Jimin memijat keningnya, ia sudah tak sanggup lagi melanjutkan pekerjaannya. Ia butuh istirahat dan sedikit hiburan untuk me-refresh otaknya yang mungkin sudah hangus terbakar sekarang
Ia menolah ke arah pintu masuk ketika suara derita pintunya menggema, kerutan yang tadi menghiasi keningnya, perlahan hilang, digantikan dengan senyum yang merekah sempurna dibibirnya
"Permisi pak, tadi bu Mina bilang bapak memanggil saya untuk kesini. Kalau boleh tau, untuk apa ya pak?"
"Kemarilah, aku tak menyuruhmu untuk berdiri sejauh itu dariku"
Rosé mengangguk, ia segera berjalan mengikuti intrupsi sang atasan. Yang sebenarnya pun ia sudah bisa menebak, apa yang ada di otak pria tampan itu ketika melihatnya ada disini
Dengan lengkung bibir yang masih terpantri jelas diwajahnya, Jimin segera menggapai tangan Rosé yang kini sudah berada dihadapannya. Lalu, ia ajak wanita itu untuk duduk diatas pangkuannya
"Pak-"
"Stt, aku tak mau mendengar protes darimu"
"Tapi pak, pekerjaan saya banyak sekali dibawah, saya tak enak dengan yang lain"
"Anggaplah ini pekerjaanmu juga, sayang"
"Pak, tapi-"
"Jimin, aku sudah bilang jangan panggil aku pak jika kita sedang berdua. Kita ini sepasang kekasih, kamu lupa?"
"Tapi pak, ini masih jam kerja"
"Whatever! Panggil aku Jimin, oke!"
Rosé mendengus pelan, Jimin memang sekeras kepala itu jika dibilangi, apalagi jika bersama dengannya. Pria ini sangatlah manja, layaknya seorang bayi besar yang butuh perhatian
Pelukan pada pinggang Rosé mengerat, diikuti dengan hembusan nafas yang teratur dari Jimin ketika dia memilih menyandarkan kepalanya tepat diatas pundak wanitanya
"Keningmu hangat. Apa kamu sakit?"
"Sedikit"
"Astaga, kenapa tidak bilang? Sudah minum obat?"
"Sudah tadi"
"Kenapa kamu bisa sakit begini sih? Pasti karena kamu terlalu memaksakan diri"
"Aku sakit seperti ini karena terlalu banyak memikirkanmu" elak Jimin, membuat kedua alis Rosé saling bertaut. Seingatnya, belakangan ini ia tak membuat kegaduhan apapun yang melibatkan Jimin didalamnya, tapi kenapa pria itu malah memikirkannya? Bahkan sampai dia sendiri terserang demam seperti ini
Dengan penuh perhatian, Rosé mengusap surai gelap Jimin, sembari merapikan rambut pria itu yang sedikit berantakan. "Apa yang kamu pikirkan tentangku, bahkan sampai sakit begini?"
"Aku sedang memikirkan tentang lamaranku yang selalu kamu tolak"
"-padahal aku tau kamu mencintaiku, tapi kenapa kamu tak pernah mau jika aku ajak menikah?" tambah Jimin
KAMU SEDANG MEMBACA
WITH MY LOVE | Jirosé ✓
Fanfic[ Follow Sebelum Membaca! ] [ Story 6 ] Oneshoot ⚠️ - Tiap Chapt punya alur masing² © April 2020, Azkaalert ____________________________________________________ A fanfiction story about Jirosé, not recommended reading for minors!! Start : 11 April 2...