End (+curhatangratisauthor)

352 44 18
                                    

Keesokan harinya, Kiyoomi merasa seperti terpaku di tempat duduknya. Terdapat rasa enggan juga malas yang mendadak menyerangnya, bekal buatan Ibunya kini tergeletak manja di mejanya, di depannya, dan tangannya malah terdiam tak bergerak sedikitpun.

Dibanding dengan apapun, Kiyoomi jauh lebih benci berurusan dengan yang namanya malas. Malasnya seorang Sakusa Kiyoomi itu selalu totalitas. Artinya, tidak setengah-setengah, bahkan untuk menyuap makanan kala perutnya keroncongan.

Dia memandang diam teman sekelasnya yang saling sahut-sahutan lempar ucap kata. Kiyoomi tak begitu mengerti akan manfaat saling berbicara tanpa makna seperti itu. Mungkin benar adanya, jika Kita perlu berkomunikasi dengan orang di sekitar. Tapi, komunikasi berlebihan pasti menimbulkan kebosanan kan?

Tangannya masih tak mau bergerak, bahkan bekalpun tak tersentuh sedari tadi. "Apa yang harus kulakukan dengan rasa malasku ini?" Dia bertanya-tanya pada selipan gumaman pelannya, entah dia tujukan pada siapa ucapannya tersebut.

"Mungkin besok hari terakhirku"

Oh... Mungkin Kiyoomi harus berterima kasih pada ingatannya, atau mungkin harus mengumpatinya. Ingatan akan lirihan pelan Atsumu sontak membuat tubuhnya terbakar adrenalin. Bahkan merelakan tenaganya yang sudah terkuras demi mengusir kemalasannya untuk berlari meunuju atap Sekolah.

"Untuk saat ini, aku tidak bisa diam saja"

Kiyoomi jadi ingin menyalahkan dirinya masalah rasa malas tadi yang sempat menahannya duduk nganggur 10 menit lamanya.

Kakinya terpacu penuh rasa paksa juga semangat adrenalin, mulutnya pun turut membuka tutup saling ganti oksigen. Berlari dari lantai satu untuk sampai ke atap pada gedung 4 lantai itu rasanya sudah cukup melelahkan, apalagi jika dibarengi cemas juga panik, staminanya pastinya bakal makin kececeran dan gampang kelelahan.

"Hosh... Hosh..."

Nafas Kiyoomi tak beraturan, masing-masing hela nafas terlihat begitu berat, membuat punggung dan dadanya kembang kempis berantakan.

Mungkin..., Lain kali, Kiyoomi harus berlari dalam keadaan santai supaya staminanya tidak terbagi dengan panik dan emosi lainnya.

Dia sudah sampai di tempat biasanya ia mengintip.

Kiyoomi melihat Atsumu yang selesai dengan kunyahan terakhir makanannya. Seperti yang telah berlalu, Atsumu terdiam selama 1 menit lamanya, lalu berdiri.

Kiyoomi memang tak melihat dengan jelas, tapi dari side profile saja, Kiyoomi sangat yakin jika Atsumu sedang tersenyum kini. Dia terlihat begitu nyaman dan menikmati acara memandang langit cerah.

Kepala Atsumu mengangguk sekali, dia melepas dengan lembut blazer seragamnya, begitu juga sepatu dan kaos kakinya, dia menata 2 barangnya dengan rapi di jarak 2 meter dari tempatnya tadi berdiri.

Kiyoomi menahan nafas ketika Atsumu berjalan mendekati pagar pembatas.

"Tidak ada alasan lagi kali ini"

Mata Kiyoomi membulat kaget, bahkan mulutnya menganga luar biasa saat Atsumu melewati pagar pembatas, dan berdiri dengan santai melihat ke bawah. Mungkin memperkirakan kemana Atsumu harus menjatuhkan dirinya sendiri.

Kiyoomi menggelengkan kepala, mengusir pikiran gilanya, dia sudah menyentuh knop pintu masuk atap.

Atsumu sudah menggerakkan salah satu kakinya, menginjak udara kosong tanpa pijakan.

Kiyoomi memacu langkah secepat yang ia bisa. Mengulurkan tangan ke depan.

Atsumu menyentuh rambutnya, merapikannya sejenak. Dan memandang ke bawah, di mana banyak sekali siswa siswi yang berkumpul saling berteriak dan melempar kata.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 09, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Scary?!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang