Chapter 25

2.5K 295 94
                                    

"Happy Reading"





Jangan lupa spam komen!!


Aku udah berusaha rajin up loh, kenapa chapter sebelah sepi sih:(
Silent readers nya emm... Yaudah lah🙃


Makasih banyak buat yang udah apresiasi cerita ku baik itu ninggalin komentar ataupun Vote. Love U guyss💕


Aku cuma bisa nge- replay komentar kalian satu persatu untuk ngebalesnya🤧
Jadi jangan pernah bosen sama ucapan terimakasih dari author yaa, hehehe....






Langkah Jisya yang hendak pergi ke dapur terhenti diruang tamu saat melihat Bundanya berdiri didepan pintu seperti tengah menunggu kehadiran seseorang. Gadis dengan wajah pucat menggunakan setelan baju hangat serta syal yang melingkari lehernya mengernyit heran.

"Bunda nungguin siapa?" Tanya Jisya lembut berjalan mendekat.

Maya melirik Jisya sekilas lalu membuang muka kembali menatap luar. Dia merasa jengah setiap kali melihat wajah putri sulungnya itu. Ada rasa amarah yang langsung tersulut minta di lampiaskan.

"Bella belum pulang juga ya Bunda?"

Lagi-lagi pertanyaan Jisya hanya dianggap angin lalu oleh Maya. Wanita itu terlihat acuh dan lebih memilih membuka ponselnya coba menelfon seseorang.

Maya mendesah kesal saat panggilan dimatikan sepihak. "Bella dimana sih kamu sayang" Gumamnya khawatir.

Jisya menegang saat tau sang adik belum juga pulang sedangkan hari sudah larut malam. Rasa khawatir dan gelisah meliputi hatinya. Bella masih remaja dan mudah terpengaruh teman-temannya. Jisya takut terjadi sesuatu yang buruk pada adiknya itu.

"Bunda udah coba hubungi teman-temannya Bella?"

"Tanpa kamu suruh saya juga udah ngelakuin itu! Kalau gak bisa ngebantu gak usah ngomong! Pergi sana! Muak saya lihat muka kamu!"

Wajah Jisya tertunduk pilu. Matanya memanas saat mendengar kalimat menyakitkan seperti biasanya dari sang bunda. Mati matian dia menahan air matanya agar tidak jatuh lalu kembali mengangkat pandangan saat mendengar ponsel Bundanya berbunyi.

Nafas lega Maya keluarkan setelah membaca pesan yang memenangkan dirinya. Ditutupnya pintu untuk segera pergi ke kamar namun terhenti saat Jisya kembali membuka suara.

"Udah ada kabar Bella dimana?" Tanya Jisya memberanikan diri.

"Dia menginap dirumah temannya"

"Temannya? Siapa?"

"Apa harus kamu tanya soal itu? Bella anak yang mudah bergaul jadi wajar saja dia memiliki banyak teman yang memperbolehkannya menginap dirumah mereka"

"Tapi Bella itu anak perempuan Bunda. Seharusnya kita tau dia menginap dimana, dengan siapa, dan kenapa harus ada acara bermalam dirumah temannya itu"

"Jisya kamu itu bener bener kampungan ya saya lihat! Hal seperti ini sudah biasa untuk remaja seusia Bella! Berhenti mengatur hidup adik mu!"

"Jisya cuma khwatir sama Bella. Kita gak boleh terlalu membebaskan dia Bunda"


Prangg!


Maya melempar asal vas bunga kecil yang berada tepat di atas meja ruang tamu. Nafasnya memburu setelah melampiaskan amarahnya yang sejak tadi sudah muncul saat kedatangan Jisya.

BUKAN CINTA TERLARANG {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang