1996' The Brother

266 50 9
                                    

Sejeong tahu ini bukan waktu yang tepat untuk iri sekaligus terpesona ketika melihat betapa maskulinnya Seungcheol yang langsung datang setelah ia bilang adiknya sekarat di telepon tadi.

Lagian juga nih ya, siapa yang tidak panik ketika salah satu teman adek kalian yang tiba-tiba menelpon dan mengatakan bahwa, "woi adek lo sekarat."

Tentu saja panik dong. Apalagi Seungcheol masuk ke dalam Paguyuban Sayang Adek yang anggotanya tidak perlu kalian ketahui karena itu tidak begitu penting untuk dibahas di sini.

Untungnya saja Jeongyeon tidak pingsan sebelum kakak laki-lakinya muncul di hadapannya, karena tentu saja itu hanya akan menambah kepanikan Seungcheol menjadi lebih banyak. Sekarang ini saja Seungcheol sudah buru-buru pergi di tengah pelajaran dengan izin mau ke kamar mandi.

Aduh dasar anak jaman sekarang.

Seungcheol menghela nafas lega sambil jongkok. Kakinya lemas saking paniknya melihat adeknya yang terlihat sekarat sesuai dengan perkataan Sejeong di telepon. Jantungnya masih berdebar begitu kencang bahkan ketika guru yang sedang menjaga UKS mengatakan bahwa Jeongyeon akan baik-baik saja jika ia mendapatkan istirahat yang cukup.

Sejeong sendiri sudah disuruh kembali ke kelasnya, ia juga tidak lupa berterimakasih kepada teman Jeongyeon yang satu itu.

"Kak? Gak balik ke kelas?" tanya Jeongyeon dengan suara seraknya, dari tadi ia masih bangun walaupun matanya terpejam.

Seungcheol mendongak kemudian berdiri dengan kaki jelinya. Ia menyeka anak rambut Jeongyeon yang menempel karena keringat, "hm, kamu kenapa belum tidur?"

"Kak Cheol kenapa gak ke kelas?"

Seungcheol terdiam. Gini nih kalau kakak-adek sama-sama keras kepala. Memutuskan untuk tidak memperpanjang perdebatan pertanyaan antara mereka berdua, Seungcheol akhirnya menjawab. "Nunggu kamu tidur."

Jeongyeon menatap Seungcheol yang kini menatapnya khawatir.

"Aku baik-baik aja. Kakak ke kelas sana," ucap Jeongyeon maksa. Setelah perjanjian bahwa Jeongyeon harus tidur setelah Seungcheol pergi, akhirnya Seungcheol kembali ke kelasnya dengan perasaan sedih karena diusir adiknya sendiri.

Jeongyeon menutup matanya.

Ah, akhirnya dia ambruk juga. Padahal Jeongyeon kira ia akan bertahan paling tidak sampai pulang sekolah nanti.

"Bocah bodoh," batinnya yang ditujukan pada dirinya sendiri. Badannya sukses terasa lemas sampai-sampai terasa menyatu dengan kasur UKS yang keras. Matanya terasa berat, mungkin akibat obat yang diberikan oleh guru penjaga UKS tadi.

"Kamu tidur aja ya nak, biar pusingnya berkurang."

Suara lembut dari penjaga UKS membuat Jeongyeon memutuskan untuk melaksanakannya. Lagipula daritadi ia sudah mengantuk, efek samping dari obat yang diberikan benar-benar kuat tampaknya.

***

Jeongyeon bangun ketika merasa badannya mengambang, ia membuka kelopak matanya lalu malah menemukan kakaknya yang menggendong ia seperti seorang putri fairytale.

Pipinya sontak memerah ketika merasakan tatapan dari penduduk sekolah yang menatap mereka aneh. Kepalanya sudah tidak sepusing yang tadi, rasa malu lebih menguasai otaknya sekarang.

"Udah bangun?" tanya Seungcheol ketika mereka hampir menuju tempat parkir.

Jeongyeon yang menutup wajahnya dengan telapak tangan hanya menggeleng. "Kakak kenapa bawa akunya kayak gini sih, malu tau diliatin," gumam Jeongyeon yang hanya bisa didengan oleh Seungcheol.

1996' Dating A FreakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang