REYGAN; 18

247 24 9
                                    

Baca author note di bawah ya, penting.

Happy Reading semuanya~~

- - -



Mendengarkan alunan musik di sore hari memanglah kegiatan yang sangat menenangkan. Seperti yang dilakukan Vita saat ini. Cewek itu duduk di kursi panjang yang berada di teras rumah sembari melihat pemandangan taman kecil di depannya. Taman yang dulu menjadi tempat bermain bersama Nabila.

Vita jadi mengingat waktu itu mereka berdua berkebun bersama, sang Mama yang menyiapkan makanan dan minuman ketika lelah juga sang Papa yang membantu menggali tanah. Namun kini semua telah berubah, tidak ada lagi keluarga harmonis.

Lamunan Vita lebur karena Pagar rumahnya terbuka dan menampilkan mobil mewah berwarna hitam yang sudah sangat dihapal. Hanya dengan celana pendek sepaha tanpa alas kaki Vita berlari mendekati Papanya yang menuruni mobil.

"PAPAA."

Dipeluknya erat tubuh besar Fikri, namun lagi-lagi ia dibuat kecewa karena tidak ada balasan lalu menarik kembali kedua tangannya.

"Kok baru balik ke rumah, Pa? Biasanya kemana?"

"Papa sering pulang," Jawab Fikri seadanya kemudian melangkah pergi.

Dari tempatnya Vita menghela napas berat, kemudian berlari riang mengejar Fikri yang sudah memasuki rumah. Di dalam, lelaki itu sedang mengobrol dengan tukang kebun dan asisten rumahnya.

"Papa pasti capek, kan? Jadi tas kerjanya biar aku aja yang bawa ke kamar, yaa."

"Nggak perlu. Sudah ada Bi Ijah yang bisa bantu Papa." Fikri memberikan tas pada asisten rumahnya, Sebelum pergi Bi Ijah sempat menatap tak enak pada Vita namun, cewek itu malah mengangguk dengan senyum manis.

"Kalau begitu saya pamit kembali ke belakang, tuan," pamit Pak Kamto lalu diangguki Fikri.

"Katanya sering ke rumah, tapi kok aku gak pernah lihat Papa. Emang kapan pulangnya?"

"Malam, mungkin kamu udah tidur."

"Kalau Mama kemana ya, Pa? Waktu itu aku ketemu di jalan tapi mobilnya ngebut banget. Jadi gak bisa ngejar sampai dapet."

"Papa nggak tahu." Dari nada bicaranya, Vita tahu bahwa sang Papa sangat malas jika sudah membahas tentang Tiva, Mamanya.

"Ehm... Vita mau tanya satu hal, tapi Papa jangan marah yaa." Vita duduk di sofa ruang keluarga yang diikuti oleh Fikri.

Keterdiaman Papanya, Vita anggap bahwa lelaki itu menunggu.

"Papa sama Mama lagi ada masalah apa? Semenjak Nabila nggak ada, Kalian berdua selama ini saling menghindar, jarang banget pulang."

"Bukan urusan kamu!" Bentak Fikri. Mendengar nama Nabila membuat emosinya meluap. Bukan karena tidak suka, tetapi ia masih belum benar-benar ikhlas bahwa putri yang sangat dia banggakan telah tiada.

"Untuk kali ini aja, Pa. Vita kangen banget sama kalian berdua. Please, jangan biarin Vita sendiri teruss." Cewek itu terduduk di lantai dengan memegangi kedua kaki Papanya.

Fikri menepis kasar tangan anaknya itu, kemudian berdiri. "Ngapain Papa capek-capek ngurusin anak tidak tahu diuntung kaya kamu, Vita!"

Vita ikut berdiri kemudian menatap Fikri dengan mata yang sudah mengeluarkan air mata.

"Selama ini aku udah ngikutin apa kata Papa. Nggak main basket? Oke. Nggak main musik? Oke. Nggak ikut cheerleaders? Oke. Terus apa yang buat Papa masih benci sama aku?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 09, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

REYGANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang