Prolog

45 5 1
                                    

Aisyah Humairah, itulah nama yang diberikan kedua orangtuanya sejak ia terlahir ke dunia. Harapan dan doa kedua orangtua Aisyah memberikan nama itu kepadanya, agar kelak ia tumbuh menjadi wanita yang cantik, cerdas dan juga salihah sebagaimana Aisyah Humairah binti Abu Bakar, isteri Rasulullah.

Dan sepertinya, harapan kedua orangtuanya menjadi kenyataan. Aisyah memang memiliki paras yang cantik, cerdas dan juga berakhlak baik.

Sejak kecil, kecantikan Aisyah sudah terpancar, dengan bentuk wajah yang oval, matanya bulat bermanik hitam dan jernih. Hidungnya bangir dan mancung, serta bibir tipis berwarna merah alami.

Ketika masih kecil, Aisyah selalu jadi rebutan tetangga dan juga keluarga besar kedua orangtuanya yang ingin menggendong serta mengajaknya bermain.

Anak-anak yang usianya di atas Aisyah saat itu, selalu gemas tiap kali melihat pipi Aisyah yang chubby ketika masih kecil.

Tidak hanya cantik, Aisyah juga cerdas. Ia selalu masuk dalam peringkat tiga besar ketika masih di bangku sekolah.

Aisyah juga cerdas secara emosional dan spiritual. Itu berkat bimbingan kedua orangtuanya yang selalu menanamkan pendidikan agama kepadanya sejak kecil, baik di lingkungan rumah dan juga di lingkungan sekolah, dengan menyekolahkan Aisyah ke sekolah agama.

Bagi orangtua Aisyah, memberikan pendidikan dasar agama sejak dini sangatlah berperan penting dalam pembentukan karakter dan kepribadian anak sebagai pondasi kelak ketika anak itu dewasa.

Aisyah adalah anak pertama dari pasangan Pak Ibrahim dan Ibu Halimah.

Pak Ibrahim adalah seorang pedagang yang memiliki toko di Pasar Tanah Abang, yang menjual busana muslim serta segala perlengkapan muslim, juga menyediakan perlengkapan kebutuhan haji/umroh.

Sedangkan Bu Halimah, selain seorang ibu rumah tangga, Bu Halimah juga seorang guru ngaji yang mengajari anak-anak serta ibu-ibu tetangga di dekat rumah mereka.

Bu Halimah juga pandai menjahit, kadang sesekali juga menjahitkan pakaian untuk kerabat, teman dan juga tetangga mereka. Namun, Bu Halimah tidak menerima pesanan jahitan untuk umum, karena takut nantinya mengecewakan pelanggan jika pesanan mereka tidak siap tepat waktu. Menjahit hanya merupakan hobi dan juga ilmu yang dipelajari Bu Halimah di bidang tata busana saat sekolah dulu.

Aisyah juga memiliki seorang adik perempuan yang cantik, cerdas dan juga kritis bernama Maryam, yang saat ini masih duduk di kelas 9 di salah satu MTs negeri di kota Jakarta .

Keluarga Aisyah bukanlah termasuk golongan yang kaya raya, akan tetapi berkecukupan dan sederhana dalam keseharian.

Saat ini, Aisyah masih berstatus mahasiswa tingkat akhir jurusan teknik arsitektur di sebuah Universitas Negeri ternama di kota Jakarta. Sambil menunggu waktu wisudanya, Aisyah magang di sebuah perusahaan ternama berskala internasional, yang berkantor pusat di Istanbul, Turki. Tempat magang Aisyah saat ini adalah kantor cabangnya.

Sungguh suatu kebahagiaan bagi Aisyah bisa magang di perusahaan tersebut. Selain untuk menambah ilmu dan pengalaman di lapangan, Aisyah juga berharap bisa diterima di perusahaan itu ketika ia lulus nanti, karena jika dia bisa bekerja di sana, ada kemungkinan dan peluang kelak ia bisa ditugaskan ke kantor pusat di Istanbul, atau malah bisa di mutasi kerja ke sana.

Dengan membayangkan itu semua membuat Aisyah sangat senang, cita-citanya untuk melanjutkan studi S2-nya ke Istanbul dapat terwujud, karena menginjakan kaki ke Turki adalah impian Aisyah sejak dulu.

Aisyah sangat menyukai Turki sejak pamannya kuliah di sana dan sering mengiriminya kartu pos bergambarkan kota-kota eksotik, serta bangunan-bangunan yang berseni arsitektur tinggi dan bersejarah di Turki.

Dulu, sampai Aisyah punya buku yang dibuat menyerupai album untuk menyimpan semua kartu posnya, guntingan-guntingan foto dan segala sesuatu mengenai Turki yang dia ambil dari majalah lalu ditempelkannya di buku itu.

Tapi kini, hobi masa remajanya itu sudah tidak lagi ia lakukan, karena Aisyah bisa melihat segala sesuatu tentang Turki melalui akun pinterest dan juga instagramnya.

Aisyah baru menjalani satu pekan menjadi karyawan magang di Perusahaan Suleiman Group. Hari-harinya begitu menyenangkan. Semua karyawan se-divisi dengannya sangat baik dan juga ramah, dan yang lebih membuat Aisyah betah adalah di perusahaan itu tidak mempermasalahkan kondisi Aisyah yang mengenakan niqob, bahkan pimpinan perusahaan itu sendiri yang welcome jika memang ada karyawannya yang ingin menggunakan niqob.

Sebenarnya, Aisyah agak ragu saat pertama kali dosen pembimbingnya merekomendasikan dirinya untuk magang di perusahaan milik salah satu pengusaha kaya asal Turki itu. Namun dosennya meyakinkan Aisyah, jika Pak Suleiman sendiri yang mengatakan bahwa : "Tidak masalah jika ada karyawan yang mengenakan niqob, selama masih dalam aturan yang benar dan selama bisa profesional dalam pekerjaan, maka mereka diterima di Perusahaan Suleiman Group."

Aisyah sangat senang mendengar apa yang diucapkan dosen pembimbingnya yang bergelar Ph.D itu, yang juga merupakan sahabat dekat Pak Suleiman, pemilik Perusahaan Suleiman Group.

Meski Aisyah belum pernah bertemu dengan Pak Suleiman Mehmet, pimpinan tertinggi sekaligus pemilik perusahaan besar itu, tetapi Aisyah bisa menilai kalau beliau adalah sosok yang memang benar-benar seorang pemimpin yang bijaksana.

Jadi tak mengherankan jika beliau sukses dalam memimpin kerajaan bisnisnya yang menggurita hingga ke beberapa negara di dunia.

***

Cinta di Langit IstanbulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang