02| Perihal

14.5K 1.1K 230
                                    

Hai! Apakabar?

Gimana, dapet THR banyak, gak kemarin?😭

Hihi, sebelum baca, kasih dulu emot ❤ yang banyakk disinii, yaaa

Btw, ikutin aja dulu alurnyaa, yuk
Jangan overthinking😘

Btw, ikutin aja dulu alurnyaa, yukJangan overthinking😘

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Mau nikah sama kakak, gak?"

Kata-kata yang terlontar dari mulut Jian membuat Kashi shock. Apalagi, melihat ekspresi wajahnya yang terlihat serius.

Dia mundur satu langkah, menatap Jian dengan tatapan menghunus. "Gak, Makasih."

Seperkian detik kemudian, wajah Jian berubah dan terdengar dengusan. "Ah, sakit banget ditolak." Dia memegang dadanya, seakan benar-benar merasa sakit karena tolakkan Kashi.

Gadis itu memukul tangan Jian agak keras karena kesal. "Untung Kashi gak punya riwayat penyakit jantung!"

Jian terkekeh. "Apa yang kamu bilang tadi berarti bohong, Dek." Dia mengangkat cincin yang dipegangnya ke hadapan Kashi. "Cincin gak mempengaruhi seseorang buat nerima lamaran atau enggak. Buktinya, kamu nolak kakak."

"Ya ampun, Kakak bener-bener gak ngerti maksudnya Kashi gimana, hah?" Kashi mendengkus kesal. "Kashi bilang kayak gitu tuh biar Kakak gak terlalu negatif thinking! Kashi tuh ngasih suport secara gak langsung sama Kakak."

"Udah ah, malesin." Dia berbalik badan, melangkah menjauhi Jian yang masih terkikik. Bodo amat dengan cincin yang tadi dipesan, biarkan saja Jian menunggu sendiri. Dia sedang ingin merajuk sekarang.

Keluar dari toko perhiasaan, Kashi memilih pergi ke arah kanan untuk membeli minuman kesukaanya. Perlu diketahui, sampai sekarang, dadanya masih berpacu dengan cepat karena efek ucapan Jian tadi. Rasa shock nya masih terasa begitu nyata.

"Astagfirullah, udahan dong deg-degannya." Dia bergumam sambil memegangi dadanya. "Kak Jian emang kayak gitu, kadang kurang ajar bikin anak orang uring-uringan."

Bukan lebai, tetapi memang begitu kondisinya sekarang. Kashi seperti anak kehilangan induk, jalan dengan terus memegangi dada dan sesekali menghela napas. Sampai akhirnya, dia sampai ditempat yang menjadi tujuannya.

Kashi merogoh tas, mencari dompet untuk memesan satu cup minuman kesukaanya. Namun, sepertinya nasib sedang tidak berbaik hati pada dia. Karena terburu-buru, dia lupa memasukkan dompetnya kedalam kantong.

Untung belum pesen minumannya. Kalau udah pesen, terus gak bisa bayar, bisa disuruh jadi tukang cuci piring gue-sungut Kashi dalam hati.

Tenggorokkanya benar-benar haus dan minuman yang dijual didepannya benar-benar menggiurkan. Jadi, cara yang pas untuk mendapatkan minuman itu adalah menelepon Jian dan menyuruhnya menyusul kesini.

Kashi mengambil ponselnya di tas, lalu mencari kontak Jian untuk meneleponnya.

"Halo, kamu dimana, Dek? Gak pulang duluan, kan?" Saat sambungan telepon tersambung, dia langsung mendapatkan pertanyaan dengan nada khawatir.

Kita [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang