11

2 0 0
                                    

Ujian I

• • • • •

Mengenai rencana pulangku ketika lulus Akademi pun gagal. Aku bahkan sampai memohon pada pihak sekolah dan Kaisar sihir, berharap beliau bisa membantuku, tapi nihil. Kesempatan terakhirku hanya ikut ujian ini, terpilih menjadi pasukan golden dawn lalu bertanya pada Nozel.

Tidak sesuai ekspektasi ku, ternyata 3 bulan tidak lah lama, melainkan sebentar, terasa sangat singkat. Dan mempelajari teknik sihir baru tidak lah mudah, apa lagi sihirku bergantung pada grimoer sialan ini.

Selama 3 bulan aku berusaha, hanya mendapat 5 mantra baru dari grimoerku, sebelumnya sudah ada 4. Serius, aku hanya punya 9 mantra sihir? Menyedihkan. Grimoerku memang tebal dan lumayan besar, tapi isi di dalamnya hanya 9 mantra penyegel dan pelepasan.

Ujian sihir di mulai pagi ini pukul 9 pagi. Aku tengah mempersiapkan diri. Kali ini aku memakai dress ketat yang sama seperti kemarin hanya saja warnanya coklat tua, aku tidak memakai sepatu boots hitam panjang itu, aku kini menggantinya dengan sepatu model lain yang menurutku seperti sandal. Sebenarnya aku selalu berganti style pakaianku, tentu saja sesuai dengan selera fashion ku.

Aku bersama teman-temanku kini tengah membeli jajanan di ibu kota kerajaan sebelum ujian dimulai. Tak lama setelah itu kami langsung menuju tempat di mana diadakannya ujian masuk kesatria sihir. Rupanya banyak peserta ujian yang berminat menjadi kesatria sihir. Tempat ini hanya lapangan biasa, bentuk lapangannya bulat, di kelilingi bangunan, seperti benteng.

Kami semua masih menunggu, menunggu orang yang akan menguji kami. Aku menunggu dengan bosan, ku mainkan kakiku, menggesekkan sepatuku pada faving block sambil menunduk.

Tak lama aku mendengar suara orang-orang berteriak. Ada apa dengan mereka? Ku angkat wajahku namun di depan sana tak ada hal yang menarik selain peserta ujian.

"Zoe! Lihat di atas sana!" Kwen juga ikut berteriak seperti mereka.

Memangnya ada apa sih di atas, sampai mereka berisik seperti itu. Aku mendongak, melihat ke atas bangunan di depanku. Tepat di atas sana, kursi-kursi yang berjajar tadi mulai di tempati orang-orang berpakaian aneh, menurutku.
"Mereka itu para kapten ke.satria sihir!" Kwen memberitahu.

"Yang di tengah itu, kapten Golden Dawn Alexander Bancroft, lalu sebelah kirinya ada kapten Red Lion Fugeoleon Axton, di sebelah kapten Red Lion ada kapten Blue Rose Queeni Rose, di sebelahnya Purple tiger-headed fish Albert Edouard, lalu di ujung ada Green praying mantis Max. Di sebelah kanan kapten Alexander, ada kapten Silver eagle Arno Silva, lalu kapten White wolf Ardolph , lalu kapten Pink coral Dorothy Smoth, di ujung sana kapten dari pasukan kesatria sihir terburuk Black Bulls Yami Baldwin. Tadinya nama mereka Black Phanter, tapi di ganti karena katanya tidak cocok dengan mereka."

Penjelasn Kwen membuatku pusing, jadi aku hanya diam saja lalu mengangguk jika di perlukan.

"Jarang sekali para kapten kesatria sihir berkumpul di satu tempat!" Nuella ikut berteriak heboh, sama seperti yang lain. Mereka mulai membicarakan tentang orang-orang di atas sana yang di sebut kapten kesatria sihir.

Aku tau apa itu kapten. Kapten itu orang yang mengepalai atau memimpin suatu regu atau pasukan. Iya, kan? Kenapa semua peserta harus berteriak heboh seperti itu? Yah, terkecuali aku sih. Mungkin kalau yang di atas sana idol favorit ku, aku akan ikut berteriak sampai tenggorokanku kering.

Para kapten itu mulai berbasa-basi.
"Aku sangat senang melihat kalian semua begitu antusias mengikuti ujian ini. Aku berharap kalian bisa menunjukkan potensi dalam diri kalian. Kalian mungkin sudah bisa menebak alasan kami bersembilan berkumpul di tempat ujian ini. Yah, kami yang akan memberi dan menilai ujian tahun ini."

