Menanggapi ajakan Radith malam mingguan. Kegilaan Inara meningkat hingga taraf yang membuat sahabatnya ingin menikamnya.
Gelagat Inara sudah seperti cacing kepanasan. Belum lagi dia semakin kecentilan, dan mulutnya tidak berhenti untuk membahas hal itu. seakan-akan dia telah menyelematkan kehancuran dunia.
"Tutup yah mulutmu Ra."
"Tahu sudah kami ini, kamu mau malam mingguan sama si pak Radith. Itu percakapan kalian di WA sudah kamu screenshoot dan kamu sebar digroup kita. Cukup! Muyak kami!"
"Kan lagi semangat aku May."
"Tapi dikondisikan juga ya! Ini aku lagi input pajak. Salah isi kutikam betulan kamu."
"Sadislah kamu May. Sudah berapa bulan si Dedi gak pulang?"
Maya menghentikan jarinya yang mengetik. Dia menarik nafas dan memijit kening. Teringat kekasihnya yang nan jauh disana.
"Sudah enam bulan. Karena corona kampret ini dia gak boleh keluar kota berangkat-berangkat."
"Aduh pantaslah yah mukamu mendung. Dadamu pun merosot kutampak."
"Monyong! Ini gravitasi bodoh! Bukan karena rindu. Sudah tua kali kita ini."
"Serah aja May, gimana? Baju ini atau itu yang oke?" Inara kembali menyodorkan layar selfonnya kedepan muka Maya yang melirik dengan enggan.
"Yang putih oke. Sepertinya kamu akan bersinar kalau pakai itu."
"Gak apa? Bukannya tema aku macam perek yang minta ditidurin?"
"Hush mulut! Sadar-sadar aja lah sudah kamu itu. ini sebenarnya seriusan atau gimana sih sama pak Radith? Kadang aku bingung!" Maya berbalik menghadap sepenuhnya kearah Inara,
"Serius gitu-gitu aja May."
"Gitu gimana? Sampai hamil?"
"Kalau bisa sih!" Inara cengengesan dan menggeser kembali layar selfon. Kali ini menampikan dandanan yang ingin dia tiru. Tapi Maya bukannya membahas itu dia masih mau mendengar penjelasan Inara mengenai perasaannya kepada Radith.
"Ck, seriusan loh ini Ra aku mau bahas. Sekali-sekali luruskan sinyal dikepalamu. Kita bicara yang serius."
Inara yang mendengar nada suara Maya lain dari biasa menghentikan kegiatan menatap layar ponsel. Alisnnya naik dan dahinya mengerut,
"Kenapa kamu tetiba mau bahas beginian dengan nada seakan ingin menagih hutang?"
"Sialan! Serius ini!"
"Apaan sih May?"
"Perasaanmu sama pak Radith? Seriusan?"
Inara tertawa. "Seriuslah! Aku sudah keluar modal banyak loh May. Menggaet si pak Radith makan ongkos banget."
"Tapi kalian gak seiman loh! Macam mantanmu dulu. Mau drama yang sama terulang lagi?"
Kejahilan diwajah Inara memudar.
Dia memang tak senang diingatkan kisah cinta lamanya yang kandas karena perbedaan. Dia normal walau kadang otaknya tergeser sedikit kalau kebanyakan makan micin. Sedih pasti dirasa jika mengingat. Tapi penyesalan bukanlah yang menggeroti hatinya, melainkan kecewa karena tak dapat bersama.
"Aku gak seperti dulu lah May."
"Maksudnya?"
"Dulu itu kan karena aku masih muda. Jadi aku kasih dia banyak waktu. Sekarang kalau pak Radith mau, aku kasih batasan waktu untuk mikir. Gak mau lama-lama lagi." Ujar Inara kembali membuka aplikasi youtube dan memperhatikan tutorial makeup ullzang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Naksir Anak Boss. [ON-GOING]
RomanceInara naksir anak bos. Obsesinya sama anak bos semakin hari semakin menjadi. Dinasehati juga gak ada gunanya. Begitu kali kalau terlalu banyak baca cerita romance gak masuk akal. Isi kepalanya kerikil semua. Ngincar anak bos itu kan keterlaluan b...