DS - Ketidak Terdugaan Yang Menjadi Kenyataan

300 23 2
                                    

- Sapta Aji Tegar -

"Di saat kita memiliki kepastian
Tapi kita memiliki keraguan

Di saat kita memiliki keinginan
Tapi tidak tercapaikan

Disitulah hadir nya ketidak terdugaan
Yang menjadi bagian dari cerita kehidupan"


Bulan masih setia menemani langit gelap meski waktu telah menunjukan dini hari. Angin shubuh berhembus pelan memeluk tubuh dan memasuki pori-pori kulit yang menjadikan pukul 03:30 pagi terasa sangat dingin.

Aku bangun dengan perlahan karena tidak kuat menahan dingin. Tidak terasa, hari ini adalah hari dimana aku telah 4 tahun berada di Pondok Pesantren As-Shaff. Seperti biasa, setelah persiapan menggunakan pakaian sholat aku tidur kembali sambil menunggu adzan shubuh berkumandang.

"Allahu Akbar.... Allahu Akbar..."

Aku terbangun ketika mendengar adzan yang masih samar-samar suaranya karena kesadaran ku belum pulih sepenuh nya.

"Pan, tungguin atuh bro.." Ketika melihat Topan yang hendak pergi.

"Sok cepetan atuh Dik" Jawab nya sambil menungguku.

Setelah wudhu kami berdua hendak pergi ke masjid. Namun, ada seseorang memanggil kami dari belakang yaitu Rendi. Kami sudah mengetahui nya karena tidak asing lagi dengan suara cempreng nya yang khas.

"Ada apa teriak-teriak" Tanya Topan.

"Huuh, padahalmah santuy wee dude" Ucapku dengan nada seperti Qory Gore (Youtuber).

"Shalat nya di aula. Soalnya, ada pengumuman penting" Jelas Rendi.

"HAH.... Pengumuman?" jawab kami serentak.

"Iya pengumuman, maenya wee tawuran" Jawabnya dengan muka tidak enak, lalu tertawa.

Kami bertiga pun pergi ke aula. Karena, tidak seperti biasanya aula yang khusus buat menyambut tamu atau acara tertentu kini di pakai untuk shalat berjamaah. Aku berfikir mungkin ada tamu yang ingin menunaikan shalat berjamaah dengan para santri seperti Gubernur waktu itu.

Setelah berada di aula, kami langsung menggelar sejadah masing-masing kecuali aku yang tidak pernah membawa sejadah karena MALAS. Aku menyimak percakapan antara Topan dan Darto. Yang mana Darto menjelaskan bahwa santri shalat berjamaah di aula, karena ada pengumuman bahwa santri putra dan putri akan di satukan kelas nya.

"Aduh... kacau euy lamun bener dihijiken mah bisa-bisa sifat goreng urang kapanggih euy" Ucapku dalam hati.

Apa yang di khawatirkan ku benar, setelah shalat shubuh berjamaah ustad Herdi menyampaikan pengumuman bahwa santri putra dan putri di satukan kelas nya, dikarenakan beberapa masalah yaitu: Fasilitas bangunan yang tidak cukup, dan juga untuk meningkatkan rasa semangat belajar santri, supaya tidak ada yang tidur di kelas.

Bagiku pengumuman itu adalah derita. Karena, selama 4 tahun di Pondok aku belum pernah mengenal santri putri satu orang pun. Dan katanya, aku sering di bicarakan oleh santri putri karena puisi yang aku ciptakan. Namun, bagiku puisi hanyalah curahan hati yang di tulis dengan kata-kata yang penuh makna.

*******

Mentari pagi merangkak naik 15 derajat dari arah timur. Cahaya kuning nya memberikan panas menyejukan karena angin pagi yang berhembus perlahan ditambah dengan embun pagi yang masih tersisa di dedaunan dan ranting pohon.

"Hayu gasken Pan" Ajakku.

"Kalem dik, can ganteng hahaha.." Jawab nya sambil merapihkan baju dan menyisir rambut gomplok nya.

DIARY SANTRI 📝Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang