PART 1

8 1 2
                                    

Ku mantapkan hatiku untuk mengambil keputusan besar dalam hidupku, mungkin akan banyak cemooh dari orang-orang disekitarku. Tapi pada kenyataannya aku toh tak pernah minta makan dari mereka. Aku hanya ingin mandiri dan berdiri di atas kakiku sendiri.

"Apa lagi yang kamu cari? Kamu sudah bekerja sebagai tenaga kontrak di rumah sakit dan tugasmu selanjutnya hanyalah berumah tangga. Paman akan carikan calon suami buat kamu, umurmu tidak lagi muda jangan terlalu pilih-pilih!"

"Paman kamu benar, Ibuk tidak ingin kamu jadi omongan orang karena menjadi perawan tua" timpal ibuk

Aku hanya diam sambil menelan ludah berat. Dadaku terasa sesak.

"Paman memiliki calon untuk kamu, dia lulusan universitas terbaik di Bandung dan agamanya juga bagus. Paman sudah memberikan nomor handphone kamu sama dia"

"Kenapa tidak paman tanyakan padaku dulu? Memberikan nomor ke orang yang tidak di kenal aku rasa kurang sopan" Aku tidak menyukai ini.

"Paman kenal keluarganya, jadi jangan khawatir"

-

"Ya sudah aku temani, kamu sudah kepala tiga jangan pilih-pilih lagi. Nanti nggak ada yang mau" Yulia teman se-kantorku yang seusia denganku terdengar tak jauh beda dengan Paman. Iya, dia baru saja menikah dengan pria yang dijodohkan keluarganya dan tampaknya kehidupannya bahagia-bahagia saja meskipun awalnya tanpa rasa cinta.

Aku tak berkutik karena dia ada benarnya juga.

"Besok aku janjian sama dia ketemu di taman depan" ucapku kemudian

"Oke, jam istirahat ya....."

-

Pemuda itu lumayan. Tapi ternyata usianya tiga tahun lebih muda dariku, cara bicaranya juga terkesan agak meninggi dan pada akhirnya pun hanya Yulia yang banyak bertanya, aku tidak banyak bicara.

"Laras, aku boleh jujur nggak?" ucap Yulia se-kembalinya kami ke ruangan.

"Apa?"

"Aku memang ingin kamu menikah secepatnya tapi kalau yang ini kok aku agak kurang srek ya? Pemikirannya juga nggak begitu dewasa"

Aku menarik napas berat karena pemikiran kami ternyata sama.

"Tapi jalani aja dulu. Siapa tahu dengan saling mengenal satu sama lain kalian bias klop"

-

Satu minggu kemudian.....

Aku melihat nomor asing tertera di layar ponselku.

"Halo?"

"Ini dengan Kak Laras?"

"Iya saya sendiri"

"Maaf sudah mengganggu kakak karena menghubungi pagi-pagi, saya Mutia Pacarnya Bang Ryan. Saya dengar Kakak dijodohkan ya sama Bang Ryan. Kak, sebagai sesama perempuan saya yakin kak Laras paham dengan perasaan saya. Saya mohon lepaskan Bang Ryan. Saya sangat mencintainya"

"Maaf, tapi kamu dapat nomor saya dari siapa?"

"Bang Ryan yang kasih. Dia juga terpaksa dengan perjodohan ini....."

-

"What?? Bukannya dia bilang ke kamu kalau dia nggak punya pacar?" Yulia tampak geram

Dear LarasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang