03 ; Mengundurkan Diri

354 102 25
                                    

Kalau menurut kalian Audrey sama Sunghoon bakalan diem-dieman, kalian salah besar. Buktinya sekarang mereka adu argumen lagi waktu disuruh rapat buat ngobrolin tentang rundown acara.

"Gak bisa gak bisa, pokoknya anak basket duluan baru anak futsal."

"Dimana-mana futsal duluan."

"Sejak kapan ada keputusan kaya gitu?! Anak basket duluan! Lo gak kasian apa anak basket kalau main siang-siang? Mereka kan setubuh-tubuh gerak, kalau anak futsal kaki doang!"

"Yang biasa olahraga gak akan mempermasalahkan itu, Audrey."

"Tetep aja! Anak basket duluan!"

"Penanggung jawab ekskul futsal gak bisa dateng kalau siang-siang, pagi-pagi doang bisanya. Sementara penanggung jawab ekskul basket bisa dateng bahkan sampe sore."

"Dih bukan urusan gue kalau itu? Lagian tau darimana penanggung jawabnya gak bisa dateng kalau siang?"

"Anaknya nikahan, tanggal segitu."

"Ck, aneh banget."

"Futsal duluan, final dari gue."

"Gak bisa! Basket duluan pokoknya--"

"Udah-udah, futsal duluan aja ya, Audrey?" Isa selaku teman sekelas Sunghoon yang iseng ikut rapat tiba-tiba menengahi. Sejujurnya dia pengen futsal pagi-pagi sih, kalau siang panas, males dia. Nginget-nginget nanti futsal putri dia yang main.

Audrey berdecak, "Lucu banget bawa kawanan jadi ada yang ngebela, cupu banget jadi cowo." Audrey tertawa remeh.

Isa sekarang ngerti kenapa Sunghoon selalu berakhir dengan emosi kalau udah ketemu sama Audrey. Biasanya Isa malah ketawa ngakak, tapi sekarang kerasa emosinya waktu denger temennya dikatain cupu. "Jaga omongan lo ya."

Audrey mengerjapkan mata, kenapa Isa malah memarahinya? Audrey merasa tidak adil melihat Isa yang tidak tau apa-apa marah begitu saja. Isa marah karena Sunghoon dia katain cupu? Terus Audrey yang sering dikatain gorila, orang gila, dan lain-lain gimana?

Heeseung yang sadar akan situasi langsung buka suara, "Isa lebih baik lo diem aja."

"Diem gimana? Sunghoon dikatain cupu hanya gara-gara gue ngasih saran final? Aneh banget jadi cewe."

Padahal baru seminggu Audrey mengurusi perencanaan pekan olahraga, tapi kenapa rasanya ia lelah sekali. Ia ingin mengundurkan diri saja.

"Isa, udah."

"Lo diem aja setiap Sunghoon dikatain, Seung? Wah udah gila kali lo?"

Audrey menggebrak meja, "Terserah, gue serahin rundown nya sama lo, Hoon. Percuma kalau gue ngasih saran tapi gak ada yang ngehargain saran gue. Ditambah dikatain cewe aneh padahal kalau diinget-inget Sunghoon yang lebih sering ngatain gue, kocak banget. Dahlah, gue pulang."

"Audrey, gue anter--"

"Gak usah, Seung. Gak apa-apa, gue gak apa-apa. Lo lanjut rapat aja, nanti kabarin jadinya gimana. Maaf ngerepotin terus." Audrey senyum tipis, setidaknya Heeseung masih peduli dengan keberadaannya.

"Lo gak profesional namanya kalau apa-apa lepas tangan gitu aja." Sunghoon menatap Audrey tajam.

Entahlah, Audrey sudah malah berdebat kalau Sunghoon bawa kawanannya, yang ada dia dipojokin terus. "Iya emang, gue keluar aja kalau gitu ya? Seminggu ini lo kebantu sama gue gak, Hoon? Kalau enggak, ubah aja posisi gue sama si Isa-Isa temen lo itu, sarannya lebih sejalan sama lo kan?"

Sunghoon diam, setahun ia jadi musuh bubuyutan Audrey, ada satu hal yang sudah ia pastikan. Ia lebih memilih menghadapi Audrey yang cerewet daripada Audrey yang pasrah seperti saat ini. Rasanya aneh.

Isa tertawa remeh, "Apasih yang Pak Bambang liat dari lo sampe lo diminta buat jadi ketuplak acara pekan olahraga?"

"Iya gak tau, apa ya? Tapi setidaknya gue dipandang Pak Bambang deh daripada lo." Kini giliran Audrey yang tertawa remeh.

"Omongan lo--"

"Udah."

Semuanya menatap Sunghoon yang barusan buka suara. Audrey mendengus kesal, "Iya udah, waktunya gue pulang."

"Gak ada yang ngeizinin lo pulang."

"Ngapain gue izin? Lo bukan orang tua gue."

"Gue ketua OSIS."

"Gak usah make jabatan lo buat hal yang kaya gini, gue gak peduli. Saran gue gak didenger, gue dipojokin sama orang yang gak tau apa-apa, gue diremehin. Lo pikir gue biasa aja nanggepin itu semua? Bukan manusia lo namanya kalau ngira gue bakalan biasa aja!" Audrey berjalan keluar dari ruangan OSIS.

Heeseung bangkit dari duduknya, "Kita tutup rapatnya sampe sini dulu. Gue mau samperin Audrey. Lo lain kali kalau rapat gak usah ajak temen, mereka gak ada urusan sama rapatnya. Dan lo, Isa, gue emang gak kenal jauh sama lo, tapi lain kali kalau mau ngatain, lo harus tau dulu semuanya, temen lo yang satu itu yang lebih sering ngatain Audrey. Jadi menurut lo, lo pantes gak ngomong kaya gitu ke Audrey? Pikirin sendiri aja. Dah, gue pamit." Heeseung ikut keluar dari ruang OSIS, berlari mengejar Audrey yang nampaknya sudah berjalan jauh.

Sunghoon menghela napas, lagi-lagi memijat pelipisnya.

"Apaan sih mereka berdua? Kok jadi gue yang dimarahin?"

"Lo emang salah, Sa. Mending lo pulang aja, gue masih mau nyusun rundown acara."

"Gue bantu?"

"Gak usah."

"Sungho--"

"Pulang."

"O-oke." Isa akhirnya memutuskan untuk pulang. Sunghoon sedang tidak bisa dia ajak bicara. Lebih baik cari aman daripada rencana pdkt nya ke Sunghoon gagal.

Tidak lama dari kepergian Isa, handphone Sunghoon berbunyi dan bergetar, menandakan ada chat yang masuk. Ia meraih handphonenya dan melihat chat yang masuk.

 Ia meraih handphonenya dan melihat chat yang masuk

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sunghoon berdecak, sial. Ia langsung berlari menuju ruangan Pak Bambang, meninggalkan barang-barangnya di ruang OSIS.

LacunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang