02 ; Minta Maaf

370 104 6
                                    

Jika ditanya pelajaran apa yang disukai di sekolah, Audrey pasti akan dengan semangat menjawab pelajaran mengunyah makanan dengan benar di kantin. Lagi pula siapa yang tidak suka jam istirahat? Waktu dimana bisa sejenak melupakan materi-materi pembelajaran yang terpaksa masuk ke dalam otak.

"Lo mau mesen apa, Di?" Tanya Ningning saat keduanya sudah menemukan tempat duduk untuk makan.

"Mau lo yang mesen?"

Ningning mengangguk, "Kemarin kan lo yang ngantri, gantian."

"Yaudah, samain aja sama lo."

"Minumnya?"

"Samain juga, tapi gue lagi pengen es teh lemon deh, seger kayanya."

"Okeee!" Ningning segera berlalu dari meja, meninggalkan Audrey yang sibuk menatap sekitar, sesekali membalas sapaan yang diberikan kepadanya.

Audrey ramah, hanya saja ia juga bisa galak untuk saat-saat tertentu. Seperti saat ini contohnya, saat dengan tidak malunya Heeseung duduk di sebelahnya dan mengajak Sunghoon dan Sunoo untuk makan semeja. Ingin rasanya ia membenturkan kepala Heeseung ke meja.

"Maaf yaa, habisan tempatnya penuh semua, Drey. Maaf bangeett!" Heeseung menyatukan kedua telapak tangannya sambil berulang kali meminta maaf saat sadar bahwa tatapan Audrey berubah.

"Gue di sini mau makan, bukan mau adu argumen sama lo. Jadi jangan sosoan galak sama Heeseung." Sunghoon bangkit dari duduknya.

"Anjing, pergi lo dari meja gue!"

"Meja lo? Ini meja properti sekolah, orang tua lo pemilik sekolah emangnya?"

"Iya!"

"Lo pikir gue gak tau pemilik sekolahnya siapa?"

"Ck, gak usah balik ke meja ini lo. Lesehan aja sana makan di lantai, keinjek sama orang mampusin aja."

"Gue heran kenapa gorila bisa sekolah padahal harusnya di kebun binatang aja."

"PARK SUNGHOON!"

Astaga, lagi-lagi Sunoo dan Heeseung terjebak diantara perdebatan mereka berdua. Sunoo memilih untuk pergi memesan makanan daripada gendang telinganya terancam putus, begitu pula dengan Heeseung.

Untungnya Ningning datang dengan sebuah nampan di tangannya, membawa makanan dan minuman miliknya dan Audrey. "Ada apa ini..?"

"Biasa, Si Kutu Kupret berulah lagi, padahal niat gue disini ngisi tenaga sama makanan, bukan sekalian ngisi stok kesabaran."

Sunghoon berdecak dan pergi meninggalkan meja untuk memesan makanan.

Ningning menata rapih piring dan gelas di meja dengan tenang, hingga Audrey bersuara dengan sebuah rencana yang bikin geleng-geleng kepala.

"Ning, ada gergaji gak sih di sekolah? Mau gue belah dua mejanya biar gak semeja sama dia."

















;

Acara istirahat berjalan agak tenang tidak seperti bayangan ketiga orang yang saling bertatapan satu sama lain saat Audrey dan Sunghoon diam fokus dengan makanan masing-masing.

Semoga ketenangan ini ada sampai lulus sekolah, batin mereka bertiga sama.

Tapi rupanya tidak semudah itu dalam mengharapkan sesuatu. Buktinya Audrey tidak sengaja menyemprotkan sambel ke mangkuk kuah soto milik Sunghoon gara-gara tutup botol sambelnya tadi macet. Jadinya tersembur kemana-mana saat berhasil dikeluarkan.

Sunghoon mengepalkan tangannya dan menatap Audrey tajam, "Lo gak bisa ngebiarin gue makan dengan tenang?"

"Lo tanya gih sama botol sambel nya, ada masalah hidup aja sampe macet kaya tadi?"

"Lo kira gue bego buat sekedar bertanya sama benda mati?"

"Bukannya emang bego? Terutama dalam hal mengatur emosi?" Audrey tertawa puas tangannya memukul-mukul lengan atas Heeseung.

Bukannya sakit, tapi Heeseung lebih ngeri saat melihat Sunghoon dengan urat-urat leher di tangan dan lehernya. Lebih tua setahun dari Sunghoon bukan berarti dirinya bisa jadi lebih menyeramkan. Sunghoon sepertinya punya level seram lebih tinggi dari Heeseung sampai-sampai kadang ia bergidik ngeri.

"Lo ada masalah sama gue?"

Audrey menghentikan tawanya dan menatap Sunghoon sinis, "Menurut lo? Apa patut gue jawab pertanyaan lo yang gak berguna itu?"

"Lo ada masalah sama gue?"

"Ck, ya ada! Kalau gak ada, gue gak bakal bersikap kaya gini sama lo!"

"Sebutin."

"Dih, ogah banget!"

"Sebutin, Bae Audrey."

Audrey mengepalkan kedua tangannya, ia tidak suka kondisi saat ini, "Gak! Lo sadar diri aja sama kesalahan lo sampe ngebuat gue marah kaya gini!"

"Kalau gue bisa langsung tanya ke lo, kenapa gue harus mikir lama-lama buat tau alasannya?"

Audrey menggertakkan giginya. Jika ditanya kenapa ia benci Sunghoon, jawabannya ia hanya tidak suka keberadaan Sunghoon.

"Liat kan? Lo gak bisa jawab? Apa selama ini lo hobi debat sama gue karena lo suka sama gue?"

"Anjing? Otak lo dangkal banget sampe mikir ke sana!"

"Terus? Gak ada larangan buat berasumsi kan? Apalagi lo nya gak mau jawab."

"Gue bingung sama lo, Hoon. Udah satu tahun kita satu sekolah tapi lo sama sekali gak ada niat buat minta maaf sama gue satu kali pun?"

"Gue ada salah? Bilang, salah gue apa?"

"Anjinglah." Audrey pergi dari kantin dengan langkah cepat.

Sunghoon menatap kepergiannya dengan tidak peduli. Sudah satu tahun ia berdebat dengan Audrey dan sekarang masih berlanjut. Ia terkadang bertanya-tanya sebelum tidur apa yang membuat Audrey benci kepadanya?

"Gue balik ke kelas deh ya?" Ningning bangkit dari kursi dan pamit untuk pergi.

"Temenin Audrey ya, Ning." Titip Heeseung sambil melambaikan tangan dan dijawab dengan anggukan.

Audrey itu keras di luar, tapi hatinya lembut. Jujur saja setiap Sunghoon memakinya atau mengejeknya, tidak sedikit ia sakit hati. Makanya ia mengharapkan permintaan maaf. Tapi rupanya ketua OSIS yang satu itu tidak pernah sadar akan kesalahannya dan itu membuat Audrey tidak suka keberadaan Sunghoon. Katanya orang yang tidak bisa menyadari kesalahannya sendiri itu tidak bisa ia biarkan hidup dengan tenang. Makanya setiap hari pasti ada perdebatan antara mereka berdua.

LacunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang