monopoly(3)

663 78 2
                                    

Author's POV

Lisa tengah mengendarai motornya dengan kalut. Dia baru saja selesai mengikuti rapat organisasi di kampusnya saat dia mengecek ponselnya dan menemukan 4 buah pesan dari Jennie.

Lisa..
Lg dimana?
masih dikampus?
Aku sakit

Pesan itu dikirim Jennie 3 jam lalu dan bodohnya dia sama sekali tidak membuka ponselnya karna sibuk mengurusi rapat persiapan pelantikan ormawa. Perasaannya kian khawatir mengingat Jennie hanya sendirian di tempat kost-nya. Rosè dan Jisoo sedang pulang ke rumahnya masing-masing mengingat besok adalah akhir pekan dan tak ada jadwal perkuliahan.

Sesampainya didepan kamar Jennie, Lisa segera mengetuk pintu kamarnya dengan pelan.

"Jen.. Jennie", Lisa memanggilnya sepelan mungkin agar tidak mengganggu penghuni kost lainnya. Jam yang melingkar di pergelangan tangannya menunjukkan pukul 22:20. Waktu tidur yang normal bagi beberapa orang. Tentu saja dia merasa tidak enak jika membuat keributan diwaktu selarut ini.

" Sebentar.. "

Klek!!

Dari balik pintu, sosok yang sedari tadi dicemaskannya muncul dengan piyama abu-abu bergambar unicorn yang lucu. Jika bukan karna wajahnya yang pucat dan matanya yang sayu, Lisa pasti sudah berhambur memeluknya gemas.

"Kamu datang", Jennie bergumam pelan. Badannya hampir limbung kalau tidak segera lisa tarik kedalam pelukannya.

"Maaf, aku baru selesai rapat DPM ngebahas ormawa", jelas Lisa sembari memapah gadis mungil itu dan membaringkannya diatas ranjang.

Jennie hanya mengangguk pelan sambil tersenyum pertanda mengerti.

Lisa duduk disisi ranjang dengan sebelah tangan yang memegang erat jemari Jennie yang terasa dingin. Sebelah tangannya lagi diletakkan di kening gadis itu untuk memeriksa suhu badannya.

"Pusing?"

"Sedikit", Jennie meremas tangan lisa sambil memejamkan mata. Tarikan nafasnya tampak terasa berat dan bulir keringat tampak memenuhi pelipisnya.

Lisa memijit-mijit kepala Jennie dengan pelan. Suasana kembali hening. Jennie masih memejamkan mata dengan napas yang lebih tenang dan teratur. Entah sedang menikmati atau sedang merasakan aliran darah dikepalanya yang sedikit-demi sedikit mulai lancar lagi

"Udah makan?"

Jennie menggeleng lemah sebagai jawaban.

"Udah minum parasetamol?"

Jennie kembali menggeleng.

Lisa menghela napas, hendak beranjak dari duduknya, tapi gadis itu  menggenggam tangannya sebagai bentuk protes.

"Aku mau ke dapur buat bikinin kamu bubur". Jelas lisa, ditangkupnya tangan Jennie, dan diusap-usapkan ke pipinya sendiri dengan lembut. Jemari jennie terasa dingin bersentuhan dengan pipinya yang menghangat. Mendadak dia merasa gugup.

"A-abis itu kamu makan, terus minum obat. Untungnya tadi pas pulang masih ada apotek yang masih buka"

Jennie mengerutkan kening  hendak protes kembali.

"Sebentar kok", Lisa menenangkan sambil mengecup telapak tangan gadis itu.

Lisa sudah hafal sekali jika Jennie menjadi sepuluh kali lipat lebih manja padanya ketika sedang sakit.
Jennie seperti tidak akan mengizinkan Lisa beranjak kemanapun dari sisinya.

Ddrrtt... Ddddrrrttt

Jennie dan Lisa sama-sama tersentak ketika mendengan dering ponsel Jennie yang berada diatas nakas disisi ranjang. Lisa dengan sigap mengambilkannya untuk Jennie agar gadis itu tidak perlu bangun dari ranjang.

JENLISA OSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang