"What do you want?" Pada akhirnya dia bertanya, walau wajahnya terlihat jelas jika dia malas sekali.
"Mau kamu," raut wajah si lelaki mulai menunjukkan dia begitu jijik, ingin muntah dengan perkataan tidak penting orang di hadapannya.
"I have a girlfriend," si perempuan tertawa keras, hampir menangis mendengar ucapannya, "aku bahkan engga peduli,"
Si perempuan menjawab, dengan wajah yang tiba - tiba berubah datar dalam sesaat, membuat si lelaki menghela nafas lelah.
"Gue bahkan gak bakal pernah mau sama lo," ucapannya terhenti sebentar melihat si perempuan ingin berbicara, matanya menajam menunjukkan dia tidak ingin di potong saat berbicara, "dan gak bakal pernah mau sama lo."
Si lelaki berdiri, meninggalkan si perempuan yang sudah kembali tertawa, walau kini wajahnya sudah mulai di penuhi air mata, rasanya se sakit itu mendengar pernyataan lelaki yang di sukainya.
"Dek?" tubuhnya menegang melihat Yuju disana, kenapa ada kakak nya di saat dia sedang ada di titik terpuruk nya.
—maksud dirinya, kakak tirinya.
"Adek kenapa? Kok nangis?" Tangan Yuju terulur, memeluk adik nya yang menangis tambah keras di bahunya, menumpahkan semua apa yang dia tahan sedari tadi dengan tawa yang terlihat jahat.
"A–aku mau dia kak, kenapa semesta jahat sekali sama aku?" Dengan gemetar, suaranya mulai keluar, bertanya pada kakak nya yang sudah terdiam karena pertanyaan klise yang sering di dengar banyak orang —kenapa semesta jahat sekali pada dirinya?— tetapi kemudian tersenyum hangat, mengelus rambut halus milik adiknya sambil membisikkan jawaban dan kata - kata penenang.
"Semesta mau tau, kamu bakal kuat ngehadapin semuanya atau engga, kalau kamu kuat, dia pasti bakal ngasih keringanan juga kok." Yuju tersenyum tulus, dirinya memang sedari dulu percaya, semesta akan memberikan hadiah kepada dirinya karena sudah bertahan.
"Kamu inget gak dek? Kejar ketika apa yang kamu mau menghilang."
Semuanya berakhir disana.
–––
"Takdir, takdir," seseorang mengetawakan apa yang tadi dia bicarakan, lucu sekali.
"Gak usah ketawa bodoh, lo yang ngebuat semua jadi gini," menghela nafas, orang di hadapannya yang sedang tertawa itu tiba-tiba berhenti, terdiam kaku karena apa yang dikatakan 'temannya'.
"Ah, iya juga." Katanya sambil menggaruk tengkuknya yang bahkan sama sekali tidak terasa gatal, kemudian tertawa, lagi.
Kali ini tawanya terdengar menyedihkan, bahkan begitu menyedihkan.
"Gue benci banget sama lo, anjir." Temannya itu berkata, mengatakan hal yang bisa membuat orang yang di ajak bicara tersenyum manis.
"Gue juga." Katanya.
"Juga apa?" Tanya temannya, membuat dirinya terdiam sesaat, seolah berfikir padahal jawaban itu sudah ada di kepalanya sejak pertama kali dia merasakan apa itu hal yang dia tidak sukai.
"Benci sama diri gue sendiri." Katanya, lagi. Kali ini dengan suara yang begitu kecil, memuakkan.
"Ya, semua juga kadang bakal merasa benci jadi diri sendiri, you can hate yourself too, tapi inget ya, lo. ditakdirkan. kaya. gini." Temannya berkata dengan serius, berarti apa yang dikatakannya benar. selalu benar.
"Udahlah, ayo pergi, kita udah dipanggil tuh." Keduanya akhirnya berjalan, menghilang dari sana dan pergi meninggalkan tempat yang memiliki banyak kenangan dengan orang-orang yang pernah pergi kesana.
—–—
"Aku rasa aku adalah orang yang paling menyedihkan di dunia." Teman Yuju, Chaera mengatakan sambil cemberut, mukanya di buat seperti ingin menangis.
Keduanya kini ada di rumah Chaera, habis mengerjakan tugas yang dosennya berikan.
Yuju yang mendengar itu hanya memasang wajah datar, semoga saja perempuan itu tidak mengoceh kepada sesama mahluk hidup karena semuanya memiliki masalah.
"AKU TUH SEBEL BANGET!! Masa aku minta mama buat beliin mobil baru aja gak dibolehin? Sedih banget kan hidup aku??" Yuju menghela nafas, dia bahkan belum ke tahap kehilangan seseorang yang penting. BukAN UNTUK MENCARI perbedaan, tapi kenyataan, rasanya seperti hal yang sepele, menurut Yuju.
"Iya." Jawab si perempuan lain, Yuna.
"Yuna Yuna Yuna, kamu pasti gak punya masalah kan di hidup kamu, enak banget sih kaya enggak punya beban." Suaranya begitu menggelikan, Yuju kembali memasang wajah malasnya, manusia mengerikan, apakah wajahnya terlihat sangat bahagia selama ini? Tidak.
"It's not your problem." lagi-lagi, jawabannya hanya seadanya, dirinya malas mengoceh karena jika dia ikut mengoceh, yang ada hanya akan menjadi pertengkaran.
"Ih! Jahat," Wajahnya dibuat begitu menyedihkan, walau jadinya malah menjijikan.
"Whatever."
Cih, jika saja dia bisa pergi dari tempat ini lebih cepat, pasti dirinya akan melompat ke kasur miliknya dan memejamkan matanya, menikmati indahnya dunia yang hanya bisa dilihat ketika tidak sadar.
"KITA GAK USAH TEMENAN LAGI AJA DEH, KAMU JAHAT BANGET!!" Bentaknya dengan suara keras, membuat Yuju memutar bola matanya malas.
"You are not my friend, fuck." Yuju berdiri, mengambil semua barangnya dan pergi dari sana, membuat Chaera geram, kemudian berdecih, "Dia bakal merasa salah karena gak mau temenan sama gue."
——
KAMU SEDANG MEMBACA
[ III ] STUCK IN THE PAST || NCT . GFRIEND
Fanfiction𝐎𝐍 𝐇𝐎𝐋𝐃 puzzle piece ; memories ; stuck in the pαst semuαnyα, mαsih terjebαk dαlαm mαsα lαlu mereka yαng begitu menyerαmkαn. " how to forget αll, God . " GFRIEND ft. NCT (n.) Please read the PUZZLE PIECE and MEMORIES first ! please don't plagi...