Bagian Satu: Melukai orang yang tak bersalah

88 4 1
                                    

Mojo si anak berandal di kelasku mulai berulah, hehe sebenarnya juga aku termasuk berandal kelas di sekolah. Tak jarang dia memulai perkelahian denganku, entah apa alasannya. Yang kuingat, awal mula dia sering menggangguku adalah saat aku menagihkan hutang milik adikku bulan lalu. Tapi entah, kali ini salahku apa sampai tetiba dia kebakaran jenggot  dan mendorongku jatuh di atas tanah, sembari dia menanyakan hal aneh yang tak kumengerti sebelumnya yaitu mana penaku. 

Tak kuasa ku menahan rasa sakit ini, hingga tanganku melayang di atas permukaan wajahnya sampai memberi bekas memar di wajahnya. Sedangkan bel berbunyi tanda istirahat tengah usai. Mojo pun kembali bangkit mendorongku, begitupun aku membalas dengan pukulan yang sama seperti pukulanku di awal, hanya saja sepertinya lebih lemah. Tapi, upsssss, salah sasaran. Kepalan tangan rasa pukulan itu mendarat di wajah sebelah kanan Raka hingga memar merah, dia ketua kelas kami yang berusaha melerai kami. Dengan ekspresi bersalah karena memukul orang yang tak bersalah, aku menghentikan perkelahian ini dan berteriak "Cukup!!!".

Kami bertiga kena panggilan untuk masuk ke ruang BK. Mojo memberikan penjelasan rasa kebohongan besar tentangku bahwa aku menjadi tersangka pencuri pena barunya. Yang kutahu tentang dia adalah anak orang kaya yang malas belajar dan aku hanyalah orang miskin yang tak bisa membeli pena sama seperti punyanya. Kini giliran aku yang angkat bicara. Sebelum aku membela diriku, aku memohon kepada pak guru BK untuk membiarkan Raka belajar di kelas bersama teman yang lain, karena ini sudah masuk jam KBM. Karena dia tidak bersalah apa-apa dan ini hanyalah kesalahpahaman antara Mojo dan aku. 

Setelah Raka diperbolehkan belajar di kelas, aku pun mengatakan kepada pak guru BK yang sejujurnya, bahwa aku tidak mencuri dan mengatakan bahwa Mojo yang memulai perkelahian ini lebih dulu, sepertinya dia sedang mencari-cari kesalahanku. Sedangkan pak guru mengatakan bahwa hanya saja perkelahian kami sangat merugikan satu sama lain, bahkan teman kami Raka menjadi korban perkelahian kami. Oleh karena itu, pak guru BK mencoba mendamaikan kami dengan cara menghukum kami untuk bersih-bersih halaman sekolah selama 5 hari kedepan. 

Baiklah, aku menyetujui kebijakan pak guru BK, karena kesalahan kami tidak sama sekali dilibatkan dengan orang tua kami. Karena ini adalah kesalahan kami yang patut ditanggung oleh kami sendiri, tanpa melibatkan orang tua. Begitulah hati kecilku mengajak untuk berdamai dengan keadaan ini. 

Seusai jam KBM, aku meminta maaf kepada Raka atas pukulanku di jam istirahat tadi. Aku benar-benar merasa bersalah pada Raka, karena melihat mukanya yang memar. Huhuuu, aku pun mengajaknya ke UKS untuk mengompres luka memarnya.

Berdarah! Tanpa kusadari, ternyata aku juga terluka di bagian lengan dan tanganku. Aku pun membiarkan Raka untuk mengobati luka tangan dan lenganku.

Momen ini, mengingatkanku akan Raka kecil. Yaa, aku dulu sempat berteman baik dengannya sebelum aku pindah rumah dan sebelum ayahnya meninggal. 

Momen ini, mengingatkanku saat kami balapan sepeda di lapangan dulu. Balapan sepeda itu menyebabkan aku terluka dan dia yang menangis. Haha, yaa begitulah dia. Tapi, kami sempat tidak akrab lagi saat aku pindah rumah, bukan lagi menjadi tetangga rumahnya, dan ayahnya meninggal. 

Pertemanan kami saat ini benar-benar awkward, karena sudah sekitar 3 tahun lebih kami tidak berteman baik. Bahkan satu sekolah SMP pun, pertemanan kami masih belum membaik. Sudah lama kami tidak mengobrol bersama, sudah lama kami tidak bercanda bersama. Yang ada malah kami saling menghindari satu sama lain. Aku pun memulainya dengan mengajaknya untuk membeli es goreng di alun-alun.

Aku bersyukur hari ini, karena Raka mengiyakan tawaranku untuk membeli es goreng bersama. Rasanya, aku tidak mau melupakan hari ini, rasanya aku tidak mau hari ini habis secepat biasanya, rasanya aku ingin hari ini diperpanjang jamnya dari biasanya, karena aku merasa masalah yang akan membuat kami berdamai kembali. Tanpa masalah, kami tidak tahu bagaimana cara berdamai. 

Di menit perpisahan kami, Raka memintaku untuk main kembali ke rumah seperti dulu. 

(Gimana cerita pertama guys? Semoga kalian pada suka ya. Boleh banget nih, komen sebanyak banyaknya. Biar aku lebih semangat nulisnya. Aku bakal ngelanjutin ceritanya setiap hari Rabu sore dan Minggu pagi ya. Jangan lupa baca kelanjutan ceritanya. Jangan lupa kasih bintang ya :) Tengyu guys! Wish me luck and good luck for you all ♡)

Diary Rara Anak SMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang