2. Berkat Ulah Cinta

11 4 0
                                    

Happy Reading ❣️

Satu hari sebelumnya...

Kediaman Damar Elvano tampaknya sangat ramai sekali padahal kenyataannya di dalam rumah itu hanya ada lima orang. Siapa lagi jika bukan para pemuda tampan Vano, David, dan Dafa tidak ketinggalan si adik manis yang masih duduk dibangku kelas 3 SMP bernama Talisha.

Semenjak pulang sekolah tadi mereka langsung menuju rumah Vano. Sudah bukan hal baru lagi bagi mereka karena kebiasaan itu sudah ada semenjak mereka masih berada di taman kanak-kanak. Lambangnya saja berkumpul nyatanya saat ini di ruang tengah mereka sibuk dengan urusan masing-masing. Vano dan David yang sibuk bermain game, Dafa sibuk mengganggu Talisha yang sedang mengerjakan tugas sekolahnya.

"Sha, ngapain sih repot-repot ngerjain tugas sekolah?" tanya Dafa yang sepertinya sedang gabut. Terlihat dari posisinya yang menyangga wajah menggunakan sebelah tangan dan tangan satu lagi dipakai untuk menoel pipi Talisha .

"Biar dapat nilai bagus dong, emang apalagi?" jawab gadis SMP itu.

"Nilai bagus gak menjamin kamu sukses loh Sha. Mending ikutan rebahan santuy aja bareng kita-kita,"

"Gak mau lah. Abang kalau mau sesat sendiri aja Lisha gak usah diajak-ajak," balasnya santai.

"Tahu tuh Daf lo kalau mau sesat sendiri aja adek gue gak usah diajak," timpal Vano mengalihkan pandangannya dari layar ponsel.

Dafa menoyor kepala Vano pelan. "Yee lo sendirinya juga gitu pohon Damar."

"Kepala orang ini Daf main toyor aja," protes Vano.

"Kan memang kepala orang Van, yang bilang itu kepala dugong siapa? Gak ada kan?!"

"Ya gak ada tapi kan gak sopan gitu! Ihh sebel deh sama Dafa," ucap Vano dibuat-buat diikuti dengan hentakan kakinya.

David yang sudah mulai jengah dengan tingkah tidak jelas sahabatnya akhirnya angkat suara. "Talisha yok belajarnya di atas aja gak baik kamu belajar disini banyak setan."

Diantara mereka bertiga sepertinya hanya David yang memiliki setidaknya sedikit kewarasan. Meskipun sebenarnya mereka sama saja.

David menuntun agar Talisha segera beranjak dari tempat duduknya menuju tangga tidak lupa membantu membawa buku tugas milik Talisha.

"Oi Lisha gue mau dibawa kemana itu? Sha, abang belum selesai loh ngobrolnya!" teriak Dafa.

"Gak usah didengar Sha anggap suara tadi punya makhluk halus." David memperingatkan.

Talisha mengangguk. "Iya bang, pantesan tadi Lisha ngerasa selama ngerjain tugas ada suara tapi gak ada orangnya."

"Parah sih ya, Sha kalau kamu gitu besok- besok abang gak mau beliin es krim lagi ya!" ancam Dafa.

Talisha melirik ke arah Dafa sekilas. "Gapapa bang, Lisha masih punya uang jajan buat beli es krim."

"Duh Van potek dah hati gue," adunya pada Vano.

Vano mengangguk menanggapi sambil mengusap bahu Dafa prihatin. "Sabar Daf, emang udah nasib lo. Gue yang abangnya aja gak jarang makan hati gara-gara ucapannya Lisha."

Lisha dan David yang sudah berada di ujung tangga hanya memutar bola mata malas, selalu saja drama. Tidak peduli apa yang akan dua manusia itu lakukan David dan Lisha kembali melanjutkan langkah menuju ruang belajar khusus yang ada di rumah itu. Mungkin bisa dikatakan ruangan itu mirip perpustakaan sekolah tapi dengan versi lebih kecilnya.

"Abang, mama pinjam Cinta dulu ya mau ajak jalan-jalan," ujar Vanda, mama Vano. Menghentikan aktivitas kedua manusia yang masih saling berpelukan meratapi nasib mereka yang tidak jelas.

Love Is So GoodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang