04 : Mencari Kucing (2)

50 10 1
                                    

Sore ini, udara masih panas.

Haidan dan Tama sibuk merapatkan motor ke pinggir jalan. Melirik sekitar, siapa tahu ada kucing bewarna ginger yang tengah dicari Bunda.

"Ada gak?" tanya Tama.

Haidan menggeleng. "Kabur. Tapi kayanya punya orang, deh."

Haidan kembali duduk di atas motornya. Kali ini, karena Haidan yang sibuk mencari kucing, maka Tama yang bertugas untuk menyetir.

Untung Tama baik.

"Lo kenapa gak nyari di medsos, sih, Dan?"

"Emang bisa?"

Tama menaikkan kaca helmnya sambil berdesis gemas. "Lo mau nyari pacar di medsos juga bisa kali, Dan. Apalagi hewan peliharaan. Kucing."

Mereka berdua terdiam sejenak sebelum akhirnya Haidan membuka pembicaraan dengan keputusan hebatnya.

"Oke, kalo gitu kita balik aja. Gue mau cari di Twitter, siapa tau ada."

Tama menganggukkan kepalanya cepat. "Yaudah, kuy balik. Panas, bro."

***

"Apa, ya, kata-katanya?"

Haidan sibuk mengulir layar ponselnya dengan grogi. Tangannya mulai berkeringat dingin dan kakinya kram karena sejak tadi berjongkok di teras petshop milik Tama.

"Duduk sini, kek. Ngemper banget," kekeh Tama, menepuk-nepuk pinggiran karpet abu yang baru digelarnya beberapa menit yang lalu. "Kaya orang kebelet ee."

"Orang emang kebelet?"

"Lebay."

Sejenak, Haidan berdiri untuk meluruskan kakinya dengan kepala yang sedikit berkunang-kunang—tipikal orang anemia yang selalu lupa untuk minum obat penambah darahnya setiap pagi.

Tama hanya mencibir, kembali asyik dengan kegiatannya menghitung uang kembalian untuk pembeli.

Berbicara dengan Haidan itu susah-susah gampang. Semua orang bilang begitu. Dia akan lebih percaya dengan apa yang ada di otaknya sendiri daripada apa yang ada di otak orang lain.

Namun, sebelum kepalanya berputar lebih cepat, Haidan tiba-tiba berlari menghampiri Tama dengan wajah super sumringah. Matanya berbinar, wajahnya memerah dengan senyuman lebar selama beberapa detik.

"Gue nemu!"

***

PawrentsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang