05 ; Terlalu Jauh

327 95 4
                                    

Omong kosong dengan deal-deal-an kemarin, kini dua-duanya berdebat lagi di aula lama. Penyebabnya? Hanya perihal kucing yang entah darimana bisa masuk ke aula lama.

"Dasar gak berprikehewanan, biarin aja dong kalau dia mau diem di aula lama?"

"Lo bisa ngejamin apa kalau dia gak akan ngeberantakin properti yang ada di sini?" Sunghoon menatap sekitar, lebih tepatnya ke properti-properti yang telah dibikin oleh anak-anak desain untuk berbagai acara yang telah berlalu. Properti yang sekiranya nanti bisa dipakai lagi pada acara-acara yang akan datang, tujuannya untuk mengurangi pengeluaran biaya.

"Astaga, gak akan sampe gimana-gimana. Sikap lo tuh yang ngebuat kucing malah jadi makin-makin pengen ngerusak barang di sini."

"Ck, gak ada alasan lain, bawa kucingnya keluar."

Audrey berdiri dari posisi jongkoknya dan melipat kedua tangan di dada, "Keluarin sendiri, kan itu kemauan lo."

"Keluarin, Audrey."

"Sama lo, Sunghoon."

"Bae Audrey."

"Park Sunghoon."

Astaga, padahal niat mereka ke sini adalah untuk memilih properti yang sekiranya bisa dipakai untuk pekan olahraga nanti dan menyusun list properti apa saja yang belum tersedia. Bukannya berdebat karena kehadiran seekor kucing di aula lama.

"Gue udah turutin kemauan lo buat ngeluarin kucingnya, tapi syaratnya ya lo yang ngeluarin."

"Gak, lo."

"Gak usah maruk ya."

"Untuk hal gini gak ada penggunaan kata maruk."

"Tinggal digendong doang terus bawa keluar, susah amat."

"Doang kan? Ya udah lo aja kalau gitu."

"Astaga, ya sama lo lah."

Sunghoon berdecak, "Lo yang keluarin dia dari sini, Audrey. Karena lo yang ngebuat dia malah tidur-tiduran di sini karena usapan lo."

"Gue baik hati makanya mau ngasih usapan buat dia, gak mau gue jadi jahat karena gue harus ngeluarin dia."

"Gak masuk akal sumpah, ngeluarin kucingnya dari aula lama gak akan ngebuat dia benci sama lo kali."

"Ya udah buktiin sama lo, gue gak mau ambil resiko, biarin lo aja yang dibenci sama kucing."

Sunghoon tetap teguh pendirian, tangannya masih terlipat di dada, enggan menyentuh makhluk berambut dengan empat kaki di dekat Audrey. Entah ilham darimana, Audrey seketika tertawa keras. Sunghoon kebingungan dibuatnya.

"Lo--gak suka kucing?"

"Suka."

"Salah-salah," Audrey berdehem, "Lo gak bisa megang kucing ya?"

Skakmat. Memang itu alasan Sunghoon menolak mentah-mentah untuk menyentuh kucing tersebut. Ia tidak suka menyentuh kucing, tidak ada yang tau kenapa, intinya ia tidak suka.

"Diem doang? Bener berarti?"

Sunghoon mendengus dan menatap ke arah lain. Rahasia kecil yang selama ini ia jaga tiba-tiba terbongkar begitu saja di hadapan Audrey. Ia menyiapkan diri jikalau Audrey sudah menemukan kata-kata yang tepat untuk mulai mengejeknya.

Audrey tertawa, "Bilang kek. Gak bisa nyentuh kucing bukan berarti lo lemah, jadi gak usah gengsi tentang hal itu." Ia menggendong kucing tersebut dan mengeluarkannya dari aula lama, kemudian kembali masuk ke dalam.

Sunghoon mulai mencatat apa saja yang harus dibuat oleh anak-anak desain di notes handphonenya. Audrey mengitari sekitar, mencari sesuatu yang menarik untuk ia mainkan, tapi nihil.

LacunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang