Sejujurnya rasa benci dan suka hanya berbeda tipis
Mulutmu memang bisa mengatakan benci,
Namun apakah hatimu berkata demikian?
.
.
."Hyung----- kenapa? Kenapa kau lakukan ini, hiks?"
Taehyung hanya terpaku di posisinya. Memandang Jungkook yang nampak hancur di hadapannya dengan tatapan datar andalannya.
Meski sejujurnya ekspresinya biasa saja, namun tidak dengan hatinya----- terus bergejolak tak nyaman. Bahkan menyuruhnya untuk menghampiri Jungkook yang masih terisak pilu di posisinya; memeluknya erat sembari merapalkan ribuan maaf padanya.
Namun ego nya yang terlalu tinggi itu membuatnya tetap berdiri di posisinya. Memandang Jungkook biasa saja.
"Bukankah kau sudah mendengarnya sendiri? Tae hyungie melakukan ini karena taruhan, bodoh! Ia jelas-jelas tak mencintaimu. Kau saja yang terlalu naif, mau-maunya di bodohi seorang pria!" Hina Jihoon sembari memandang Jungkook sinis.
Jungkook di posisinya semakin terisak pilu dan itu membuat Taehyung semakin tak nyaman di posisinya. Apalagi ketika kedua bola mata bulat yang selalu memandangnya cerah----- kini malah menatapnya penuh kehancuran, semakin membuat dadanya seakan di remas kuat.
"Katakan----- katakan sendiri kalau hyungie memang tak mencintaiku? Katakan sambil tatap mataku, ku mohon----- hiks." Ratap Jungkook pilu. Taehyung menuruti permintaannya.
"Aku memang tak mencintaimu."
Bruk
Tepat setelah selesai mengatakan kalimatnya, tubuh Jungkook jatuh tak sadarkan diri dengan hidung mengeluarkan darah serta wajah sepucat mayat. Bahkan ia tak bergerak sama sekali.
Begitupula Taehyung yang terpaku di posisinya.
Memandang Jungkook kosong.
.
"Koo~ hei, aku datang lagi. Bagaimana kabarmu, apa kau bahagia di tempat barumu? Kau bertemu orang-orang baik bukan disana------- apakah ada seseorang yang berhasil menggantikan posisiku untuk menjagamu?" Lirih Taehyung sembari memandang potret Jungkook yang tersenyum manis dimana kedua gigi kelincinya menyembul malu-malu.
Mengusapnya pelan----- dengan tangan gemetarnya. Taehyung mulai merasakan jika kedua matanya kembali terasa panas; sepertinya ia akan kembali menangis.
Dan di rumah terakhir Jungkook. Mungkin saja pemuda manis akan melihatnya dari atas sana.
"Semuanya terlalu sulit bagiku, Koo~ aku tak bisa. Aku hancur, kau selalu hadir dalam setiap langkah kakiku---- tapi ketika aku sadar jika itu hanya delusiku semata; aku benar-benar tak tau harus melakukan apa. Aku terlalu merindukanmu, hingga rasanya hatiku sakit hanya karena memikirkanmu. Aku juga menyimpan semua rasa sesal itu sendirian dan membawanya kemanapun aku pergi agar aku selalu ingat bagaimana hancurnya kau saat itu. Bagaimana caranya aku membunuhmu secara keji." Racau Taehyung dengan suara seraknya.
Melihat bagaimana air mata terus mengalir deras dari kedua matanya membuat siapapun paham betapa menyesalnya sosok ini sekarang.
Taehyung memang hancur, namun sesungguhnya Jungkook lebih hancur lagi. Andai dia masih hidup pun; mungkin ia takkan bisa jika harus terus melihat sosok tampannya mengingat betapa kejamnya pengkhianatan sang kekasih.
Berpura-pura mencintainya selama bertahun-tahun lamanya hanya demi sebuah mobil mahal serta nomor ponsel Irene? Siapapun pasti akan hancur jika berada di posisi Jungkook.
Apalagi tak mungkin jika tak ada yang terjadi dalam bertahun-tahun hubungan keduanya bukan?
Dan kini, biarlah Tuan Muda Kim merasakan apa itu rasanya penyesalan terdalam karena telah dengan beraninya mempermainkan hati seseorang yang tulus padanya.
"Aku tau aku salah, aku tau aku tak bisa di maafkan. Kesalahanku terlalu fatal. Tapi bisakah----- bisakah kau mencabut hukumanku? Sebagai gantinya, bawa aku bersamamu, Koo~ rasanya aku tak sanggup hidup tanpamu. Bawa aku saja, aku berjanji akan selalu di sampingmu. Ku mohon~"
.
."Apa yang kau katakan? Bagaimana dia bisa hilang? Katakan yang jelas!" Jimin menyalak galak ketika baru saja mengangkat telpon dari salah satu temannya dan ia mengatakan lelucon yang mana sama sekali tak terdengar lucu di indera pendengarannya.
Temannya berkata kalau ia tak bisa menemukan Taehyung dimanapun juga. Ia mengira Kim muda akan melakukan upaya bunuh diri setelah menemukan sebuah catatan kecil yang begitu ambigu.
Seperti sebuah salam perpisahan.
Jelas saja menurut Jimin ini sama sekali tak masuk akal. Sedepresinya Taehyung, sahabatnya itu jelas masih bisa berfikir secara realistis. Memikirkan dampak apa yang akan ia hadapi ke depannya jika seandainya dirinya melakukan hal konyol seperti itu.
Lama terpekur, detik selanjutnya Jimin mendengus pelan.
"Jangan berfikir bodoh, dia jelas takkan melakukan hal itu. Lebih baik kita cari saja dia, terus hubungi ponselnya. Mungkin sekarang ia sedang berada di depan Supermarket---- tengah memakan ramennya. Sudah, ku tutup!"
Sejujurnya Jimin tak yakin dengan perkataannya sendiri. Ia ragu----- terlihat dari bagaimana tangannya bergetar bahkan suaranya tercekat.
Jimin hanya ingin berfikir secara realistis.
Sahabatnya tak mungkin melakukan hal gila demi bisa bertemu dengan Jungkook, bukan?
.
.
~tbc~Mau tragic ndak? Ehehe🌚
Ig; jicho_world
Twt; chuujicho
KAMU SEDANG MEMBACA
Mungkin Nanti [kth + jjk]✔
Fanfiction[short vers] Setelah kepergiannya, Taehyung baru merasakan bagaimana rasa sesal itu. Ingin rasanya memutar kembali waktu, namun ia paham jika dirinya tak memiliki kemampuan itu..... Taekook! BL! Angst! Hurt-Comfort!