Namanya Arunika Theresia Zahra, seorang siswi berusia 18 tahun di salah satu sekolah menengah atas terbaik di Indonesia.
Ia siswi terbaik di sekolahnya, sopan santun, tata krama, dan tingkah lakunya pun sangat tertata rapi, terbungkus dengan kepintaran diatas rata-rata serta cara berbicara yang manis tanpa dibuat-buat dimilikinya. Jangankan para guru, satpam, para tukang kebun, dan ibu kantin pun menyukainya. Hingga mereka meminta gadis yang sering dipanggil dengan sebutan Zahra itu agar tidak lulus saja dari sekolah hingga mereka pensiun.
"Nak Zahra, bisa tidak kamu tidak perlu lulus sampai mbok pensiun kerja disini," kata salah satu ibu kantin sembari menggenggam tangannya.
Zahra hanya tersenyum, hanya anggukan kepala yang ia lakukan. Ia tak dapat melakukan apapun selain hal itu. Begitulah ekspresinya saat bertemu dengan orang-orang yang meminta hal yang sama. Termasuk ibu kantin, itu adalah orang ke 15 yang meminta hal yang sama darinya.
Kehidupan Zahra, bagi sebagian orang merupakan kehidupan yang sempurna bagi gadis seusianya. Orang tua yang kaya, nilai yang bagus, paras yang menawan, dan pacar tampan yang selalu men-supportnya di setiap saat.
Tapi mereka tidak tahu, dibalik kehidupan "sempurna" itu tersimpan "Zahra" yang lain. Zahra yang murung, Zahra yang selalu menangis, dan Zahra yang menyimpan luka dalam di setiap senyum palsunya.
Dan dengan demikian, kisah ini dimulai.
KAMU SEDANG MEMBACA
What is Happiness?
Teen FictionSebenarnya... definisi 'bahagia' itu, seperti apa? Apakah cara mendapatkannya mudah? Ini akan menjadi kisah seorang gadis remaja berusia 18 tahun di tahun ini, bagaimana dengan ceritamu?