Chapter 34: Asrama

2.4K 433 27
                                    

Setelah kejadian di rumah Fumikage, aku akhirnya tahu siapa ayahku. Natawijaya Nusantara. Biasa dipanggil dengan nama Nata. Dirinya memiliki quirk Paper Wings dimana memiliki sayap yang terbuat dari kertas. Sama sepertiku. Dan sayapnya sama multifungsinya dengan milik Hawks. 

Hoshi-san dan Yoru-san sempat bertanya apakah Nata sempat meninggalkan sesuatu setelah meninggalkanku. Aku mengatakan hanya surat dan dari tulisannya, sepertinya itu buatan ibuku yang tidak aku ketahui. Aku sempat bertanya pada mereka apakah papa mengenal Embun. 

"Morning Hero ya? Kurasa tidak. Nata tidak pernah dekat ataupun berkomunikasi dengan Morning Hero. Lagipula, Nata jauh lebih muda dari Morning Hero sendiri. Saat dia ditemukan terluka di Jepang, Morning Hero sudah ada di tahun terakhirnya di U.A." 

Berarti Embun sendiri jauh lebih tua dari Nata. Kecil kemungkinan dia merupakan ibuku. Namun, bagaimana bisa Embun tahu mengenai Titik Khatulistiwa?

"...karena tak mungkin keluarganya menemukannya dan menyerahkan DNA-nya pada sepupunya."

Mungkinkah Embun adalah sepupunya Nata? Itulah mengapa dia mengetahui soal Titik Khatulistiwa. Tapi, di perkamen tidak ada nama Embun disana. Lantas siapa ibuku?

"[Name], sudahkah kau membereskan barang-barangmu?"

Aku tersentak. Saat ini, aku sedang membereskan barang-barangku untuk asrama nanti. Otou-sama dan okaa-sama mengizinkanku dan nee-san masuk asrama. Demi keamanan kami, kami diizinkan tinggal disana. Yah, setidaknya aku bisa lebih muda berkomunikasi dengan anggota timku yang lain. Meski ada satu masalah.

Pelajaranku dengan Touya.

Aku sempat bertanya pada Aizawa-sensei apa ada waktu untuk murid agar menikmati dunia luar daripada terkekang di asrama. Dia mengatakan kami bebas memilih antara Sabtu dan Minggu. Aku akhirnya memilih Sabtu untuk izin dengan alasan menemui kenalanku. Kami sudah berjanji hari Sabtu akan selalu ketemu. Jadi yah, Aizawa-sensei mengizinkan.

Kalau ke Touya, aku memberi alasan bahwa aku ikut akselerasi dan akhirnya loncat kelas ke SMA. Orang tuaku memasukanku ke sekolah asrama dan aku mendapat izin keluar setiap hari Sabtu. Beruntung dia percaya. Aku jadi tidak harus mengarang begitu banyak alasan.

"[Name]-chan, ayo kita istirahat dulu." kata Ochaco. 

"Sebentar, ada lagi yang mau aku masukan ke dalam kotak." kataku.

Ochaco mengangguk lalu pergi keluar dari kamar bergabung dengan yang lain. Yah, anak-anak perempuan kelas membantuku dan nee-san. Kami cukup kerepotan membereskan barang. Daripada meminta bantuan maid, lebih baik kerja sama bareng teman-teman. Jadi enak. 

Aku mengeluarkan pigura berisi foto papa saat masih muda dari tas tangan yang aku bawa dari rumah Fumikage. Isinya barang-barang papa yang bagiku cukup penting untuk dibawa pulang. Seperti buku diary, album foto, buku-buku novel, laptop, catatan tentang Garuda dari keluarganya bahkan skeatboard lipat ciptaannya yang membuatku mengerti satu hal.

Kejeniusanku dalam komputer dan menciptakan sesuatu turunan dari papa

Kalau mama, entahlah, aku sendiri juga tidak tahu.

Aku menatap foto itu lama. Di dalam gambar, tampak papa yang bersama Yazu, burung elang peliharaan orang tua Fumikage dan papa, sedang berpose di atas puncak gunung tepat pada saat matahari terbit. Kata Hoshi-san, gambar itu diambil di Gunung Merapi saat mereka kelas 3 SMP untuk berkemah sekaligus liburan kelulusan di Indonesia. Masih lama sebelum insiden Titik Khatulistiwa.

Papa tampak senang saat mencapai puncak. Dirinya memegang tongkat dengan bendera Indonesia terpasang pada tongkatnya. Kecintaannya pada negara menurun padaku. Entah mengapa aku merasa percaya bahwa Nata adalah ayahku. Meskipun dia sudah tiada, aku merasakan bahwa dia masih ada. Mengawasiku dari kejauhan di dunia sana. Lalu, bagaimana dengan mama?

Origami | BNHA X READER [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang