»00«

835 76 5
                                    

Note: Additional notes are at the end of the story.
Tw: bullying, Fighting.

Sepasang kekasih itu berjalan beriringan di pinggir pantai dengan senyum yang tidak luntur dari wajah mereka.
Sambil bergandengan tangan, sesekali mereka melempar candaan hingga tawa terdengar dari bibir keduanya.

Mereka, Kim Sunwoo dan Sohn Youngjae— atau sebut saja Eric.
Dua pemuda yang sedang dimabuk asmara, menikmati indahnya langit jingga berdua.

Sejenak, Sunwoo melirik pada tangan mereka yang bertaut mesra.
Sambil tersenyum, dia berkata, "tangan kamu kecil banget sih, Ric?"

Yang lebih muda beberapa bulan kemudian menjawab dengan bibir mengerucut, "kok, kamu ngatain aku?"

"Nggak ngatain, lucu malah. Aku gemes liatnya."

Senyum kemudian mengembang pada kedua belah bibir Eric dan tangan mereka semakin erat bertaut.

Kurang lebih sudah hampir setahun hubungan mereka berjalan, Eric sangat bahagia memiliki seseorang seperti Sunwoo di sampingnya.
Sunwoo yang selalu membantunya, yang selalu memberikan kecupan singkat di kening atau pelukan hangat, yang selalu siap sedia menjadi tameng untuknya.
Hanya Sunwoo saja sudah cukup, begitu katanya.
Tanpa tahu apa yang akan terjadi kedepannya.

"Selalu sama aku, ya?" Pertanyaan yang sudah menjadi kebiasaan Eric untuk ditanyakan pada sang kekasih.

Dan dengan senyum yang tidak asing itu, Sunwoo menjawab, "ya." Dengan setitik keraguan di hatinya.

***

Hari pertama masuk sekolah membuat Eric bersemangat sekaligus khawatir.
Menuju halte bus seperti biasa—menunggu bus datang dan mengantarkannya menuju sekolah— Eric biasanya berangkat bersama sang kekasih.
Dengan senyumnya yang tak luntur dari wajah manis itu, Eric duduk diam sambil melihat kanan kiri— siapa tahu kekasihnya atau busnya sudah datang.

Namun saat bus yang sedari tadi dia tunggu akhirnya berhenti di halte, ia sama sekali tidak menemukan sang kekasih.

"Udah berangkat, ya? Apa gak masuk?" Wajah manis itu langsung berubah murung saat sang supir bus sudah menyuruhnya untuk segera naik tapi Sunwoo tidak ada di sana.

Akhirnya ia naik sendirian di bus itu, duduk sendiri padahal biasanya berdua.
Saat ia masih merenung sambil menatap ke luar jendela, ia tak sengaja mendapati sang kekasih di salah satu kafe yang kebetulan dilewati oleh bus.

Sang kekasih tampak tidak memakai seragam sekolah sepertinya, melainkan memakai pakaian kasual dan duduk berdua— berhadap-hadapan dengan seseorang yang ia kenal.
Karena bus cepat melaju, maka ia hanya dapat melihat sekilas.

Apa yang Sunwoo lakukan di sana? Apa yang membuatnya tidak hadir di hari pertama sekolah dan memilih untuk bercengkrama dengan pemuda yang cukup familiar itu?
Pikirannya melayang kemana-mana, sampai ia berfikir apakah harinya di sekolah akan baik-baik saja?

Tak terasa saat ia sibuk berpikir dan mencoba menetralkan detak jantungnya yang sedari tadi berdetak lebih cepat karena ia merasa khawatir, bus yang ia tumpangi akhirnya sampai di sekolahnya.
Membayar tarif bus dengan sebuah kartu lalu turun sambil menunduk— memegang tali ranselnya dengan erat.
Ia tak memperhatikan jalan di depannya, malah menatap sepasang sepatu yang ia pakai.

Lalu yang sudah ia perkirakan akan terjadi saat itu juga terjadi.
Seseorang dengan bandana yang sangat tidak ia suka menarik tas ranselnya ke belakang hingga ia jatuh tersungkur.

"Tumben gak sama jagoan Lo?" Kata pemuda itu sambil tersenyum mengejek.

Eric tidak mau menatap orang itu maupun orang-orang disekelilingnya— yang malah membiarkan pemuda tadi melakukan apapun yang ia inginkan pada Eric.

"Heh! Kalau ditanya tuh dijawab!"

Ia terhenyak, lalu dengan takut-takut ia menjawab, "gak tau." Lalu kemudian ia mencoba untuk berdiri tapi bahunya ditendang hingga ia kembali jatuh terduduk, "Hyunjin, please lepasin aku buat hari ini aja." Katanya pelan, meminta belas kasian pada seseorang bernama Hyunjin itu.

Sejenak Hyunjin tampak diam, jadi Eric kembali mencoba untuk bangkit dan kabur.

"Heh heh heh! Mau kemana Lo?" Hyunjin menarik tas Eric agar ia tak lari kemana-mana. "Gue bakal lepasin Lo kalau Lo ngasih gue duit. Duit Lo, sini."

Eric tampak diam, bukan hanya karena ia takut, tapi juga untuk apa Hyunjin ini meminta uangnya? Hyunjin ini anak dari kepala sekolah— tempat mereka bersekolah saat ini, dan ia meminta uang darinya? Apa Ayahnya tidak memberikannya uang saku atau bagaimana?

"T-tapi aku gak punya." Katanya jujur, karena uang sakunya tertinggal di rumah.

"Halah! Gak usah ngibul deh Lo!" Ia kemudian menarik paksa tas Eric dan mencoba untuk mengacaukan isinya.

Tapi belum sempat ia melakukan aksinya, tiba-tiba Hyunjin terpental ke samping.
Ia meringis kesakitan sambil menatap nyalang pada dua pemuda asing yang menendang pinggangnya barusan.

"Baru juga masuk, udah disuguhi pemandangan kayak gini gue." Salah satu dari dua pemuda tadi berkata sambil berdecak sebal.

Eric merasa hatinya menghangat meskipun ia juga tidak mengenal dua pemuda ini.

『••✎••』
A/N: Halo-halo!!! Apa kabar?? Akhirnya aku putuskan buat republish cerita ini^^
Cerita ini aku revisi, ya. Jadi banyak yang berubah. Sekedar info aja kalau ada yang udah pernah baca dan bingung nanti sama bab-bab yang isinya berubah. Sekian dari aku, see you!

As You Know, Chaca🦋

Protector || JuricTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang