"Oke! Yang kalah traktir jajan pas istirahat ya!" Ujar salah satu laki-laki yang memiliki julukan 'tukang julid' bernama Langit.
"Oke!" sahut ketiga temannya.
Empat laki-laki yang sudah siap mengeluarkan gerakan kertas, gunting atau batu itu berhasil menguasai suara dalam kelas pagi ini. Penghuni dalam kelas sudah tidak heran lagi jika mereka sudah datang, kesunyian pagi akan lenyap seketika.
"Yash!" seru tiga laki-laki yang merasa terselamatkan uang jajannya hari ini. Namun disana ada satu laki-laki yang meringis karena lagi-lagi dia yang harus menraktir teman-temannya yang minus akhlak.
"Kenapa gue terus sih? Lo pada sekongkol, 'kan?" ringis laki-laki berbadan mungil. Bibir tipisnya ia majukan beberapa senti menandakan ketidaksetujuan dengan takdir.
"Dah lah Raka, lo terima suratan tadkir aja. Tuhan kan adil memperlakukan manusia. Karena lo kan paling banyak duitnya diantara kita, jadi lo yang harus traktir kita." Jelas Langit, laki-laki paling over energy diantara keempatnya.
"Pokoknya gue besok gak bakal ikutan suit!" tegas Raka yang memang jajaran manusia bersumbu pendek.
"Dih elah, ambekan. Kek bocah!" Langit lagi-lagi menyulut emosi Raka.
Pemandangan seperti ini sudah sangat lazim terlihat dimanapun mereka berada. Disini kita bisa melihat keadilan Tuhan. Hari ini boleh saja Raka yang apes, namun besok atau lusa bisa jadi Langit atau bahkan Jeffin dan Jevan yang akan menangis karena tidak beruntung mengeluarkan dua jari saat yang lain mengepalkan jari. Atau bahkan melebarkan jari, disaat yang lain mengeluarkan dua jari.
Lagi asik-asiknya mereka menertawakan hal simple dan receh, tiba-tiba telinga Jeffin dan Jevan terasa sakit karena ulah tangan jahil dari ibu negara, Helen. Wanita cantik, anggun, namun memiliki sifat keibu tirian.
"Mau sampai kapan ngungsi dikelas sini? Kaga punya kelas lo pada? HAH?! Balik kelas kaga!" Seru Helen dengan penekanan dalam katanya dengan sedikit membentak.
"Aaaawww! Iya kita balik!" ringis Jevan sambil berusaha melepaskan tangan Helen dari telinganya.
"Helen, kasian ih Jevan. Jangan di jewer! Lepasin. Kesakitan tuh Jevan-nya." Rengek wanita imut nan polos yang sangat membucinkan sosok Jevan bernama Fiona.
"Helen kalo mode garang tambah cantik deh." Berbeda respon dari Jevan, respon yang diberikan Jeffin malah menggoda Helen dengan senyuman 'sedikit' aneh -tapi ganteng bund.
Dengan terpaksa, Helen melepaskan tangannya dari kedua manusia kembar tak serupa itu. Jevan dengan wajah meringis yang masih setia tergambar, dan Jeffin dengan senyum menggoda yang masih melekat membuat semua orang menertawakan mereka.
Helen melenggang pergi dan disusul oleh Jeffin dan Jevan. Ya, mereka tidak ingin anggota tubuhnya yang lain menjadi target kegarangan seorang Helen.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sky with Rain | Haechan
Teen FictionKebanyakan orang menyukai hujan. Sejuk, walau rintiknya menyakitkan. Rasanya nikmat, jika ditemani dengan secangkir kopi atau bisa juga teh panas. Tapi aku tidak menyukainya, aku sangat membenci hujan. Walau jika di artikan namaku adalah hujan, tapi...