Goresan Pena

4. Titik Ikhlas

Pernah menyesal karena mencintai orang dengan cara yang salah. Hal bodoh yang membuat rasa sesal ini terus membekas. Namun mau gimanapun itulah yang terjadi tak ada hal yang kulakukan selain memperbaiki diri dan menerima semua ketentuan-Nya. Pada akhirnya memang terpaksa dahulu lalu menjadi terbiasa. Menuju taat itu memang tidak mudah. Ujian itu ada pada  Rasa itu sendiri. Celakalah aku kala itu dikalahkan oleh rasa. Hancur dikendalikannya. Sejenak merenung, diri sudah terlalu jauh dari-Nya. Ini bukan kali pertama terjadi, aku terjungkal oleh pilihanku sendiri. Walaupun begitu saluttt banget sama Allah yang tak pernah meninggalkanku di waktu terburukku. Menangis di hadapan-Nya di kala semua orang masih terlelap adalah muhasabahku. Ternyata begini rasanya, kembali dekat dengan Rabb ku, hati menjadi lebih lapang dan lebih ikhlas ketika diri mulai meniti ke jalan yang benar. Semua proses ini tidak mudah. Sempat jatuh bangun, menyemangati diri, tak jarang pula dalam keadaan seperti ini ada manusia lain yang butuh dikuatkan. Untuk sekarang, Gelar Sendiri Dulu mungkin lebih cocok diberikan padaku. Sendiri untuk memperbaiki diri, sendiri untuk kembali taat. Maka ketika diri mulai meninggalkan kehidupan lama, ujian itu masih tetap ada, woy. Seiring meningkatnya kadar keimanan seseorang maka level ujiannya juga meningkat. Everyone have different problems . Disinilah sebenarnya letak ikhlas dan sabar. Sebenarnya tahu, diri sedang tidak baik-baik saja. Namun, senyumnya tetap merekah pada sesamanya. Tak lupa ia bersyukur di setiap harinya karena apa yang terjadi padanya adalah kehendak Allah yang paling baik. Ia tetap melanjutkan hidup seperti biasa dengan melibatkan Allah.
Maasyaa Allah, alangkah indahnya bulan ramadhan ini, mendengarkan lantunan Al-Qur'an adalah candu. Menikmati bulan ramadhan tanpa partner zina. Ternyata bahagia sesimple ini ketika hati mulai ikhlas dan bahagia mulai terasa bahwa menjadi bahagia tak harus dengannya melulu.