Mereka kembali berteriak, lebih histeris dari tadi. Aku tidak megerti dengan mereka. Maksudku, ayolah ini hanya tentang siapa yang akan memberi ujian, bukan pemilihin capres atau konser idol kalian. Bahkan Kwen dan Nuella mengguncang tanganku, entah mereka sadar atau tidak dengan perbuatannya.

"Kyaaaa! Aku tidak menyangka akan seberuntung ini! Di uji langsung oleh para kapten kesatria sihir!" Kwen berteriak di kuping kananku.

"Ya ampun aku tidak menyangka! Aku terharu sampai ingin menangis rasanya! Ayo kita tunjukan kemampuan kita teman-teman!" Nuella berteriak di kuping kiriku.

"Ya!"

"Hm."

"Baiklah, mari kita mulai ujian ini." Kalian sudah tau kan apa yang terjadi. Iya, mereka kembali berteriak. Kepalaku mulai pusing mendengar teriakan para peserta.

"Ujian pertama, yaitu ujian benar atau salah. Kami akan memberi kalian pernyataan dan kalian hanya harus memilih benar atau salah. Selamat berjuang!"

Tak lama sebuah kertas dan pensil melayang di depanku, bukan hanya di depanku tapi di depan semua peserta. Itu berarti aku hanya harus menulis kata benar atau salah, kan.
Aku membaca pernyataan di atas kertas yang melayang. Markas kesatria sihir ada di satu tempat. Itu lah isi pernyataannya. Apa-apaan ini, konyol sekali. Aku mana tau tentang hal itu, menjadi pasukan saja belum,  di Akademi pun tak di beri tahu tentang kesatria sihir.

Aku menulis salah di bawah pernyataannya. Yah, itu hanya spekulasi ku, sih. Aku tidak yakin jika belum melihatnya langsung. Kertas itu menghilang setelah ku isi tulisan. Apa aku gagal? Kertas milik peserta lain pun banyak yang menghilang sama seperti kertasku, ada juga yang hangus terbakar menjadi abu. Apa kami semua kalah, bahkan sebelum bertempur?

"Hasilnya lumayan. Kalau begitu, kita lanjutkan ke ujian kedua."

Sapu terbang mulai berdatangan menghampiri satu persatu peserta ujian. "Kalian hanya perlu menggunakan sapu terbang dengan stabil."

Aku dan mereka semua mulai menaiki salu terbang. Perihal sapu terbang, aku sudah mulai terbiasa, mungkin lebih dari itu. Aku menaikinya dan menerbangkannya, tidak terlalu tinggi, hanya sekitar dua meter dari tanah.

Ada satu orang yang sedikit mencolok, dia orang di bawah sana yang tidak bisa menggunakan sapu terbang sama sekali. Apa orang itu tidak memiliki sihir? Ada satu lainnya yang berdiri di atas sapu dan terbang lebih tinggi dari yang lainnya, sambil berbulak-balik arah. Wajahnya datar sekali.

"Baiklah, saatnya ujian terakhir yang akan menentukan hasilnya. Kalian akan bertarung satu lawan satu, sampai salah satunya menjadi pemenang. Di akhir pertarungan, para kapten kesatria sihir akan memilih kalian untuk menjadi pasukannya. Jika ada lebih dari satu kapten memilih kalian, kalian bebas memilih akan masuk ke pasukan mana."

Itu artinya kita harus bertarung mati-matian dengan lawanku nanti.

"Tenang saja. Kami sudah menyiapkan penyihir medis tingkat tinggi yang akan menangani kalian apabila kondisi kalian buruk akibat pertarungan ini. Jadi kalian tidak akan mudah mati."

Semudah itu dia mengatakannya? Memangnya dia tuhan, mengatakan hal seperti itu. Baiklah lupakan saja perkataan kapten Golden dawn itu. Yang lebih penting sekarang adalah dengan siapa aku akan bertarung? Aku melirik Kwen dan Nuella, mereka pun terlihat bingung.

"Ah, ya ampun." Aku mendesah.

"Kwen, Nue, kalian tidak usah memikirkan ku," ujarku.

"Memangnya tidak apa-apa? Nanti kau dengan siapa?" Nuella bertanya, sepertinya ia sungkan denganku.

"Sudah ku bilang, tidak perlu memikirkanku," tegasku.

Mereka berdua mengangguk patuh. Sekarang hanya tinggal mencari lawan untuk ujian tahap tiga ini. Kira-kira siapa yah?

"Hai, kau sedang mencari lawan, yah?"

"Iya."

"Mau bertarung denganku di ujian kali ini?"

"Oh? Boleh."

Syukurlah, ada yang mau menjadi lawanku. Dia adalah....

• • • • •
Semoga suka:)

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 09, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Black TrèfleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang