OO1

304 51 12
                                    

Pertemuan mereka tidak ada yang menyangka, keduanya sama - sama tidak mengira akan bertemu dengan keadaan seperti ini.

"Kamu gila ya?" Katanya, dengan nada kesal, kemudian mencoba mengobati orang di hadapannya dengan kasar, membuat lelaki itu meringis karena begitu perih.

"Kamu berantem sama siapa sih? Kenapa bisa - bisanya, astaga." Lelaki yang diomeli hanya bisa bergumam kata maaf berkali - kali, membuat orang yang mengobatinya akhirnya menghela nafas.

"Udah ku bilang kita gak usah terlibat, kita bukan siapa - siapa, bodoh." Lelaki itu hanya terdiam, kemudian membuka matanya perlahan.

"Kim, kita di suruh sama dia, artinya kita ada urusan sama mereka."

"Fine??? Terserah mu, aku udah gak mau deketin kak Eunbi lagi."

"Kenapa? Kamu jatuh cinta sama dia?"

"KAMU YANG JELAS - JELAS JATUH CINTA SAMA KAK EUNBI!" Bentaknya dengan kecewa, membuat lelaki yang sudah di obati itu terdiam.

"Kamu yang kalah, kamu yang jatuh cinta, kenapa aku? Kenapa?? KENAPA SELALU AKU YANG SALAH?!" Seseorang di hadapannya mulai menangis, berteriak kesetanan karena merasa begitu frustasi, padahal dia tidak salah.

"Maaf," si 'Park' mulai bergumam, mulai mendekati orang yang sedang menangis histeris kemudian memeluknya, mengatakan maaf berkali - kali dan mencoba untuk menenangkan anak yang lebih muda satu tahun itu.

"Iya, aku yang jatuh cinta sama kak Eunbi, maafin aku," Lelaki satu nya lagi hanya bisa terdiam, tidak ingin mengatakan apapun, dia sudah merasa tidak peduli dengan perasaan orang ini.

"Tapi mau aku pergi kemanapun, kamu tetap jadi–" Lelaki yang di ajak bicara oleh si 'Park' langsung menoleh dan memotong kata - kata itu dengan cepat.

"Stop, jangan pernah bilang itu."

".. sorry,"

–––

"Kim Sowon." Sowon hanya terdiam, tidak peduli dengan orang dihadapannya.

"Jangan gila, ini bisa jadi tindakan yang gegabah," Sowon hanya mengangguk, kemudian tersenyum kecil, tidak peduli– pikirnya kala itu.

"Aku mau, jadi aku lakukan." Katanya dengan senyuman, kemudian beranjak, segera pergi dari sana dan mulai menikmati kota yang dia tinggali sekarang–

–Sebelum kembali bertemu dengan mantannya.

"Hai?" Sowon hanya mengangguk, tidak begitu berniat untuk berbincang dengan lelaki yang sudah berada di depannya.

"Gak kangen sama gue apa?" Sowon mendongak, alis nya terangkat satu, sedikit tidak mengerti jalan pikiran orang itu.

"Hehe, bercanda,"

"Bercandaan lo gak lucu," Muka nya terlihat datar, tidak ada senyuman sama sekali di wajahnya.

Ketika mantannya alias Lee Taeyong itu ingin duduk di sebelah Sowon, perempuan itu segera berdiri, meninggalkan Taeyong yang mulai tersenyum miris tanpa kata.

"Iya, gue tau gue emang sebodoh itu, maaf." Dia segera menutup matanya sebentar, ingin menikmati angin yang berhembus sedikit kencang membuat rambutnya yang menutupi seluruh kening nya kini sedikit terbuka.

–––

"Apa iya gak mau balikan sama aku?" Yuju mengangkat alis nya, kemudian menggeleng tidak peduli.

"Kalo masih punya otak, pake buat mikir ya," Setelah mengatakan itu, Yuju segera pergi, meninggalkan Yuta yang menghela nafas lelah.

Pasti tentang Sana— katanya walau hanya dalam hati.

Padahal Sana siapa? Gue udah gak berhubungan sama dia— pikirnya lagi, kemudian segera berjalan meninggalkan tempat itu dan segera pulang ke rumah.

Berbeda dengan Yuju yang sudah terjatuh dengan wajah begitu datar, kemudian menutup mukanya dengan kedua tangannya, ingin menangis tapi tidak bisa, pain.

"Bodoh, kamu malah buat aku semakin rindu saja, benar - benar bodoh," mengangkat wajahnya melihat langit yang sudah mulai gelap karena matahari mulai terbenam kala itu, Yuju terdiam.

"Sialnya, kenapa kamu masih aku anggap sebagai semesta aku, ya?"

"Karena dia bakal jadi semesta lo sampai nanti lo kembali dengan dia atau bertemu dengan orang lain yang tetap, Yuna." Yuju menoleh saat mendengar ada yang menjawabnya, kemudian tersenyum tipis melihat Johnny yang berjalan mendekatinya, kemudian duduk di sebelahnya.

"John.." Johnny hanya berdehem menjawabnya, membuat Yuju sedikut menghela nafas sebelum mengatakan apa yang ingin dia katakan, "kenapa sesudah itu buat ngelupain kenangan gue sama dia?"

"Karena dia dunia lo, dia semesta lo, dia pemilik hati lo sampe saat ini, kan?"

"Bodoh, gak usah di pikirin, mau ke tempat Umji sama Yerin, gak?" Yuju segera mengangguk, kemudian keduanya segera berdiri, berjalan kesana, ke tempat dimana Yerin dan Umji untuk tinggal.

"Sialan, sampai saat ini gue masih benci sama dua orang yang ngelakuin ini semua, lo udah dapet petunjuk dia siapa gak sih?" Yuju membuka pembicaraan di perjalan, membuat Johnny yang sedang bergumam tidak jelas –walaupun terdengar jelas– itu menoleh.

"Nope, gue juga gak tau, dan sama, Yerin sama Umji sahabat kita, bisa - bisa nya dia 'kaya gitu,"

"Ya, gue setuju sama lo,"

––

peminat sedikit berarti nda jadi
ku lanjut S3 nna yya!!

[ III ] STUCK IN THE PAST || NCT . GFRIENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang