Chapter III

10 3 0
                                    

The Saturn

Chapter III;

|?|?|?|

Lalisa masih dalam pikirannya. Ia tak menyangka diumur yang baru menginjak enam belas tahun ini, dia sudah dilibatkan oleh tugas-tugas penting dan berbahaya. Apa ia ada di alam mimpi? atau sekarang ia hanya melamun saja lalu terbawa suasana film aksi yang selalu ia tonton bersama Rose? Tidak, Lisa tidak bisa benar-benar menentukan.

Gadis itu menidurkan kepalanya diatas meja kelas, semenit yang lalu bel istirahat sudah berbunyi tapi Lalisa tetap enggan beranjak dari sana dan malah memilih untuk berdebat dengan pikirannya sendiri.

Cling.

Lisa meraih ponselnya lalu disana sebuah pesan masuk dari Ryne, adik kelas yang sekarang menjadi teman satu timnya.

From : Ryne

To : you

Kak Lisa, Ms. Jull meminta kita untuk berkumpul di ruangan klub inggris sekarang.

"Ternyata memang bukan mimpi atau khayalan," gumamnya pasrah usai membaca pesan itu. Lisa merapikan poninya lalu mulai begegas pergi kearah ruang klub inggris yang terletak di sebelah barat Arbelive, tidak cukup jauh dari kelasnya tapi malas saja jika harus berjalan kesana.

|?|?|?|

"Ryn-Ryn, sudah dibaca?" tanya Bobby memanggil Ryne dengan nada kekanakan, Ryne menatapnya sedikit jengkel namun setelah itu mengangguk.

Seorang pemuda masuk kedalam ruangan itu masih dengan peluh yang mengucur dan pakaian klub basket sekolah yang basah akibat keringat, Jey menaruh bola basket kuning neon kesayangannya dengan ukiran inisial namanya 'JUST J' di samping pintu lalu berbaring-baring dilantai, tepatnya dibawah pendingin ruangan.

"Bola basketmu bahkan lebih bersinar dari pada masa depanku," celetuk Bobby membuat Ryne sedikit tertawa.

"Memang," tambah Jeanie yang tiba-tiba sudah berdiri di ambang pintu dengan senyum mengejek lalu duduk di samping Ryne yang kembali tertawa mendengar sautan Jeanie, ia suka melihat kakak kelas nya yang sok tampan itu kembali ternistakan.

Tak lama setelah itu Jefrey bergabung dan segera duduk di samping Bobby tanpa mengucapkan kata apapun, Jefrey memang si tampan yang pendiam--Jefrey hanya tidak banyak berbicara bukan berarti jutek seperti Jeanie, ia lebih suka mengamati dari pada memberi komentar.

"YO what's up my bro, Jeff!"

Bobby menyambut dengan heboh dan nyaring sementara Jefrey hanya tersenyum samar membuat matanya sedikit menyipit. Jeanie berdecih mengejek, "Kamu lihat wajah Jefrey? Dia keberatan dengan sambutanmu yang berisik, Bobby."

Bobby menjulurkan lidahnya pada Jeanie membuat gadis itu mulai dipenuhi api-api yang ingin meledak.

"Bobby, kamu—"

"Cih, padahal dia sendiri yang memulai duluan," cibir Bobby yang masih dapat terdengar oleh telinga tajam Jeanie.

"Ms. Jull sudah datang?"

Si gadis dengan poni rata memotong membuat segala atensi tertuju padanya, Lisa baru saja datang.

"Apa kamu melihat Ms. Jull di sini?" tanya Jeanie dengan galak dan Lisa menggeleng polos.

"Stupid," decih Jeanie tanpa melirik.

"Run, Lily! She is tiger!" peringat Bobby dengan nada berlebihan menatap Lisa seperti sedang dalam kejaran hantu sembari menunjuk-nunjuk wajah Jeanie. Jeanie yang tak terima pun segera menghampiri Bobby yang masih tertawa-tawa, Ryne dan Lisa memilih diam dari pada ia ikut menjadi sasaran cakaran macan Jeanie, Jefrey menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tingkah temannya, dan Jey yang masih berbaring-baring dilantai mencari kesejukan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 22, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

THE SATURNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang