vier | sakit

216 35 5
                                        

Hari sudah hampir jam sepuluh pagi, bahkan matahari sudah tidak malu-malu untuk menampakan dirinya. Tapi entah kenapa si bungsu Choi itu pun belum menampakan hidungnya barang sedikit pun. Pintu kamarnya bahkan masih tertutup rapat, atau malah mungkin masih saja terkunci dari dalam.

"Dek kamu nggak ada kuliah hari ini?" Tanya san dari balik pintu kamar jongho. Masih terdengar oleh si pemilik kamar. Tapi si pemilik kamar enggan untuk beranjak dari balik selimut hanya untuk sekedar membuka pintu kamarnya.

"Kalo pun nggak ada bangun dulu, kakak udah siapin sarapan buat kamu." Ucap san lagi kali ini lengkap dengan ketukan pintu.

"Nanti aja kak, aku belum mau keluar kamar." Sahut jongho dengan pelan tapi tetap saja masih bisa terdengar oleh san.

"Ada apa? Kenapa? Kamu sakit?" Tanya san dengan beruntung kali ini sambil mencoba membuka pintu kamar adiknya yang untungnya tidak terkunci.

Mendapati adiknya sedang terbaring lemah di balik selimut tebal, bahkan pendingin ruangan pun dimatikan. San menganggap adiknya ini sedang dalam kondisi tidak cukup baik.

"Ish sana ngapain malah masuk segala." Protes jongho kali ini mencoba menghindar dengan menarik selimut yang membungkus tubuhnya sampai ke kepala.

"Sini kakak lihat dulu, kamu kenapa bisa sakit kaya gini." Ucap san sambil mencoba menarik selimut yang menutupi kepala adikknya.

Setelah berhasil menarik selimut yang digunakan adiknya pun San langsung mengecek suhu tubuh jongho dengan meletakkan telapak tangannya di dahi sangat adik. Dan benar saja suhu tubuh jongho lebih hangat dari sebelumnya, cenderung panas.

"Sakit kan. Kenapa bisa sakit? Mau kedokter?" Tanya San kali ini nampak lebih khawatir setelah tau kondisi adikknya yang sebenarnya.

"Nggak mau kak." lirih jongho.

"Ayo? Nanti kakak dimarahin ayah sama bunda kalo kamu sakit gini. Kerumah sakit ya?"

Jongho menggeleng dengan lemah.

"Yaudah istirahat dulu aja, nggak usah kuliah dulu, urusan kerjaan di cafe nanti kakak yang urus."

Kali ini jongho mengangguk setuju dengan saran si kakak yang tadinya seseorang yang menyebalkan berubah menjadi perhatian saat tau dirinya sedang sakit. Bahkan sebelum disuruh oleh kakaknya untuk tidak pergi ke cafe pun, jongho sudah lebih dulu mengirimkan pesan kepada wooyoung agar bisa disampaikan kepada bosnya kalau ia hari ini tidak bisa datang untuk bekerja.

"Kakak tinggal dulu buat beli obat ke apotek dulu nggak apa-apa kan?"

"Iya pergi aja dulu sana, biasanya juga nggak ada pamit-pamitnya sekali." Sahut jongho mencoba untuk bertingkah seperti biasanya.

Sempat terlintas ingin memukul adiknya sendiri, tetapi memilih untuk San urungkan mengingat adiknya sendiri sedang sakit. Sehingga memilih untuk mengacak-acak rambut jongho lalu pergi keluar untuk mencari obat yang sekiranya diperlukan oleh sang adik.

Untungnya kediaman choi bersaudara itu tidak jauh dari apotek. Hanya terletak berderet dengan mini market dan tentunya hanya butuh berjalan saja dan sudah sampai.

San pun akhirnya kembali berjalan pulang dari apartemen dengan kantung plastik berisikan obat penurun panas. Diperjalanan pulang pun San malah berpapasan dengan Jung Wooyoung dan satu orang lainnya yang sempat ia kenali telah beberapa kali mengantar adiknya pulang kerumah.

"Wooyoung?" Sapa San ketika melihat wooyoung seperti tengah sibuk untuk menelepon seseorang.

Wooyoung yang merasa namanya sedang dipanggil pun mengalihkan fokus perhatian nya dari ponsel ke seseorang yang baru saja memanggil namanya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 28, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Live Music | YeojongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang