PART 6 (End)

3 1 0
                                    

Aku membawa Kento menemui Bagas dan kami janjian di lobi hotel. Bagas yang menyadari keberadaan Kento seperti sudah paham dengan apa yang akan aku sampaikan.

"Kami mohon doamu. Aku dan Kento akan menikah dalam tahun ini" ucapku lagi setelah memberitahu semuanya.

Bagas hanya menyeduh kopi yang ia pesan tanpa bicara sepatah katapun. Kento menunggu kami di luar kafe karena ingin memberikan kami waktu berdua saja.

"Jangan merasa terbebani dengan kehadiranku disini. Aku memang hanya ingin jalan-jalan karena memang sudah lama aku ingin kesini. Kakak tahu kan kalau aku sangat menyukai segala sesuatu yang berhubungan dengan Jepang? Aku bahkan sudah menabung dari SMP"

"Alasan kamu ingin aku kerja kesini juga itu kan? Disamping kamu ingin aku lepas dari keluarga yang selalu ngatur hidup aku, kamu ingin aku kesini agar kita bisa bertemu disini"

"Aku mudah ditebak ya?" Bagas menoleh ke arah lain untuk menyembunyikan kalau ia sedang menangis.

"Gas, kamu masih muda dan juga keren. Aku yakin banyak gadis yang antri buat kamu dan jujur, sebenarnya Raini ada rasa lho sama kamu"

"Masa aku sama gadis yang sudah aku anggap seperti adik sendiri sih, kak? Nggak mungkin lah..."

"Raini kan udah kuliah, sebentar lagi dia lulus"

Bagas hanya menggelengkan kepalanya sambil tertunduk.

"Aku nggak cantik dan nggak lagi muda untuk kamu tangisi dan sesali seperti ini, Bagas"

"Rasa sayang tidak ada hubungannya dengan usia, kak" perkataan Bagas sama persis dengan Jane beberapa waktu lalu. Aku sebenarnya hanya ingin membuat Bagas menjauh

"Dokter itu juga jauh lebih muda dari kakak kan?"

"Tapi dia lebih tua dari kamu"

"Sama aja, intinya dia lebih muda"

Lagi-lagi aku dibuatnya tak bisa berkata-kata.

"Aku akan ke Tokyo besok pagi. Seperti kata kakak, disini tak banyak tempat wisata-nya. Di Tokyo nanti aku nggak perlu jauh-jauh lagi buat ke bandara kalau sudah waktunya pulang"

Bagas berdiri dari duduknya dan meninggalkanku yang masih terdiam. Aku yakin dia pasti sangat kecewa, karena dulu aku juga sering mengalami ke-kecewaan yang sama. Sakit hati rasanya saat orang yang kita suka tak menyukai kita balik, bahkan tak menganggap kita ada. Aku melihat Kento masuk, tapi tiba-tiba pandanganku nanar, kepalaku terasa ditusuk-tusuk dan rasa sakitnya tak tertahan.

"Rarasu-san!! Kau kenapa?" Kento menopang tubuhku segera agar tak jatuh. Tapi aku tak bisa menjawab karena seketika pandanganku jadi gelap.

Aku perlahan membuka mataku dan tampak Kento menatapku cemas.

"Daijyoubu desuka? Ima nani wo kanjimasuka? (apa yang kau rasakan sekarang?)"

Aku melihat tanganku sudah di pasang selang infus. Perlahan aku bangun dan Kento membantuku sambil meletakkan bantal agar aku bisa bersandar.

"Aku tidak apa-apa. Hanya kepalaku masih terasa sedikit sakit"

"Aku meminta untuk dilakukan MRI. Kau tahu, aku sangat khawatir saat kau tiba-tiba pingsan seperti tadi"

"MRI?" seketika aku menjadi takut. Tidak, semoga ini tidak seperti apa yang aku pikirkan. Tapi kalau sudah MRI biasanya masalahnya sudah serius.

"Hanya untuk jaga-jaga saja. Semoga memang tidak ada yang serius" ucap Kento menenangkanku.

"Hmm.... Semoga"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 17, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Dear LarasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang