"Memang harusnya bagaimana?" Alisnya terangkat satu, membuat Sunoo yang berada di hadapannya menghela nafas lelah.
"Ya bilang, memang harus bagaimana lagi, kak Jaehyun?" Jaehyun, Jung Jaehyun yang berada di hadapannya berfikir, jarinya tidak bisa diam karena ingin menjawab tapi tidak tahu menjawab apa.
"Susah," memutar bola matanya malas, Sunoo berdiri, membuat Jaehyun melotot kaget.
"Kemana?" Mengangkat bahunya tidak tahu, Sunoo segera berjalan keluar dari cafe milik temannya kembali ke rumah, membuat Jaehyun dengan cepat mengikuti lelaki mungil itu.
"Stop." Sunoo berhenti sesaat, kemudian melanjutkan jalannya, meninggalkan Jaehyun yang sudah terdiam, tidak tahu ingin melakukan apa.
"Aku bilang terakhir kali ya kak, minta maaf sampai dia bilang iya, turunin harga diri kakak, kalo emang mau dia kembali." Teriak si mungil, kemudian melambaikan tangannya tanpa menoleh, kakinya masih tetap melangkah, menjauh dari tempat itu.
"Sial,"
–––
"Darimana?" Tanyanya cepat, perempuan di hadapannya tidak menoleh sama sekali, tetap membuka sepatunya pelan - pelan, kemudian berjalan melewati lelaki yang sudah menatapnya lirih.
"Bukan urusan kamu," —kemudian pintu tertutup keras, membuat lelaki yang menatapnya itu terjatuh ke bawah, dia sungguh - sungguh sangat berusaha, tapi kenapa harus seperti ini?
"Kak Eunbi, maaf ya, maaf sekali." Katanya di depan pintu kamar Sinb, ingin mengetuk tapi dia tidak bisa apa - apa.
"Maaf pergi tiba - tiba beberapa Minggu ini, maaf tidak memberi kabar sama sekali, maaf sekali, kak."
—tanpa di sadari lelaki yang masih berceloteh sambil meminta maaf, Sinb sudah menangis sambil terduduk di depan pintu masuk, bibirnya ia gigit, tidak ingin mengeluarkan suaranya sama sekali, membuat dadanya sangat sesak.
"Aku emang bodoh sekali kak, maaf, maaf, maaf, maaf,"
Keduanya terjatuh terduduk sambil menangis, memunggungi pintu masuk kamar Sinb, mengeluarkan semua rasa sesak yang sebenarnya di tahan oleh keduanya walau rasanya pada akhirnya sia - sia saja.
"Maafin aku ya, Hyunjin." kemudian menutup matanya perlahan, sedikit lelah karena menangis.
–––
Ten menatap rerumputan di hadapannya dengan tatapan hampa, seseorang yang membuatnya bahagia saat itu sudah pergi, meninggalkan dia sendiri di dunia kejam yang bahkan dia selalu muak untuk tinggal disini, dia menghela nafas, kemudian menatap langit dengan senyum hambar, berceloteh bagaimana harinya, berharap bahwa Yewon-nya mendengar semua cerita yang sering dia ucapkan walau malah seperti orang gila.
"Kenapa kamu pergi secepat ini? Aku masih mau kamu, cuma kamu yang aku mau," kepalanya mulai tertunduk, ia sudah tidak bisa menangis, hanya bisa menyembunyikan wajahnya di kedua tangannya, kemudian mulai menutup matanya, merasakan angin yang berhembus, dirinya merasa sedang di suruh tertidur, oleh kekasih hati-nya.
"Maafin aku ya, Yewon."
Kata terakhir nya hari ini, sebelum dirinya beranjak dan kemudian berjalan pergi dari sana, rasanya ingin sekali kembali ke rumah, tapi yang di pikirannya hanya ada ibunya yang pasti akan menyuruhnya untuk menikahi perempuan yang sama sekali tidak di cintainya.
Tanpa sadar, dirinya sedari tadi di perhatikan dari jauh, walau semua cerita yang Ten ucapkan masih terdengar jelas di telinganya, orang itu menangis, ingin meminta maaf beribu - ribu kali, ingin memeluk Ten kemudian bilang bahwa semuanya akan baik - baik saja, tapi pada akhirnya dia hanya terdiam, menangis pilu di bawah pohon rindang yang menemaninya, dan juga angin yang berhembus tak terlalu kencang, tapi membuat rambutnya sedikit berantakan.
"Jika saja aku dulu gak pernah minta buat mereka ditakdirkan bersama, kenapa jadi begini?" Dirinya mendongak karena merasa di perhatikan, kemudian menyirit melihat ada seseorang yang mulai mendekatinya, dia seperti mengenalinya, tapi lupa siapa.
"Kamu siapa?" Seseorang yang mendekatinya hanya tersenyum, kemudian mengambil tempat di sebelahnya, menepuk - nepuk kepalanya pelan, menyuruhnya kembali menangis mengeluarkan semua yang sudah dia tahan sampai saat ini, membuat dia yang terdiam sesaat kembali mengeluarkan air matanya, terisak keras, terdengar sangat pilu, rasanya sesak sekali, lelaki yang berada di sebelahnya hanya bisa mengelus kepalanya pelan, sambil mengatakan hal yang bisa membuat semuanya menjadi sedikit mendingan.
"Semuanya akan baik - baik saja," katanya berbisik, membuat orang yang sedang menangis semakin terisak keras, lelaki di sebelahnya hanya bisa meringis, dia merasakan sesak di dadanya, ingin mengatakan bahwa semuanya hanya ilusi semata, tapi semuanya adalah hal yang nyata, nyata di dunia, semuanya nyata.
"Semuanya bakal baik - baik saja, percaya padaku, ya?" Lelaki itu tersenyum manis, walau tahu bahwa orang di sebelahnya bahkan tidak melihat sama sekali, dia hanya bisa mengelus rambutnya perlahan, memberikan semua hak yang bisa dia katakan dengan hati - hati dan penuh kasih sayang.
Semoga semuanya selesai dengan cepat dan kamu sadar ya, –batinnya, tidak menyangka sama sekali jika dia melihat orang itu menangis pilu, menumpahkan semua yang di tahan selama ini di hadapannya, hanya berdua.
––
sbnrnya masih bingung
sih mau di akhirin gmn
dan brp episode, but i
think ga smpe 20 lbih
critanya, season ini
cmn bkl ngsih tau
apa yg trjdi sbnr
nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[ III ] STUCK IN THE PAST || NCT . GFRIEND
Fanfiction𝐎𝐍 𝐇𝐎𝐋𝐃 puzzle piece ; memories ; stuck in the pαst semuαnyα, mαsih terjebαk dαlαm mαsα lαlu mereka yαng begitu menyerαmkαn. " how to forget αll, God . " GFRIEND ft. NCT (n.) Please read the PUZZLE PIECE and MEMORIES first ! please don't plagi...