Mulai Dekat👭

0 1 0
                                    

Sudah satu bulan Yuna bersekolah di sekolah barunya itu ia sudah mendapat banyak teman. Tidak susah untuknya mempunyai teman sebanyak - banyaknya karena ia terkenal dengan anak yang ramah, percaya diri dan hiperaktif.

Dan satu lagi Nasya teman sebangku Yuna sedikit demi sedikit sudah mau menerima kehadiran Yuna untuk menjadi teman sebangkunya. Ya walaupun dengan terpaksa.

Sekarang Nasya dan Yuna sedang berada di kantin untuk jajan makanan atau minuman. Pasti kalian bertanya - tanya kenapa Nasya yang terkenal pendiam dan tidak pernah mau diajak ke kantin sekarang tiba - tiba mau diajak makan bersama, ya itu karena usaha Yuna selama satu bulan ini. Ia selalu memaksa Nasya untuk selalu ikut kemampuan Yuna pergi tentu saja dengan cara menyeret tangan Nasya atau mengoceh terus menerus sampai Nasya yang mendengar nya jengah, dan mau dengan ajakan Yuna.

"Kamu mau beli apa?" Tanya Yuna kepada Nasya yang sedari tadi diam saja tanpa berniat membeli apapun.

"Tidak"

"Oke. Abang aku mau ciloknya dua ya lima ribu lima ribu" ucap Yuna dengan memberikan uang sebesar sepuluh ribu ke abang tukang cilok. Lalu Yuna tersenyum kepada Nasya.

Nasya yang melihat itu hanya cuek saja bukannya ia ingin selalu dibelikan makanan oleh Yuna tapi itu karena Yuna yang suka memaksa tanpa persetujuan darinya, kalo Nasya menolak Yuna pasti akan menangis dengan kencang dan mengamuk tidak jelas yang sebenarnya itu hanya akting saja agar Nasya mau menerima nya. Walau sebenarnya terkadang tidak di perdulikan Nasya.

"Nih dek ciloknya" ucap abang tukang cilok memberikan dua bungkus cilok.

"Makasih abang"

Setelah itu Nasya dan Yuna meninggalkan kantin memilih makan di depan kelas mereka dan duduk di sana sambil menikmati ciloknya dengan nikmat.

"Nanti main kerumah aku lagi yu." ucap Yuna lalu menyuap ciloknya bulat - bulat yang mengakibatkan pipinya mengembung. Terlihat sangat menggemaskan.

"Tidak" berbeda dengan Yuna yang makan seperti orang tidak makan sebulan Nasya lebih memilih makan dengan perlahan.

"Pokoknya kamu harus main!! Aku baru beli mainan baru kemarin aku tidak mau main sendirian, tidak seru. Mau ya?" ucap Yuna dengan mimik muka di melas - melaskan.

"Tidak" lalu Nasya berjalan untuk membuang bungkus bekas ciloknya ke tempat sampah dan memasuki kelas, meninggalkan Yuna di depan kelas yang sedang menghentak - hentakan kaki dan melempar bungkus ciloknya yang sudah habis ia makan dengan kesal

•~•~•~•

Diperjalanan menuju pulang Yuna terus saja membujuk Nasya untuk bermain dirumahnya, sudah berbagai cara ia lakukan agar Nasya mau tapi tetap tidak membuahkan hasil. Huh menyebalkan.

Di kejauhan terlihat motor dengan kecepatan tinggi ingin menabrak Yuna yang berjalan agak ke tengah tanpa melihat sekitar kalo ada bahaya sedang menantinya, ia terus saja berjalan dengan mencak - mencak tanpa melihat sekeliling nya.

Nasya yang melihat motor itu sedikit lagi ingin menabrak Yuna langsung menarik Yuna dengan sekuat tenaga mengakibatkan mereka berdua jatuh di pinggir jalan yang untungnya terdapat rerumputan. Motor yang melaju kencang itu langsung pergi begitu saja tidak memperdulikan Yuna dan Nasya yang jatuh.

"Kamu tidak apa - apa?" Ucap Nasya sedikit khawatir.

Yuna yang masih syok hanya diam membisu sambil melihat jalanan yang tadi dilewati oleh motor itu. Lalu ia buru - buru tersadar dan melihat Nasya yang memasang wajah yang entah lah Yuna pun tidak tahu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 14, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MEMORITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang