1

83 18 0
                                    

[Name] merupakan persona dengan bakat yang tak pernah diakui oleh setiap individu yang ia kenal.

Ia benar-benar tidak berguna.

Acapkali eksistensinya hanya dianggap sebagai parasit yang membebani orang lain.

Bahkan dengan tenaga pendidik pun ia saling menudingkan tuduhan 'peran antagonis'.

Bagi seorang guru, ia merupakan pelaku kriminal dan dalang di balik penghancur rata-rata kelas. Dan bagi [Name] sendiri, guru merupakan sosok yang telah salah kaprah dalam menggradasikan warna pada kanvas kehidupan miliknya.

Padahal sejatinya, kanvas kehidupan itu sudah lama mati. Dan berbagai problematika di atas merupakan api yang membakar seluruh jasad yang tersisa.

Selama ini [Name] hanya hidup di atas kegetiran.

*+:。.。 。.。:+*

"Apa yang kau lakukan di sini? Mengapa kau belum pulang,[Lastname] -san? " Suara dingin kejutkan [Name] yang tengah meringkuk terisak di belakang gym. Buru-buru ia menghapus air mata lantas menengadah.  Pandangannya yang kabur akibat air mata sejenak terfokuskan pada sosok yang tengah mengikatnya dalam tatapan sendu manik aurum yang ia miliki.

Itu Kita Shinsuke.

[Name] benar-benar tak menyangka ia akan tertangkap basah jika ia tengah menangis di tempat itu lantaran seluruh siswa sudah meninggalkan sekolah sedari tadi. Pada dasarnya, [Name] benar-benar tak mengerti jika lelaki yang berdiri di hadapannya selalu pulang terlambat karena ia membersihkan gym terlebih dahulu.

[Name] bangkit, kedua bola mata meliriknya sinis.

"Bukan urusanmu."

[Name] begitu membenci persona seperti Kita Shinsuke. Menurutnya perangai yang Shinsuke miliki merupakan kedok yang menutupi keaslian sikapnya. Lebih tepatnya 'mencari muka' terkhusus di hadapan para guru untuk meraih sanjungan.

Di tahun pertama [Name] pernah sekelas dengannya, tidak begitu dekat, mengobrol pun jarang, tetapi hanya karena satu momen maka pada detik itu pula benih-benih kebencian mulai tertanam pada sanubarinya.

Guru Matematika membanding-bandingkan nilai ulangan mereka berdua di depan kelas. [Name] dengan nilai terendah dan Shinsuke dengan nilai tertinggi.

Sekedar menta'kidkan.

Kebencian [Name] terhadap Kita Shinsuke telah melangit.

*+:。.。 。.。:+*

"Lantas bagaimana bisa [Lastname] sensei jatuh cinta padanya?" Tanya salah satu siswa, rasa penasaran membuat kedua alisnya bertaut.

"Itu karena ia memberiku secercah harapan tatkala aku terpuruk," Jawab [Name], kurva tipis terlukis di antara mawar merah yang merekah di kedua pipinya.

Seisi kelas pun semakin dibuat penasaran oleh hikayat romansa yang dituturkan oleh guru mereka.

[Name] menjadikan kedua tangannya sebagai tabir untuk menyembunyikan rona dan malu.

"Sudahlah, mungkin akan kuceritakan di lain waktu, lagi pula sebentar lagi bel istirahat berbunyi," Ucapnya.

Tidak bisa [Name], kau tidak bisa mengingkari janjimu pada muridmu.

ORION: Kita Shinsuke x ReaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang