05

1.2K 124 53
                                    




Namanya Kim Jihoon, pria 25 tahun yang sedang menjalani pendidikan dokter spesialis bedah umum di universitas tempat ayahnya mengajar. Putra semata wayang, dengan ibu yang hanya menemaninya hingga usia 5 tahun.

Han Yesul nama ibunya. Perempuan satu-satunya yang ada di hidup ayahnya. Perempuan yang Kim Jihoon yakini menjadi satu-satunya yang beruntung telah dicintai oleh pria selembut ayahnya.

Bagaimana tidak, neneknya telah berkali-kali membujuk ayahnya untuk menikah lagi. Namun sang ayah tetap menolak, tak terbujuk dengan iming-iming yang diberikan neneknya seperti memiliki rumah sakit sendiri ataupun menjadi direktur rumah sakit keluarganya.

Ayahnya adalah pria yang hebat, dengan telaten dan lemah lembut mencintainya sepenuh hati dari balita hingga sebesar sekarang seorang diri. Jika ia diminta untuk menyebutkan nama satu orang saja yang ia jadikan panutan, maka itu adalah Kim Junkyu, ayahnya yang paling setia pada keluarganya.

Hingga suatu malam, ia mendengar neneknya histeris, berteriak pada ayahnya yang memiliki hati selembut kapas. "KAU MASIH BELUM BISA MELUPAKAN JIHOON, BUKAN? ITUKAH ALASANMU TAK MAU IBU JODOHKAN DENGAN SIAPAPUN HINGGA SEKARANG?".

Kim Jihoon keheranan, mencuri dengar berdiri mematung di balik dinding ruang tamu rumahnya. Tentu saja Jihoon yang dimaksud bukanlah dirinya, tapi siapa? Seingatnya, sang ayah tak pernah menyebut nama Jihoon selain namanya sendiri.

"Ibu tak perlu berteriak seperti itu. Dan walaupun aku belum melupakan Jihoon, apa bedanya, bu? Ini tak berarti aku mengejarnya ke Jepang dan meninggalkan putraku di sini. Kami sudah memiliki keluarga masing-masing...kalau ibu lupa", jelas ayahnya setenang mungkin.

"Persetan dengan mantanmu itu, ibu ingin kau menikah lagi, membuat keluarga lagi...tak masalah jika kau tak mencintai perempuan itu, toh kau juga tak pernah mencintai Yesul sejak awal. Tapi menikahlah, Junkyu-ya, Jihoon anakmu pasti membutuhkan figur seorang ibu juga", bujuk neneknya pada sang ayah.

"Aku bisa mengurus Jihoon sendirian, ibu. Dia bukan lagi balita... Sebentar lagi anak itu 12 tahun, dan lihat, selama ini aku bahkan tak pernah meminta bantuan ibu untuk mengasuh Jihoon... Perjodohan ini bukan untukku, tapi untuk perusahaan ayah..iya kan?",

Kemudian percakapan sengit antara ayah dan neneknya bagai angin, semakin lama suara perdebatan mereka semakin tenggelam. Menyisakan Kim Jihoon berdiri tak berkutik, tertampar kenyataan yang baru saja didengarnya barusan.

Ayahnya tak pernah mencintai ibunya.

Dan ayahnya memiliki mantan pacar bernama Jihoon juga, yang sekarang tinggal di Jepang dan memiliki keluarga sendiri di sana.

Jika...jika Jihoon dirinya adalah laki-laki, bukankah berarti Jihoon yang disebut neneknya juga laki-laki?

Kim Jihoon membuka mulutnya tak percaya dengan analisis sepihak yang baru saja ia lakukan. Dan fakta bahwa ayahnya tak pernah terlihat dekat dengan siapapun setelah kematian ibunya, maka perkataan neneknya benar. Ayahnya belum melupakan pria yang memiliki nama sama dengannya.

Itu kejadian tiga belas tahun lalu. Kim Jihoon awalnya ingin menanyakan tentang perdebatan antara neneknya dan sang ayah serta pria bernama Jihoon. Namun tak pernah ada kesempatan. Ayahnya menjadi lebih sibuk dan ia juga harus tenggelam dalam rutinitasnya sebagai pelajar.

Lantas semua pertanyaan yang berkecamuk dalam pikirannya tak pernah keluar, tersimpan rapi dalam benaknya sendiri hingga sekarang.

Namun dua bulan lalu, memori perdebatan dan semua topik yang berada di dalamnya menyeruak kembali ke permukaan, ketika seorang perempuan berdarah Jepang-Korea menghubunginya lewat ponsel. Mengaku sebagai putri dari Park Jihoon.

REUNION || JIKYUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang