£Author POV
Bunyi bel pintu di hari yang panas.
"Ha'i!"
Jawaban dari sang empu rumah membuat si penekan bel.
Seorang gadis belia menyambut si penekan bel.
"Yo [y/n]-chan~"
Tirai bulu mata naik-turun seolah menyapu.
Kepala miring sedikit pertanda bingung dengan siapa ia berhadapan.
"Dare? Niichan no tomodachi?"
"Masa kau lupa? Ini aku Suguru"
"Eh? Hah! Mana mungkin! Sugu-chan kan rambutnya pendek bukan jamet!"
Seruanmu membuat dua orang di belakang Geto Suguru tertawa terbahak sampai kayang :v
"Err, itukan waktu aku masa sekolah, karena di sana ketat", Suguru mengusap tengkuknya. "Aku mengubah penampilan sedikit"
"Ada apa [y/n] ribut-ribut?"
"Chosoniichan! Rambut Sugu-chan jadi jamet!"
"Iya kakak tahu", pria yang muncul di belakangmu mengusap lembut puncak kepalamu. "Masuk"
"Eh? Kok nggak kaget? Cuma aku nih yang tidak tahu?"
"Haha, [y/n]-chan dulu terlalu sivuk belajar sih", Suguru mengusap kepalamu namun langsung ditepis Choso. "Cih, siscon"
"Niichan, di depan ada orang gila"
"Biarkan saja mereka", kompak Suguru dan Choso.
"Siram pakai arang yang terbakar saja mereka", tambah Suguru.
"Ok! Kechinii, Esonii bantuin bakar arang dong"
"Beneran dilakuin dong"
Pria kawan Suguru dengan surai putih mendadak jadi normal.
"Hai cantik, aku normal kok", ucapnya.
"Paman siapa?"
Gantian kini Suguru tertawa sekarang kawannya dibilang paman.
"Aduh neng cantik, kakak ganteng ini masih muda. Nama kakak ganteng Gojo Satoru"
"Salam kenal, aku [y/n]. Sato-chan memang tampan tapi ahlakless"
Suguru makin terbahak di dalam rumah.
"Yang itu siapa?"
"Mahito, orang yang gendernya gak jelas"
"Mahito-chan doumo!"
Saat-saat damai, memang punya cerita sendiri.
🦊🦊🦊
£Geto POV
"Nikmatnya hidup"
Sebat dan kopi dengan ditemani mentari.
Nikmat mana yang Engkau dustakan.
B
tw, (calon) istri masa depanku apa kabar ya?
Telpon ah~
"Bangsat yang telpon kakaknya dong", terpaksa angakat cih. "Ha--"
[ADIK GUA MANA BANGSAT!?]
Sabar, sabar, sabar sama (calon) ipar.
Belum apa-apa sudah ngegas. "Memang kenapa [y/n]-chan?"
[ADIK GUA HILANG!]
Hilang? Nggak mungkin banget.
"Di rumah si kembar laknat mungkin"
[Yuuji nggak tahu! Si kampret lagi pms nggak mau tahu soal adik gua!]
Oya, Sukuna dan [y/n]-chan bertengkar?
Tumben sekali, kesempatan bagus.
"Dari kapan?"
[LIMA MENIT LALU!]
Inu//author: inu=anjing dalam bahasa jepun :v, author sensor :v
Baru 5 menit sudah sepanik ini, kebiasaan memang kakak ipar.
"Terakhir izin ke mana?"
[Aku suruh beli garam sama kecap terus 5 menit nggak balik. Biasanya 3 mint sudah balik]
Ditimer dong!
Siscon tingkat apa nih!?
"Sukuna dan [y/n]-chan bertengkar?"
[Kayaknya! Pulang dari misi 2 hari lalu, rumahku ribut gegara mereka!]
Lucky, saatnya beraksi. "Aku cari sekarang"
Sambungan kuputus.
Kurapikan rambutku.
Pakai parfum.
"Wangi, wangi, wangi"
Aku rasa aku tahu di mana dia berada.
Setiap kali dia galau.
Setiap kali dia gegana.
Setiap kali dia merasa sedih dan bingung.
Pasti ada di "tempat itu".
Tempat yang membuatnya merasa tenang.
Tempat dia bisa mencurahkan isi hatinya.
Tempat yang damai baginya.
Tempat dia melepas rindu.
"Sudah kuduga kau ada di sini"
"Sugu-chan?"
Tempat bau dupa dan banyak batu nisan dengan berbagai nama.
Tempat di mana bunga lily putih berada di kedua sisi nisan.
"Jadi kali ini kenapa?", aku duduk di sebelahnya setelah berdoa pada kakaknya Eso.
Mukanya langsung murung disembunyikan di lipatan lengannya ketika dia menekuk lututnya.
Mata indahnya saja yang kulihat. "Sukuna-chan melarangku ikut serta dalam kasus Esonii"
Sepertinya yang dikatakan Satoru ada benarnya kalau dia ikut kasus ini.
"Padahal ini kesempatanku untuk membalas dendam", lanjutnya. "Sekalipun niichan dan nii-nii tidak suka balas dendam"
Mereka suka tuh, apalagi menyangkut dirimu.
Aku ingat anak perempuan yang pernah membulimu dulu langsung digunduli sepualng sekolah.
Langsung mental break dance mereka.
Tapi untuk ini pengecualian, terlalu bahaya karena dia bisa mati.
Kuelus surai lembutnya, halus bak sutra. "Dia hanya khawatir, aku pun begitu"
"Aku hanya ingin pelakunya diadili, karena dia...sudah membunuh Esonii huk"
"Hei, ssh, jangan nangis"
Wanginya aroma buah, aku memeluk tubuhnya yang beraroma buah.
"Aku tahu keinginanku, Choso dan Kechizu juga sama. Kalian bertiga memiliki keingan yang sama, tapi...untuk yang ini serahkan saja pada kakakmu"
"Kenapa? Apa ini ada kaitannya denganku? Kenapa Sugu-chan juga bilang begitu?"
"Ya, karena ini bahaya untukmu"
Sret!
"Aku tidak mengerti!"
Aish, aku didorong padahal suasananya sudah mendukung.
"Baik kau, Sukuna-chan...niichan dan nii-nii bilang begitu...ada apa sebenarnya?"
Belum, ini belum waktunya dia tahu pekerjaan kotor kami sebagai yakuza dan dunia yakuza yang kelam.
"Ada hal yang akan membuat kami menyesal seumur hidup jika melibatkanmu dan [y/n]-chan...kamu akan membenci kami dan menyesal"
Aku tidak bisa...kehilanganmu.