4

1.6K 58 0
                                    

Cerita ini sudah Bab 53 ya di KBM dan 50 di Karyakarsa karena aku update per lima bab disana. Untuk harga ekonomis kalian bisa beli paket ya

Username: aniswiji atau link ada di bio

Selamat Membaca

Dalam benakku mengulang mata kuliah sama saja bertemu dengan dosen dan materi yang sama. Bersama teman satu angkatan, aku mengulang mata kuliah ini.

"Selamat Pagi menjelang Siang." Sapa seorang dosen pria yang baru saja aku temui di ruangannya. Dia berjalan menuju meja dosen dengan pakaian yang cukup rapi. Kemeja lengan panjang dipadupadankan dengan celana kain warna cokelat. Langkah kaki tegas dengan sorot mata yang tajam.

"Gila, dosen baru ganteng amat." Suara selentingan yang aku dengar menjadi topik pembicaraan yang cukup hangat. "Gue juga mau jadi simpanannya."

Semua yang berada di ruangan ini seperti terhipnotis dengan pesona dosen baru itu. Aku tidak menampik jika karismanya cukup membuat banyak kalangan segan dan hormat.

"Baiklah, perkenalkan saya dosen baru, Adnan Khalil Ahmad. Selama satu semester ini kita akan berjumpa di kelas ini." Ucapnya sesekali dengan senyuman. Pak Adnan mulai mengabsen satu per satu nama yang mengikuti kelas ini, hingga namaku akhirnya disebut.

"Anisa Hendrawan." Dia menatap diriku, seolah nama yang ia sebut sama dengan orang yang ia kenal. Responnya tersenyum manis saat dia menatap diriku. Tidak ada hal yang aneh selama perkuliahan ini. Dia sebagai dosen dan aku sebagai mahasiswanya.

***

Setelah menghabiskan waktu di perpustakaan kampus, aku memilih untuk pulang ke rumah. Rasanya otak dan badan remuk redam, banyak hal yang aku cari di perpus yang membuatku merasa lelah. Banyak materi yang harus aku susun untuk melangkah ke bab dua skripsi. Mengingat betapa berat tantangan yang harus aku hadapi sekarang.

Berjalan menuju pintu keluar kampus, aku mendapati mobil yang berhenti dan membukakan kaca jendelanya. "Anisa," panggilnya, "mari pulang sama saya."

Dalam benakku penuh dengan pertimbangan, antara mengiyakan atau menolaknya. Bukan hal mudah jika aku mengiyakannya, banyak pasang mata masih berada disini. Yang nantinya akan membuat banyak orang berspekulasi tentang diriku. Tetapi jika aku menolaknya, aku merasa tidak sopan. Bagaimanapun Pak Adnan tetangga yang merangkap dosenku.

"Ayo, masuk." Perintahnya.

Nampaknya ia tahu apa yang aku pikirkan, "sudah masuk! Apa saya yang keluar."

Aku menggelengkan kepala, lebih baik aku segera masuk. Membuka pintu mobil, aku mendudukkan tubuh di bangku samping kemudi.

"Jangan sungkan sama saya." Ucapnya dengan melajukan mobilnya meninggalkan kampus.

"Iya, Pak."

"Kenapa kamu baru pulang?"

"Dari perpus cari literatur buat landasan teori. Saya sudah disuruh Papa agar lekas menyelesaikan kuliah." Jawabku jujur.

"Oh... kalau gitu saya bisa bantu. Kamu bisa minta bimbingan dengan saya saat akhir pekan." Katanya santai, dengan pandangan tetap kedepan melihat lalu lintas yang sedikit ramai.

Aku yang mendengarnya sangat tertarik dengan tawaran Pak Adnan. Sedikit dari bebanku seolah berkurang, ada harapan disana untukku. "Beneran, Pak?" Dia tersenyum dan mengangguk.

"Saya serius, kita bisa mulai minggu ini. Kalau lancar mungkin lima bulan kamu sudah selesai." Ucapnya penuh kesungguhan.

"Baik Pak." Aku menyetuji tawarannya, bagaimanapun sangat susah bisa bertemu dengan dia. Itu yang aku dengar dari teman-teman satu dosen pembimbingnya dia.

"Hmm, kamu sudah lapar? Perut saya sudah lapar ini. Kita mampir di tempat makan ya." Ajaknya penuh harap dengan tangan kiri mengusap perutnya. Aku tahu pekerjaannya sangat menguras energi, bukan menguras tetapi membutuhkan energi yang banyak.

"Bapak ngajakin saya?"

"Iya, disini memang ada siapa selain kamu?"

Aku nampak berfikir, sebenarnya jika yang mangajak teman sebaya maka aku tidak akan berpikir panjang. Tetapi ini yang mengajak pria paruh baya dengan status dosen? Apalagi kalau teman-temanku melihatnya, maka akan banyak gosip yang beredar besuk.

"Sudah jangan banyak berpikir. Saya ngajakin kamu cuma buat makan." Tuturnya lembut.

"Iya Pak, saya mau." Mobil berhenti di salah satu rumah makan yang searah dengan jalan pulang kami.

"Iya, terima kasih ya mau menemani saya makan." Aku hanya mengangguk merespon ucapannya sesaat ketika selesai memarkirkan mobil.

Kami berjalan masuk dengan dia berada di depan dan aku berjalan di belakangnya. Seorang pelayan menawarkan kami untuk duduk di meja pojok yang kosong.

"Silakan, Nisa kamu pesan apa. Saya yang bayar, jangan sungkan." Menyerahkan buku menu restoran ke hadapanku.

Aku memilih makanan yang tidak berat karena hari sudah menjelang petang. "Kamu makan itu saja?" Tanyanya sedikit keheranan.

"Iya, saya diet Pak."

"Buat apa?"

"Biar tubuh saya tidak melar, Pak. Saya harus menjaga bentuk tubuh." Bagi kaum muda, bentuk tubuh dan timbangan berat badan adalah momok yang mengintai setiap waktu.
"Kamu sudah ideal di mata saya."

"Tapi belum tentu menurut orang lain Pak."

"Iya, terserah kamu saja." Akhirnya ia mengalah juga. Semua yang kami pesan terhidang di meja makan, kami sangat menikmati hidangannya.

Semuanya tandas tak tersisa, "sudah kenyang kan?"

"Iya Pak, kenyang. Terima kasih ya Pak mau mentraktir saya."

"Iya sama-sama, saya juga berterimakasih kamu mau menemani saya makan. Sudah lama saya makan sendiri."

"Wah, berarti kita sama-sama simbiosis mutualisme dong Pak. Hehehe."

"Iya, ya." Selesai berbicara, Pak Adnan membayar semua makanan. Melanjutkan perjalanan pulang, dia menghentikan mobilnya tepat di depan rumahku.

"Terima kasih ya Pak. Sudah mau di repoti." Kataku sebelum aku melangkah keluar mobil.

"Iya, saya juga. Titip salam buat Papa dan Mama kamu. Yasudah, saya pulang dulu." Mobilnya melaju menuju rumah Pak Adnan meninggalkan diriku di depan rumah.

Tbc

Ayo ramaikan di KBM APP. link ada di bio ya gaes. Buat info juga titik Temu juga update terus disana!!!!

Cari : aniswiji

Cinta Beda Usia ✔ (KBM & KARYAKARSA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang