1. Teman?

31 4 0
                                    

Happy Reading ❣️

"Woi! Arabella Cassia orangnya yang mana?" teriak seorang dengan suara beratnya. Tidak lupa dua makhluk yang selalu saja mengikuti kemana pun lelaki itu pergi.

Dari pintu kelas, remaja lelaki itu dapat melihat seorang gadis yang mengangkat tangan lalu berjalan ke arahnya.

"Gue," jawabnya.

"Oh jadi lo yang namanya Ara?" tanya lelaki itu dengan suara yang sudah biasa saja bukan dengan teriakan tidak jelasnya.

"Iya, kenapa? Ada masalah?"

Seisi kelas melihat interaksi itu dengan tatapan takjub. Mereka tidak pernah menyadari bahwa sepasang remaja beda jenis itu merupakan visual yang bukan main tandingannya bila disatukan.

"Boleh pinjam tangan lo bentar?"

Ara mengerutkan keningnya bingung. "Buat apa?"

Sebagai orang yang tidak suka menunggu, tanpa izin dari si pemilik langsung saja diraihnya tangan kanan gadis itu disatukan dengan tangan kanannya. Mereka berjabat tangan.

"Kenalin gue Damar Elvano, bisa panggil Vano."

"Oh, gue Ara. Jadi, maksud lo datang-datang ke kelas orang dengan teriak gitu gunanya buat apa?"

Sadar cara yang dilakukannya salah lelaki itu mengusap kepalanya malu. "Hehe maaf, gue salah. Gue terlalu bersemangat buat mau kenalan sama lo."

"Maksudnya?"

"Ya gak maksud apa-apa. Intinya gue mau bilang makasih karena kemarin lo udah nolongin Cinta."

"Cinta? Gue gak kenal orang yang namanya Cinta."

"Cinta bukan orang, Cinta kucing kesayangannya si bos," jawab salah satu teman Vano yang merasa tidak memiliki guna apapun semenjak menginjakkan kaki di kelas Ara.

Melirik kearah orang yang berada di belakang Vano. "Kalian anak kelas mana?"

"Kita anak IPS juga kok itu kelasnya yang paling ujung. Kelas yang paling bisa bikin sehat guru yang punya penyakit darah rendah," jawab teman Vano yang lain dengan wajah bangganya.

Mendengar pernyataan itu seisi kelas tergelak dibuatnya. Apa katanya bikin guru sehat? Yang benar saja. Satu sekolah juga tahu senakal-nakalnya anak IPS akan kalah dengan yang namanya kelas IPS 5. Tidak tahu aturan dari mana, tapi sejarah sekolah mencatat secara turun temurun kelas IPS 5 SMA Bangsa memang seperti itu.

Tidak salah juga apa yang baru saja disampaikan. Pernah satu kejadian ada guru sosiologi baru di SMA Bangsa tercatat memiliki riwayat darah rendah dan ketika memasuki kelas IPS 5 keajaiban terjadi kepada guru itu. Darah rendahnya berubah menjadi darah tinggi. Luar biasa bukan?

Ara mengangguk mengerti.

"Oh ya kenalin nama gue David dan ini babu gue namanya Dafa," ujar cowok yang tadi menjawab pertama kali.

"Heh! Gue bukan babu lo! Lebih tepatnya iya sih lo babu satu dan gue babu ke dua," balas Dafa prihatin akan nasibnya.

"Babunya siapa?" Vano kembali angkat suara.

"Kan babunya Vano," jawab Dafa dengan santainya.

"Gue gak pernah suruh kalian jadi babu." Vano memperjelas apa yang diucapkan kedua temannya dengan raut wajah tidak suka karena pernyataan barusan seperti menjatuhkan harga dirinya. Sejak kapan ia meminta mereka untuk menjadi babu?

"Hehe canda babu," ujar Dafa yang merasa salah bicara. Kemudian merangkul bahu Vano menepuk pelan sebagai tanda permintaan maaf yang hanya dimengerti oleh mereka bertiga saja.

Love Is So GoodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang