PART 4

3 0 0
                                    

Aku berusaha bersikap santai di depan Wira yang memperhatikanku selama rapat berlangsung, matanya hendak mau keluar. Sementara Kento bersikap seperti biasa, ia tampak begitu profesional ketika sudah mengenakan jas dokternya. Rapat pagi ini hanya berlangsung selama lima belas menit sebelum semuanya berpencar ke ruangan masing-masing.

Jane menawarkan susu pisang Korea padaku saat makan siang.

"Ini enak dan bisa kamu minum" ucapnya

"Darimana kau mendapatkan ini?"

"Meski tidak banyak tapi ada mini market menjualnya. Kemarin aku dan Mai yang membelinya"

Mai itu teman asrama kami dan satu tempat kerja juga. Dia dari Vietnam. Kami bertiga merupakan penggemar K-Pop dan meskipun aku tak se-aktif dulu, tapi aku masih suka sesekali mengikuti perkembangan dunia per-k-popan dan menonton drama korea. Aku tersenyum sumringah menatap susu di tanganku dan menggenggamnya erat bak mendapat rezeki nomplok karena biasanya aku hanya melihatnya di drama-drama. Jane mendekatkan bibirnya ke telingaku.

"Tadi pagi aku melihat Kento Sensei dan Uira-san di depan toilet sedang membicarakan sesuatu. Gadis itu tampak senang"

Glek!! Perasaan apa ini? Aku tidak cemburu kan? Tidak, aku tak boleh cemburu sama sekali. Antara aku dan Kento tidak ada apa-apa.

"Kalian sudah selesai makannya? Tadi aku bawakan bekal untuk Kento sensei, tapi ternyata dia alergi telur jadinya omeletnya kalian makan saja" Wira meletakkan bekal makanannya di atas meja

"Terima kasih, Uira-san" ucap Jane.

Saat mata kami bertemu, lagi-lagi Wira menatapku tajam. Dasar, mau sampai kapan aku akan merasa canggung seperti ini? Wira pergi begitu saja setelah meletakkan makannya.

"Dia tidak ikut makan?" Tanya Jane pelan sambil tetap mengunyah.

-

Saat ke toilet aku melihat Wira sedang memoles bedaknya di dekat wastafel.

"Minggu ini Kento ajak aku jalan"

Aku hanya tersenyum dan masuk ke dalam bilik toilet. Saat aku keluar Wira masih di tempat semula dan kali ini sedang mengenakan lipstik.

"Aku nggak akan menyia-nyiakan kesempatan untuk bikin Kento jatuh ke-pelukanku kali ini"

"Kamu nggak akan ngelakuin hal yang aneh-aneh kan?" tanyaku sedikit curiga

"Hal aneh apa?"

"Ingat, kita di negeri orang. Kita sama-sama tahu kalau budaya disini dan di negara sangat berbeda meskipun sama-sama asia. Kamu jangan sampai kebablasan"

"Apa hak kamu nasehatin aku? Aku yang di ajak Kento. Kamu cemburu? Mau ikut juga?"

"Nggak sama sekali, jangan salah paham"

"Aku akan lakuin apa aja untuk dapetin apa yang aku mau. Kalau aku bisa dapetin dia. Hidup aku akan berubah lebih baik"

"Jangan pernah ter-obsesi. Tetap gunakan akal sehat kamu"

"Makasih untuk nasehatnya. Aku keluar dulu"

Aku benar-benar tak habis pikir dengan jalan pikiran gadis itu. Padahal dia sudah bisa dikatakan dewasa dan setidaknya bisa sedikit berpikir apa yang baik dan yang tidak baik untuk dilakukan. Aku tahu Kento tidak akan mudah ter-hasut, yang ada Kento akan semakin menjauh jika Wira bertindak di luar batas.

Aku mondar-mandir tak tenang di dalam kamar. Aku berharap apa yang aku pikirkan sekarang tidaklah benar, Wira pasti tidak akan berbuat ceroboh kan? Tapi aku khawatir.

Dear LarasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang