Author's POV
"Li.. Uuhhh.. "
Jennie berbisik dengan napas sedikit tersengal. Wajahnya bersemu dengan mata sayu yang menggelap. Butir keringat tipis tampak muncul di sekitar pelipisnya menandakan betapa memanasnya tubuhnya itu.
Gadis itu menatap sosok yang kini tengah sibuk mengecupi tulang selangkanya. Sosok itu tak jauh berbeda kondisinya, telinganya tampak memerah, dengan mata terpejam tampak sangat menikmati apa yang sedang dilakukannya, menjamah dan menciumi bagian atas tubuhnya dengan lembut dan sayang.
Gurrrkkk
Suara protes dari perut kosong milik Jennie tiba-tiba menginterupsi sosok itu dari kegiatan yang sedang dilakukannya.
Fuck, Jennie memaki dalam hati. Wajahnya yang tadi bersemu menjadi kian memerah karena malu, membuat sosok yang yang didepannya tak mampu menahan kekehannya.
"Lisaaaa ihh. Aku malu"
Jennie mendorong tubuh lisa dari atasnya kemudian menelungkup wajahnya dengan kedua tangannya sendiri.
Lisa, sosok yang tadi sempat terkekeh malah kian tergelak. Menertawakan jennie yang dirundung malu karna kelaparan ditengah sesi 'panas' mereka.
Ah, lisa sangat menyukai betapa menggemaskannya kekasihnya itu.
Ya, kekasih.
Jennie sudah menjadi kekasihnya sekarang. Orang yang sejak dulu didambakannya kini sudah menjadi miliknya. Bayangkan betapa bahagianya dia!Dia masih ingat betapa bahagianya ia saat mengetahui secara gamblang bahwa perasaannya tak searah.
"Aku suka kamu, Jen"
".... " Dengan wajah yang masih memerah, Jennie tak merespon apa-apa.
Lisa yang melihat Jennie hanya mematung saja mendadak panik, tingkat kepercayaan dirinya mendadak anjlok.
"M-maaf", Lisa menunduk, berusaha menghindari tatapan Jennie.
"Maaf karena sudah kelewat batas, maaf sudah menyentuhmu dengan tidak sopan, dan maaf karena sudah menyayangimu lebih dari seorang teman".
lisa beranjak dari ranjang dan berharap bisa segera keluar dari ruangan 4x5 meter itu sebelum jennie tiba-tiba menarik ujung bajunya.
"Selama ini aku nungguin kamu ngomong jujur kayak gini lalu kamu mau melarikan diri lagi? ", Jennie akhirnya merespon ungkapan perasaannya dengan kesal.
"Jangan pergi. Jangan pernah menahan diri lagi, Lalisa", Jennie berkata dengan serius kemudian menarik lengan lisa agar mendekat padanya.
"Jangan meminta maaf karna sudah kelewat batas. Aku tau kamu menahannya sudah sejak lama. Jangan meminta maaf karna sudah menyentuhku karna sejujurnya aku juga menginginkannya. Dan jangan meminta maaf karna menyukaiku karna aku sudah menunggumu sangat lama untuk mengatakan itu"
Jennie menarik tubuh lisa kian mendekat, memeluk sosok jangkung itu sangat erat seakan tak ingin dilepaskan lagi.
"I love you, Lalisa..a lot"
Satu bulan setelah kejadian lost control yang dilakukan lisa, tak banyak yang berubah. Setidaknya, itulah yang teman-teman mereka lihat.
Jennie dan Lisa masih seperti dia orang gadis yang bersahabat dekat. Sering terlihat bersama, tapi tidak menunjukkan kedekatan yang berlebihan. Mereka pandai memainkan topeng masing-masing.