar sudah hampir gila. 'Sebenarnya aku ini sekretaris atau istrimu?' 'Sekarang masih sekretaris, mungkin jika sudah siap kau bisa menjadi partner berkembang biakku.'...